Wabah coronavirus masih menyebar di seluruh dunia, dengan total 128.343 kasus penularan dan 4.720 kematian ketika artikel ini dilansir. Organisasi Kesehatan Dunia bahkan telah mendeklarasikannya sebagai pandemi global.
Korea Selatan menjadi negara keempat dengan jumlah penularan tertinggi setelah Iran. Kebanyakan orang masih mengkhawatirkan wabah ini, meski pemerintah Korea Selatan mampu menekan angka kematian seminimal mungkin.
Videos by VICE
Pada 9 Maret, data menunjukkan sebagian besar kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia sudah pulih. Adapun, merujuk data Jumat (13/3), ada lima pasien di Indonesia yang dinyatakan sembuh dari virus Corona.
Sebagai pasien COVID-19 yang sudah sembuh, lelaki 48 tahun bernama Park Hyun ingin menceritakan seperti apa rasanya mengidap penyakit itu. Dia membagikan kisahnya dalam serangkaian postingan Facebook. Park berharap agar orang-orang lebih waspada.
“Mungkin ini terakhir kalinya saya memposting untuk sementara ini. Saya masih harus fokus pemulihan tubuh akibat coronavirus dan efek samping obat,” bunyi postingan terbarunya.
Park membeberkan dia tetap tertular coronavirus, terlepas dari gaya hidupnya yang sehat. Dia nge-gym lima kali seminggu, rajin cuci tangan, dan “berlebihan” menggunakan hand sanitizer. Dia bahkan tinggal di daerah bersih dari coronavirus. Makanya, Park menganggap remeh wabah ini dan “kepedean” enggak akan tertular.
Gejala yang dirasakan
Park awalnya kena radang tenggorokan ringan dan batuk kering pada 21 Februari. “Saya biasa merasakan ini saat lelah dan musim dingin,” tuturnya.
Dia mengira minum air akan meredakan sakit tenggorokan. Siapa sangka, ada kasus coronavirus pertama yang dilaporkan di Busan pada hari itu. Selama beberapa hari, Park merasa dadanya sesak. Dia kesulitan bernapas tiga hari setelah muncul gejala awal.
Nomor darurat coronavirus yang pertama kali dihubungi sibuk. Akhirnya dia menelepon pusat kesehatan pemerintah daerah. Mereka bilang kemungkinannya kecil terkena virus, sehingga dia baru bisa dites untuk coronavirus setelah menghubungi ketiga kalinya.
Proses pemeriksaan
Banyak juga yang diperiksa ketika dia ke rumah sakit. “Antreannya panjang sekali padahal masih pagi,” ujar Park.
Dia disuruh menunggu empat jam, tapi keburu pingsan setelah 30 menit mengantre. Kepalanya membentur lantai. Cederanya segera diobati, dan dia dites coronavirus.
Park mengarantina diri di kamar selama menunggu hasil. Dia mengabarkan semua orang yang berhubungan dekat dengannya tentang kemungkinan terinfeksi.
Diagnosis
Pada 25 Februari, Park menerima pesan hasil tesnya negatif. Baru juga senang sebentar, pusat kesehatan meneleponnya kalau pesan yang dikirim salah. Park dinyatakan positif terinfeksi coronavirus. Dia harus menunggu 24 jam sebelum dipindahkan ke rumah sakit. Alasannya karena enggak ada kamar kosong di area karantina.
Setelah itu, perwakilan balai kota menanyakan dia habis ke mana saja untuk mengidentifikasi orang-orang yang kemungkinan berpapasan dengan Park. Menyadari dia berada dalam kondisi buruk, perwakilan mendesak pusat kesehatan untuk memprioritaskan pemindahannya ke rumah sakit.
Menjelang tengah malam, Park dirawat di ruang tekanan negatif di unit perawatan intensif rumah sakit. Di sana, dia menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Park diberi obat-obatan dan pasokan oksigen.
Apa saja yang dirasakan
“Pernapasan sudah membaik, tapi dada rasanya masih seperti ditekan pelat logam berat,” Park mengingat-ingat. “Dada dan perut kayak kebakar setelah minum obat.”
Kondisinya naik turun, tapi organ vitalnya mulai membaik. Efek samping obat sangat hebat selama dua hari pertama, tapi lama-lama tubuhnya menyesuaikan diri. Park terpaksa meminum obat demi kesembuhan, terlebih lagi belum ditemukan obat khusus coronavirus. Kondisi mentalnya juga enggak stabil selama diisolasi di ICU.
Masa pemulihan
Setelah delapan hari di rumah sakit, Park dinyatakan negatif corona. Dokter berhenti memberikannya obat. Keesokan harinya, dia dites lagi dan hasilnya tetap negatif. Itu artinya dia telah pulih sepenuhnya.
Dia diizinkan pulang ke rumah pada hari kesembilan, tapi dokter menganjurkan untuk tetap mengarantina diri di rumah selama 14 hari. Pasien yang sudah pulih bisa ketularan lagi.
Kondisi Park semakin membaik sekarang, tapi dia memberi tahu VICE masih fokus pemulihan. Meski ada orang yang menuduh keluarganya mengancam kesehatan warga sekitar, masih banyak yang berbuat baik kepada mereka.
“Ketika tetangga ibu tahu saya dikarantina setelah pulang dari rumah sakit, mereka menggantungkan kantong berisi makanan di gagang pintu. Saya sangat menghargainya,” kata Park.
Dia menganjurkan agar orang-orang enggak terlalu memforsir tubuh dan menghindari tempat ramai. Bagi yang sudah positif terkena virus, Park menyarankan:
“Tetap berpikir positif. Makan, minum dan tidur teratur. Hindari artikel-artikel yang membingungkan. Percayakan pada tim medis dan proses pemulihan kalian. Jangan terlalu mengkhawatirkan orang-orang di sekitarmu. Mereka pasti kuat.”
“Kalian pasti bisa pulih seperti saya. Kita akan semakin kuat jika melewatinya bersama-sama,” imbuhnya.
Follow Junhyup di Twitter.
Follow Lia di Twitter dan Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Asia.