The VICE Guide to Right Now

Ditemukan Kesamaan antara Otak Manusia dengan Struktur Alam Semesta

Kesimpulan tim Ilmuwan di Italia, jaringan galaksi dari sistem saraf di otak kita cara kerjanya mirip. Penggemar cerita fiksi ilmiah baca info ini kayaknya bakal kembali merenungi makna hidup.
Ilustrasi alam semesta dan otak
Foto oleh Bryan Goff via Unsplash (Kiri) dan Robina Weermeijer via Unsplash (Kanan)

Alam semesta merupakan struktur yang sangat rumit, kurang lebih sama halnya dengan otak manusia. Hal ini dibuktikan dalam penelitian terbaru yang menganalisis perbedaan dan kemiripan antara alam semesta beserta galaksinya dengan otak manusia serta sel sarafnya.

Studinya diterbitkan dalam jurnal Frontiers of Physics dengan judul “The quantitative comparison between the neuronal network and the cosmic web” (“Perbandingan kuantitatif antara jaringan saraf dengan jaringan kosmik”).

Iklan

Astrofisikawan Franco Vazza dari Universitas Bologna dan ahli bedah Alberto Feletti dari Universitas Verona, Italia, menemukan data meski keduanya berbeda, struktur otak manusia dan alam semesta memiliki kemiripan. Mereka lebih lanjut mengemukakan proses fisik yang sangat berbeda dapat menghasilkan struktur kompleks dan sistematis yang sangat mirip.

Otak manusia memiliki sekitar 70 juta neuron, sedangkan alam semesta diyakini memiliki setidaknya 100 miliar galaksi. Kedua sistem ini tersusun atas jaringan kompleks yang tersebar dalam filamen dan node yang menghubungkannya. Ada beberapa kemiripan yang terlihat ketika peneliti membandingkan kedua gambarnya.

Di setiap sistem, jaringan tersebut membentuk sekitar 30 persen dari massa. Lalu 70 persen sisanya terdiri dari komponen yang tampaknya berperan pasif, yakni air pada otak manusia dan energi gelap pada alam semesta.

Untuk lebih memahami kemiripan ini, para peneliti membandingkan cara terbentuknya jaringan galaksi dengan bagian-bagian otak manusia. Mereka bertujuan mengamati penyebarannya dalam dua jaringan berbeda.

“Kami menghitung kepadatan spektral dua sistem. Di bidang kosmologi, teknik ini sering digunakan untuk mempelajari distribusi spasial galaksi,” Vazza menerangkan. “Hasil analisis kami menunjukkan distribusi fluktuasi dalam jaringan saraf otak kecil pada skala 1 mikrometer hingga 0,1 milimeter mengikuti perkembangan yang sama dari distribusi energi (gelap) di jaringan kosmik pada skala yang lebih besar dari 5 hingga 500 juta tahun cahaya.”

Peneliti juga menemukan kesamaan pada cara galaksi dan saraf terhubung. Untuk sampai pada kesimpulan ini, mereka membandingkan jumlah rata-rata koneksi pada setiap node dengan kecenderungan pengelompokannya.

“Parameter struktural telah mengidentifikasi tingkat kemiripan yang tidak terduga. Konektivitas dalam dua jaringan mungkin berevolusi mengikuti prinsip fisik yang serupa, terlepas dari perbedaan mencolok antara kekuatan fisik yang mengatur galaksi dan neuron otak,” ujar Feletti. “Dua jaringan kompleks ini menunjukkan lebih banyak kesamaan daripada yang dimiliki antara jaringan kosmik dan galaksi atau jaringan saraf dan bagian dalamnya.”

Follow Varsha di Instagram.