FYI.

This story is over 5 years old.

robot

Dua Dokter Meneliti Apakah Hubungan Seks Dengan Robot Berpotensi Membahayakan Kesehatan

Temuan awal mereka tidak terlalu optimis.
Robot pelayan di acara Qingdao Summit Center. Foto oleh Hu Yaojie/China News/via Getty Images.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News

Berhubungan seks dengan robot kayaknya menyenangkan (kalau emang kalian tertarik sama ide begituan ya). Masalahnya, apakah aktivitas seksual kayak gitu bisa membahayakan kesehatan? Pasti banyak orang penasaran. Nah, ada dua dokter yang ternyata mikirin topik yang mulai sering dibahas beberapa tahun terakhir itu. Mereka juga pengin tahu, makanya dilakukanlah penelitian awal.

Iklan

Kesimpulan dua dokter tadi—Chantal Cox-George dan Susan Bewley—sayangnya kurang membahagiakan buat orang yang sudah ngebet pengin mencoba bobok bareng robot. Penelitian mereka bilang, berdasarkan teknologi robotika sekarang, tidak ada bukti yang menunjukkan akan ada manfaat kegiatan seksual itu untuk tubuh manusia yang melakukannya.

Penelitian itu diterbitkan pekan lalu di jurnal ilmiah, dengan judul "I, Sex Robot: the health implications of the sex robot industry." Memang sih, belum ada juga dampak buruk kalau kamu sering-sering ngewe sama robot. Tapi, di sisi lain, bukan berarti tidak ada efek negatifnya. Ini semua perkara belum tersedia bukti yang bisa mendukung kesimpulan tegas apapun. Karenanya, dua peneliti itu menganjurkan robot seks sebaiknya tidak diasumsikan bisa memberi manfaat kesehatan apapun.

"Jika tujuan seks dengan robot ini untuk kepentingan kesehatan, kami tidak menganjurkannya," kata Cox-George, yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit St. George’s University, saat diwawancarai the Washington Post.

Ada empat kategori yang ditelaah oleh kedua peneliti tersebut seputar robot seks:

  • Apakah Seksnya Aman Bagi Tubuh Manusia?
  • Kemungkinan Robot Seks Bisa Memberi Fungsi Terapeutik Bagi Pengguna
  • Apakah Robot Seks Bisa Merehabilitasi Pedofil dan Pelaku Pelecehan Seks
  • Akankah Robot Seks Mengubah Pandangan Masyarakat Soal Norma

Dari empat variabel tadi, ditemukan lebih banyak potensi penyelewengan dan efek negatif alih-alih positif. Contohnya, kemungkinan pengguna malah akan memanfaatkan robot untuk simulasi pemerkosaan dan potensi malfungsi robot yang dapat merugikan pengguna—karena mendadak melukai atau menyerang akibat kegagalan sistem.

Iklan

Desain robot seks juga ditengarai bisa memicu masalah oleh penelitian dua dokter tadi. Mayoritas robot seks saat ini masih dirancang untuk konsumen lelaki. Akibatnya, desain bentuknya rata-rata perempuan dengan standar kecantikan sesuai norma yang ada.

Bagaimanapun, beberapa tahun ke depan umat manusia harus terbiasa dengan kabar perkembangan industri robot seks. Industri satu ini memang sangat cepat pertumbuhannya. Ada pabrikan yang bahkan bisa menciptakan robot dengan anatomi nyaris sempurna, dilengkapi kecerdasan buatan untuk melontarkan lelucon atau mengutip syair William Shakespeare. Tahun lalu, VICE juga melaporkan adanya robot prototipe bernama "Samantha", yang oleh pembuatnya dirancang harus "dirayu" lebih dulu sebelum diajak bobok bareng. Alhasil, pengalaman berhubungan seks sama robot lambat laun akan mendekati kemiripan kala kita melakukannya dengan manusia biasa.

Menakutkan, tapi sekaligus membangkitkan rasa penasaran.

Tonton dokumenter VICE News yang mendalami isu robot untuk pasangan seks di China lewat tautan berikut: