Ini Pengakuan Muda-Mudi Usia 20-an yang Mendadak Dapat Warisan di atas Rp1 Miliar

mostenire, fond de incredere, ce e fondul de incredere

Nick* merasa hidupnya normal-normal saja. Dia berasal dari keluarga “kelas menengah” dan menghabiskan masa remaja bekerja paruh waktu di dapur restoran. Saat berusia 17 tahun, sambil duduk di meja makan, orang tuanya tiba-tiba saja mengatakan kakek Nick mewariskan dana perwalian (trust fund) untuk dia dan sepupu-sepupunya. Setiap penerima mendapat £90.000 (setara Rp1,6 miliar).

“Biasanya ketika mendengar kata ‘dana perwalian’ orang langsung membayangkan penerimanya adalah anak-anak orang kaya yang manja,” ujar Nick. “Biarpun saya dibesarkan di keluarga kelas menengah, saya sudah kerja part-time sejak umur 14 tahun.”

Videos by VICE

Berdasar analisis ekonomi, generasi muda diyakini menjadi korban paling terdampak pandemi corona. Virus corona menimbulkan resesi parah yang mempengaruhi masa depan generasi yang baru hendak lulus kuliah atau baru mulai bekerja. Think tank Resolution Foundation, sebuah lembaga di Inggris, memperkirakan andai tak ada intervensi pemerintah, sekitar 600.000 ribu orang di bawah umur 25 di negara itu tak akan bisa mendapat pekerjaan alias nganggur setelah lulus sekolah atau universitas. Pokoknya kalau kamu lahir di antara 1983 hingga 1995, siap-siap saja kondisi agak berat menyambut kalian di pasar kerja.

Kondisi di Indonesia sama saja. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan angka pengangguran bisa tembus hingga 10 juta bila tak ada program pembukaan lapangan kerja baru di tengah pandemi. Data BPS juga mengindikasikan situasi serupa, dengan angka pengangguran di Tanah Air dua bulan terakhir akan memburuk dari angka 5 persen yang tercatat pada Februari 2020. Karena banyak pula pekerja yang dirumahkan, artinya kesempatan fresh graduate di Indonesia dapat pekerjaan menyempit, mengingat mereka harus bersaing dengan pekerja senior yang kehilangan penghasilan selama wabah Covid-19.

Saat kondisi global suram seperti itu, seperti apa rasanya menjadi anak muda usia 20-an yang tiba-tiba memiliki banyak uang di tabungan? Ketika teman-teman sebayamu sulit mencari pekerjaan, menghabiskan setengah gaji bulanan untuk membayar sewa kosan, merasa tak akan mampu membeli rumah sendiri kelak, ada anak muda yang berkat satu transfer bank mendapat suntikan dana setara dengan berpuluh-puluh tahun gaji mereka.

Ternyata, berdasar pengakuan orang-orang beruntung yang kami wawancarai, dapat warisan berlimpah tidak enak lho. Jangan dikira ini situasi mudah untuk dihadapi.

Nick sedang menjalani tahun kedua kuliahnya di Skotlandia, sambil bekerja di sebuah restoran, ketika dia mulai mendapatkan akses ke uang hibahan kakeknya. Pemilik restoran tempat dia bekerja hendak menjual restoran tersebut. Nick melihat sebuah peluang bisnis. Di usia 21 tahun, dia memutuskan membeli 50 persen saham restoran pakai uang warisan sang kakek.

Tentunya banyak pertanyaan yang timbul perihal bagaimana dia bisa memiliki dana sebanyak itu. “Saya belum menceritakan soal uang warisan itu ke banyak orang,” ujar Nick. “Saya merasa malu. Banyak orang pasti akan mengatakan, ‘Wah gila, umur 21 udah punya restoran, enak ya jadi anak orang kaya’. Saya merasa geli sendiri karena realitanya saya cuma bocah penerima dana perwalian yang punya privilese.”

Dari sedikit teman yang tahu soal warisannya, Nick mengaku informasi ini berpengaruh negatif terhadap pertemanan mereka. “Banyak dari mereka enggak mau lagi membayar utangnya ke saya, dan mengharapkan saya menraktir minum buat semua orang kalau kami nongkrong,” ujarnya. “Pacar saya pun tingkah lakunya berbeda ketika sudah tahu saya dapat warisan lumayan besar.”



Menerima uang dalam jumlah besar dari keluarga yang masih hidup seperti kasus Nick memang bukan hal yang lazim. Biasanya dana perwalian seperti ini diwariskan ketika seseorang meninggal. Molly* menerima Rp1,4 miliar di umur 22 tahun, setelah ibunya meninggal akibat kanker payudara.

“Sebelum dapat trust fund, saya enggak pernah benar-benar punya tabungan yang ada isinya,” ujar Molly. “Ketika berumur 22, ibu mengidap kanker payudara. Ketika dia meninggal dana pensiun beliau diwariskan ke saya dan adik saya.”

“Jumlah uangnya sangat banyak dan kalau menabung sendiri sepertinya saya enggak akan pernah bisa mendapatkan jumlah yang sebesar itu,” tambahnya. “Itu pengalaman yang aneh karena secara finansial saya aman…tapi harga yang harus dibayar adalah meninggalnya ibu.”

Di usianya yang kini 25 tahun, Molly menghabiskan sebagian uang tadi untuk biaya S2. Dia berencana menggunakan sisa uangnya untuk DP rumah.

Biarpun teman-temannya tahu ibunya meninggal, Molly belum cerita ke siapa-siapa soal uang yang dia terima. “Kayaknya bakal aneh situasinya kalau mereka tahu saya sekarang punya banyak uang,” ujar Molly. “Mungkin karena saya juga jadi merasa bersalah. Wajar ketika seseorang yang tidak punya uang merasa kesal terhadap mereka-mereka yang punya. Saya dulu sering sekali iri terhadap teman-teman saya yang mendapat dana warisan.”

Bagaimana caranya menghadapi perasaan bersalah ini ketika dana tersebut berhubungan dengan rasa kehilangan orang tua?

“Aneh banget sih memang,” kata Molly. “Tentunya, kalau bisa memilih, saya pilih orang tua saya kembali hidup. Ibu saya terkena kanker, jadi kami sadar apa konsekuensinya. Mungkin ibu saya sudah berpikir: “Dana ini kuwariskan supaya hidupmu dan adikmu sedikit lebih mudah.”

Ketika anak muda lain merahasiakan status dapat warisan, Kat Roberts tidak pernah menutup-nutupi setara Rp1,8 miliar yang dia terima dari dana perwalian. Robert, sekarang tinggal di Leeds, tiba-tiba menerima dana tersebut setelah ayahnya meninggal mendadak ketika sedang berjalan kaki di luar rumah.

“Wah hancur banget sih,” ujarnya lewat telepon. “Saya waktu itu berumur 26 tahun dan waktu itu pas malam tahun baru, dan saya menerima telepon bahwa ayah saya baru meninggal. Itu hancur banget. Saya dan ayah sangat dekat, seperti teman baik, kami ngobrol setiap hari.”

Apakah dia langsung memberi tahu teman-temannya? “Saya enggak jago menjaga rahasia,” ujar Roberts. “Saya toh orangnya lumayan terbuka dan orang pasti bertanya-tanya. Kalau kamu tiba-tiba sering liburan ke Paris orang pasti akan bertanya, ‘Duitmu dapat dari mana?’”

Kesenjangan ekonomi generasi milenial memang sangat terasa. Mengingat tipisnya harapan bagi banyak orang sekadar membayar DP rumah, kebanyakan anak muda usia 20 sampai 30-an ditaksir hanya akan bisa mengontrak hingga akhir hayat, atau kalau nekat beli rumah, mereka bakal kelabakan membayar KPR. Makanya, mereka yang menerima dana tiba-tiba dalam jumlah besar, entah lewat dana perwalian atau bentuk warisan lainnya, dapat keuntungan finansial yang tidak main-main. Orang kayak gini jauh lebih beruntung dari nasib mayoritas generasinya.

Setelah ngobrol agak lama, Robert bercerita pada saya tentang ayahnya dengan penuh rasa bangga.

“Semasa hidup, dia mendapatkan penghargaan Bintang Utama Kekaisaran Britania Raya (CBE) dari Pangeran William,” ujar Roberts. “Dia sosok yang luar biasa. Dia akan senang mengetahui saya menggunakan uang warisannya untuk membeli rumah. Tapi dia juga pasti kecewa saya sempat menggunakan sebagian duit warisannya untuk berpesta. Tapi saya yakin dia sudah bisa menebak perilaku saya tersebut!”


*Nama-nama narasumber di artikel ini diubah untuk melindungi privasi mereka

Follow penulis artikel ini di akun Twitter @RubyJLL