Selama ini, perempuan yang bekerja di dunia prostitusi dipandang manusia rendahan. Tak jarang mereka dihina berotak dangkal karena “cuma” bisa memakai tubuh dan kecantikannya untuk meraup pundi-pundi uang. Bintang porno dan model dewasa juga mendapat perlakuan sama, meski nasib mereka mungkin lebih beruntung karena punya basis penggemarnya sendiri. Namun, harus diakui menjalani profesi ini sebetulnya tidak semudah yang orang kira. Dibutuhkan berbagai hal, termasuk kreativitas dan pembawaan menarik, untuk melayani nafsu pelanggan.
Belakangan ini, industri hiburan dewasa menawarkan peluang besar bagi para pelakunya untuk berkreasi secara independen. Kemunculan platform semacam OnlyFans menjadi sarana tepat mewujudkannya. Mereka bebas menciptakan konten sesuka hati, jadi bos untuk diri sendiri, dan menikmati keuntungan yang diperoleh seutuhnya.
Videos by VICE
Model muda asal Jerman, Bonny Lang, dapat menghasilkan hingga €70.000 (Rp1,1 miliar) per bulan berkat konten erotisnya. Dia bekerja 4-8 jam sehari untuk mempersiapkan foto, rekaman audio maupun video yang diminta pelanggan.
Kepada VICE, Bonny menceritakan susah senangnya menjadi model OnlyFans, serta menghadapi para pelanggan yang menyebalkan.
VICE: Hai, Bonny. Menurutmu, kamu masih termasuk pekerja seks atau bukan?
Bonny Lang: Kayaknya sih, iya. Kira-kira 10 persen pelanggan menggunakan layanan saya bukan untuk minta foto seksi. Mereka justru menginginkan saya menilai foto penisnya. Setelah itu, kami lanjut sexting, tapi saya yang mengarahkan mereka untuk beronani.
Berapa tarif yang kamu pasang?
Saya memasang tarif standar 2.500-3.000 Euro (Rp41-49 juta) untuk jenis konten yang sama, tergantung tingkatannya. Pelanggan harus membayar lebih kalau mau konten eksklusif.
Pelanggan baru bisa minta konten eksklusif setelah kenal cukup baik denganku, atau setelah mendapat kepercayaanku. Tujuannya untuk menghindari konten saya dijual kembali.
Untuk memastikan konten tidak tersebar ke situs lain, saya bekerja sama dengan perusahaan yang akan membantu saya menghapus postingannya.
Saya biasanya dapat bayaran tinggi dari pelanggan yang minta dibikinkan video berdurasi panjang, sekitar 2,5 hingga lima menit. Video-video ini dibuat khusus untuk mereka. Permintaannya bermacam-macam, dari menanggalkan pakaian hingga memainkan es batu. Saya memasang tarif tiga digit untuk video rekaman saya memijat badan. Kadang saya minta bayaran empat digit ke pelanggan, tapi saya tidak akan mengungkapkan jenis konten yang mereka minta di sini.
Menurutmu, apa bedanya OnlyFans dan industri pornografi pada umumnya?
Saya bekerja untuk diri sendiri, dan saya tidak merekam diri sedang berhubungan intim. Saya bisa mengatur batasan pribadi, harga, dan tugas yang harus saya kerjakan setiap hari. Saya juga yang menentukan jenis-jenis pelanggan. Mereka bisa memakai jasaku kapan pun mereka mau, tidak seperti para pelaku industri pornografi tradisional yang sulit dijangkau orang biasa.
Pernahkah kamu dilecehkan oleh pelanggan?
Sebagai model dewasa, saya punya pemahaman yang berbeda tentang pelecehan. Saya sadar pelanggan akan mengeluarkan kata-kata kasar dan jorok, jadi saya sudah mengantisipasinya. Kalau ada yang memberi komentar kotor, saya akan menanggapi mereka dengan baik karena siapa tahu mereka bisa jadi pelangganku suatu saat nanti. Kalau dilihat secara umum, banyak yang membenci saya di TikTok. Mereka menghina saya dengan sebutan-sebutan seperti perek, perempuan bodoh dan rendahan. Saya cuma bisa memakluminya karena sikap negatif ini sudah menjadi bagian dari profesi saya.
Pernah gak kamu ilfil dengan tingkah laku pelanggan?
Seseorang pernah menyuruh saya bikin rekaman suara menghina pacarnya. Dia bahkan membeli pakaian dalam bekasku untuk dihadiahkan ke pacar. Permintaan terakhir ini sudah kelewatan.
Ada juga permintaan aneh yang melibatkan tinja, atau mereka minta jari tangan dan kuku. Saya gak akan mau menurutinya. Saya paham setiap orang punya fetish masing-masing. Saya akan mempertimbangkannya kalau masih dalam batasan wajar.
Seberapa sering kamu harus bersikap manis pada pelanggan rese?
Kadang-kadang. Saya berusaha keras menjaga sikap kepada 20 persen pelanggan. Misalnya, kalau pelanggan suka pakai bahasa kasar, saya mesti berakting untuk menyukainya. Padahal, saya tidak suka direndahkan begitu di kehidupan pribadi.
Seperti apa tipe pelanggan yang kamu layani?
Macam-macam. Ada laki-laki yang tidak punya hubungan intim di kehidupan pribadi, ada juga yang pemalu mendekati perempuan. Saya, sih, tak pernah merasa kasihan kepada mereka. Saya cukup memberikan apa yang mereka mau.
Kira-kira apa pendapat dirimu yang masih remaja kalau tahu profesimu sekarang?
Saya rasa dia akan terkesan melihat semua pencapaianku. Saya punya perusahaan sendiri, mempekerjakan orang lain, dan tinggal di apartemen bagus. Tapi sepertinya saya tidak akan memahami ini seandainya saya masih 10 tahun. Diriku yang berusia 13 tahun mungkin akan skeptis dan khawatir saya salah langkah.
Artikel ini pertama kali tayang diVICE Germany.