Artikel ini pertama kali tayang di The Creators Project.
Cowboy Bebop, anime kult legendaris bergenre space western yang didapuk oleh sekumpulan nerd yang kerap nongkrong di Reddit sebagai anime yang paling sempurna bagi orang awam, tengah digubah menjadi sebuah film live action, seperti yang dilansir oleh Deadline. Seperti biasa, tiap kali tersiar berita seperti ini, kita—pecandu anime atau bukan—bakal berdoa dalam hati “Ya Tuhan, jangan biar Hollywood menghancurkan mahakarya ini seperti mereka merusak Final Fantasy. Amin.”
Videos by VICE
Anime yang berjalan selama dua season—plus satu film panjang—mengisahkan perjalanan koboi angkasa Spike Spiegel dan keluarganya—semuanya para pemburu hadiah—berusaha menumpuk harta dan lari dari masa lalu mereka. Disutradari oleh Shinichirō Watanabe, anime Cowboy Bebop menampilkan sebuah galaksi njlimet dan kacau balau yang disatu sisi kadang terasa asing sekaligus familiar. Intinya sih, seradikal masa depan berubah, Cowboy Bebop menunjukan manusia tak akan berubah, gitu-gitu doang tabiatnya.
IMDB menempatkan Cowboy Bebop sebagai anime terbaik sepanhang masa. Cowboy Bebop juga rajin nongol dalam top 20 anime paling keren di banyak website. Serial TV yang mulai tayang tahun 1998 ini juga kerap disejajarkan dengan mahakarya Mamoru Oshii yang keluar tiga tahun sebelumnya, Ghost in the Shell, yang versi live action dirunyak habis-habisan oleh kritikus dan penonton—dmeski kental dengan CGI yang inovatif—awal tahun ini.
Memang, versi live action Ghost in the Shell sudah jadi kontroversi sejak awal produksinya. Gimana enggak, mbak Scarlett Johansson yang enggak ada jepang-jepangnya itu dipilih sebagai pemeran utama. Engga cuma sampai di situ, nama tokoh utamanya disingkat dari Major Makoto Kusanagi jadi sekadar “The Major.” jadi, enggak aneh kalau penggemar anime originalnya langsung menuduh kalau versi live action Ghost in The Cell adalah upaya whitewashing. Tentu, ini bukan kejadian pertama di Hollywood. Sepertinya sih, masalah sudah sistemik. Semua adaptasi anime asia seperti Speed Racer, Dragonball Evolution dan Avatar: The Last Airbender yang dikerjakan Hollywood mayoritas menyewa pemeran berkulit putih. Dan kita tahu hasil akhirnya: jeblok dan dibully massal.
Rasanya absurd banget kalau studio-studio berkantong tebal tutup mata tentang hal ini. Wong penggemar komik dan anime sudah sering banget ribut tentang hal ini, meski cuma didunia maya sih.
Marty Adelstein, produser yang bertanggung jawab atas serial Prison Break, Hanna, dan Made of Honor, tengah megembangkan adaptasi Cowboy Bebop bersama Tomorrow Studios. Mereka akan bekerja sama dengan Midnight Radio, yang dipimpin oleh Produser Josh Appelbaum yang menukangi Mission Impossible: Ghost Protocol, Alias, dan Teenage Mutant Ninja Turtles , dan Sunrise, studio yang menggarap seri original Cowboy Bebop yang akan berperan sebagai producer eksekutif.
Setelah proses casting kelar, karakter proses produksi akan makin gampang ditentukan. Jika pun Adelstein dan perusahaan bisa menghindari jebakan whitewashing, masih ada hambatan teknis dan tetek bengek lainnya yang bakal bikin protes adaptasi sebuah serial legendaris menjadi satu film panjang semakin njlimet. Terlepas dari segala tantangan proses adaptasi film kult untuk penonton mainstream, para sineas akan dipusingkan perbedaan mencolok ritme, rasa dan visual antara animasi dan live action.
Tapi, kalau boleh usul nih, sebaiknya Pak Bos Adelstein dan sutradara yang nanti ditunjuk menggarap Cowboy Bebop menonton ulang serial karya Josh Whedon Firefly, yang sering dibandingkan dengan Cowboy Bebop lantaran sama-sama memiliki antihero yang bisa kita cintai, setting retrofuturistik dan selera humor yang bagus. Tapi, jangan khawatir itu kan cuma usul, diwaro sukur, enggak juga gapapa. Kita mah cuma bisa berdoa semua semoga hasilnya enggak sekacrut Final Fantasy. Itu saja.