Dunia Kerja

Hal Basi yang Ingin Dihancurkan Generasi Milenial: Budaya Kerja Kantoran

Ngapain kerja di kantor kalau bisa bekerja dari rumah?
Katie Way
Brooklyn, US
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Seorang perempuan sedang bermain dengan anjing di sela-sela waktu kerja
Foto oleh Hero Images via Getty Images

Kalau dikasih dua pilihan antara kerja di kantor super berisikdengan kualitas udara tak sehat dan mengharuskan pakaian formal—atau bekerja dari rumah, kalian akan pilih mana? Yang terakhir? Selamat! Kalian enggak sendirian. Hasil survei dari perusahaan pengembang aplikasi Zapier menemukan semakin banyak pekerja yang mengharapkan kesempatan kerja dari rumah.

74 persen responden yang merupakan pekerja Amerika mengatakan siap berhenti kerja jika ada peluang lain di perusahaan yang mengizinkan bekerja dari rumah. 26 persen sisanya bahkan sudah meninggalkan pekerjaan yang mengharuskan ke kantor setiap hari. 45 persen peserta menganggap bekerja dari rumah lebih menarik daripada makan siang gratis, sementara 25 persen melihat kegiatan “rekreasi” seperti main ping pong enggak begitu menyenangkan seperti bekerja jarak jauh.

Iklan

Sebagian besar tertarik bekerja dari rumah biar bisa menghemat uang alias mengurangi pengeluaran, sementara lainnya beralasan dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga, mengurus hewan peliharaan atau anggota keluarga yang sudah tua, serta bagus untuk lingkungan dan kesehatan mental.

Ide ini terbukti menguntungkan perusahaan. Riset menunjukkan bekerja dari jarak jauh meningkatkan produktivitas karyawan, dengan subjek penelitian dapat bekerja satu hari penuh karena tak perlu pergi ke kantor dan enggak ada bentrokan jadwal. Selain itu, mereka jadi lebih konsentrasi bekerja. Namun, pekerjaan fleksibel tak selamanya menguntungkan karyawan. Penelitian tersebut menemukan subjek jadi jarang izin sakit dan mengambil cuti berbayar, serta beristirahat lebih sebentar daripada yang bekerja di kantor. Berkurangnya izin sakit menandakan kesehatan mereka membaik. Namun, bekerja dari rumah membuat mereka segan mengambil izin sakit. Tak hanya itu, karyawan justru jarang beristirahat ketika bekerja di rumah.

Meskipun demikian, 71 persen responden Zapier yakin budaya kerja di kantor akan “musnah” pada 2030. 66 persen pekerja dari segala usia berpendapat era digital akan menggantikan kantor fisik.

Walaupun judulnya “kerja dari rumah”, bukan berarti pekerja cuma ngendon di rumah setiap hari. Pastinya makin banyak orang memilih gawe dari coworking space (meski sebenarnya tempat ini enggak bagus untuk kondisi mental pekerja). Kerja dari jarak jauh ditakutkan dapat memperkeruh masalah kesepian yang sudah serius. Dengan begitu, bisa disimpulkan ide kerja dari rumah memang bikin kita lebih produktif, tetapi berpotensi merugikan kita dalam jangka panjang.

Serba salah dong, ah!

Follow Katie Way di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.