FYI.

This story is over 5 years old.

Seputar Tidur

Ini Dia Alasan Mengapa Kita Justru Susah Kembali Tidur Ketika Sudah Terbangun

Oalah, jadi ini toh penyebab kita susah bangun pagi.
Ilustrasi alarm
Foto ilustrasi oleh Audrey Shtecinjo/Stocksy

Hidup kayaknya bakalan jauh lebih mudah kalau kita bisa tidur dan bangun segampang menyalakan dan mematikan ponsel. Namun, bagi banyak orang, yang terjadi malah sebaliknya. Pengin bangun siang pas hari Minggu, tapi kenyataannya malah bangun pagi.

Anehnya, kita susah bangun dan merasa lesu ketika akan berangkat kerja. Dan ternyata, bukan kita saja yang mengalami hal seperti ini. Atlet profesional sekaliber Serena Williams juga merasakan hal serupa. Dia ngetwit soal ini pada Kamis pekan lalu.

Iklan

Supaya lebih kredibel, saya menanyakan alasannya kepada W. Chris Winter yang berprofesi sebagai ahli saraf bersertifikat, dokter spesialis tidur, dan penulis The Sleep Solution. Menurutnya, siapa pun bisa susah tidur dan bangun pagi karena rutinitas sehari-harinya. Dalam kasus Williams, dia menyebutkan susah bangun tidur sebelum pukul 9 pagi pada hari latihan.

Winter mengungkapkan bahwa jadwal kerja kebanyakan orang tidak selaras dengan tubuhnya. Kita harus bangun lebih pagi dari semestinya. Hal ini dapat menyebabkan “brain fog” yang membuat kita susah bangun tidur. Kalian jadi merasa lesu, sakit kepala, dan tidak nyaman karena durasi tidurnya terganggu. Semuanya berkaitan dengan ritme sirkadian alami tubuh.

Ada orang yang cenderung tidur dan bangun lebih cepat (dikenal sebagai “ morning people”), ada juga yang lebih suka tidur telat. Perbedaan ini sebagian besar ditentukan secara genetis dan sangat sulit diubah. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa night owl memiliki mutasi genetik yang memperlambat ritme sirkadiannya. Itu artinya mereka kerap berusaha mengejar ketinggalannya.

Badan rasanya menjadi tidak keruan ketika kalian melawan ritme sirkadian. Selain itu, kalian juga jadi malas bangun tidur. Meskipun demikian, kita bisa membuat badan beradaptasi dengan rutinitas pagi. Winter menerangkan bahwa kebanyakan orang terbiasa bangun tidur, melihat matahari, berinteraksi sosial, dan sebagainya. Itulah rutinitasnya, dan tubuh lama-lama akan terbiasa menghadapinya. Williams bisa mengalami hal itu karena dia cenderung berolahraga yang dapat meningkatkan suhu tubuh dan memperkuat kondisi fisik. Rutinitas fisiologis ini sulit dilawan meskipun saat hari libur, yang membuatnya susah tidur telat ketika sedang tidak latihan. Karena itu juga lah mengapa kita tetap merasa lelah setelah tidur.

Iklan

Winter menegaskan faktor lain: “Biasanya terdapat tekanan psikologis bahwa kalau kamu bisa bangun lebih siang, maka kamu seharusnya bangun lebih siang.” Namun, berusaha terlalu keras untuk tidur malah membuatnya lebih susah. "Tidak seperti olahraga," ujar Winter, "berusaha lebih keras’ merupakan kepastian kamu akan gagal. Dengan para atlet, kami menyusun kembali pandangan mereka terhadap kesusahan tidur dari kegagalan menjadi kesempatan untuk meditasi dan relaksasi. Bangun di tempat tidur bukan kegagalan."

Jadi, kita semua capek pas kita harus bangun pagi demi kerja atau latihan karena jamnya lebih pagi daripada yang kita inginkan. Namun, karena kita rata-rata memang bangun pagi, tubuh-tubuh kita terjebak dalam sebuah rutin dan tidak bisa cepat-cepat menyesuaikan diri pada hari-hari ketika kita ingin bangun lebih siang.

Mengapresiasi waktu istirahat di ranjang tanpa merasa tekanan untuk tidur bisa sangat membantu, imbuh Winter. Meditasi sadar bisa meningkatkan relaksasi juga—Winter merekomendasi alat meditasi Muse yang mempunyai fitur pelatih. Winter sering menggunakannya, dilengkapi kebiasaan tidur lainnya untuk menyiapkan para atlet dengan pola pikir yang benar. “Sama kayak melatih seseorang untuk memperbaiki backhand mereka,” katanya, “kamu juga bisa melatih seorang atlet untuk memperbaiki pola tidurnya.”

Tentunya bukan cuman atlet yang kesusahan tidur. Banyak orang mempunyai kebiasaan tidur yang buruk tapi masih bisa dibetulkan. Dan “sleep hygiene” (tidur yang sehat) akhir-akhir ini telah menjadi topik populer, karena semakin banyak orang sadar akan pentingnya tidur nyenyak—bahkan salah satu pemain tenis terhebat sepanjang waktu.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic