Rencana liburan kalian mungkin gagal total gara-gara corona, tapi bukan berarti enggak bisa jalan-jalan sama sekali, lho. Pasti kalian bertanya-tanya, “Bagaimana caranya? Keluar rumah saja belum boleh, mana mungkin bisa jalan-jalan?”
Biar enggak penasaran lagi, coba deh buka WindowSwap.
Videos by VICE
Seperti namanya, situs ini mengajak kita melihat-lihat pemandangan dari jendela rumah orang. Diusung oleh pasangan Singapura Sonali Ranjit (32) dan Vaishnav Balasubramaniam (36), WindowSwap menampilkan koleksi jendela dari berbagai belahan dunia.
Sonali dan Vaishnav mengambil inspirasi dari seorang teman yang memposting rumahnya ke media sosial. Saat itu, Singapura sedang menjalani lockdown.
“Kami membayangkan gimana rasanya ada di rumah mereka sekarang,” Vaishnav memberi tahu VICE. “Kami berandai-andai bisa tukar tempat, dan dari situlah ide bertukar jendela muncul.”
Setelah mengklik laman situs, kalian akan diarahkan ke sebuah jendela yang diunggah pengguna. WindowSwap membawa kalian berkeliling dunia dari kenyamanan rumah masing-masing. Kedengarannya mungkin biasa saja, tapi aku jamin situs ini menciptakan sensasi terapeutik yang bikin kalian lebih rileks.
Suatu pagi, aku pun menjajal WindowSwap.
Rumah pertama yang aku datangi berada di Jaipur, India. Aku disambut jendela yang setengah tertutup tirai putih. Pepohonan mengintip dari balik tirai, dan aku melihat ada secangkir kopi atau teh di dekat jendela. Aku membayangkan pemilik rumah, Prakhar, menyeruput minumannya sambil melempar tatapan ke luar jendela.
Setelah itu, aku pindah ke rumah Simon di London. Di sana, aku kembali menikmati pemandangan hijau dari jendela yang dihiasi enam tanaman pot.
Aku terperangah ketika tampilannya berubah jadi langit Honolulu yang biru cerah. Rupanya aku sudah sampai di balkon apartemen Denny. Tanamannya bergoyang tertiup angin laut. Bunyi denting membuatku nyaman seperti di rumah sendiri.
Suara latar ternyata sengaja dihadirkan supaya kita benar-benar merasa ada di tempat itu.
“Enggak cukup kalau cuma foto doang,” tutur Sonali.
“Harus ada semacam gerakan, meskipun itu hanya daun beterbangan, biar kalian merasa sedang memandangi jendela sungguhan. Sementara itu, suaranya memberikan kesan kalian beneran ada di tempat itu.”
Kemudian aku bertamu ke rumah Fernando. Di sana, aku disuguhkan panorama gedung pencakar langit yang dibingkai matahari terbenam.
Setelahnya, aku main ke lantai atas rumah Rob di sebuah kompleks Derby yang damai.
Aku juga mengintip gedung-gedung Shanghai yang tersembunyi di balik rumah tetangga Neil.
Lalu aku menyaksikan deretan rumah yang tertata rapi dari atas apartemen Söylem di Istanbul. Dalam hati, aku merencanakan liburan sungguhan ke sana ketika pandemi berakhir.
Pemandangan yang ditawarkan WindowSwap mirip seperti ASMR, tapi dalam bentuk foto bergerak atau sudah diisi suara latar. Kita sadar penuh jendela itu milik seseorang, sehingga suasananya menjadi lebih intim.
Kita enggak saling mengenal, tapi bisa memandangi jendela satu sama lain. Bagaikan mengintip ke dalam kehidupan pribadi masing-masing. Orang terdekat mereka belum tentu bisa merasakan apa yang dialami oleh kita.
Pemandangan WindowSwap sukses menyihir kita-kita yang merindukan dunia luar.
Sonali dan Vaishnav memulai proyeknya awal Juni kemarin, dengan bantuan video dari teman-teman mereka. Semakin lama semakin banyak orang tahu tentang WindowSwap. Dari yang awalnya memperoleh beberapa video saja setiap hari, sekarang mereka bisa mendapat kiriman sampai 500 video dalam satu hari.
Kalian bisa mengirim video horizontal berdurasi 10 menit ke email mereka. Video yang enggak lolos seleksi nantinya akan diunggah ke akun Instagram WindowSwap.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Asia