Di penghujung 2016, 'Given', single perdana kuartet alternative rock asal Bandung Collapse masuk daftar lagu terfavorit VICE Indonesia. Tim redaksi saat itu menyatakan proyek sampingan Andika Surya (lebih dikenal sebagai gitaris band mathcore A.L.I.C.E) ini—tepatnya dalam EP Grief rilisan label Royal Yawns—berhasil membangkitkan nuansa sound grungy 90-an, yang kini juga sedang bangkit lagi di kancah hardcore/punk Amerika Serikat. Musik Collapse mengingatkan kami pada Foo Fighters era There is Nothing Left To Run. Tepatnya ketika Chriss Shiflett baru bergabung dan Dave Grohl belum tertarik menjadi The Next Godfather of Modern Rock N' Roll.Collapse kini kembali menggebrak kancah musik Indonesia melalui single terbaru 'Cold November'. Andika dan kawan-kawan kembali memakai kartu truf mereka, sound gitar yang megah dan melodi-melodi emo. Video klipnya yang mengedepankan estetika low-key menampilkan keempat personel Collapse beraksi di sebuah gudang, disorot kamera yang aktif bergerak dalam format gambar hitam-putih, sebelum kemudian kembali ke scene berwarna.Apa yang dilakukan Andika, bisa dibilang fase khas musisi hardcore di banyak negara. Mereka merasakan kebutuhan untuk menjadi "dewasa" dari sisi musikalitas. Di awal video 'Cold November', Andika di dalam mobil menyenandungkan lagu Frank Ocean sebelum masuk ke signature sound Collapse. Dengan ini, secara simbolis, Andika dkk seakan menabalkan status Collapse sebagai kuartet yang berani mengambil risiko. Struktur lagunya berani menjamah teritori yang jarang dilewati musisi rock independen Indonesia lainnya. Prediksi kami, single terbaru Collapse (dan semoga LP perdana mereka) akan memuaskan para penggemar genre 'alternatif-rock-bikinan-mantan-anak-hardcore' yang belakangan dikuasai band semacam Title Fight.
Pendek kata: menjanjikan.
Iklan