Negara-negara besar dunia yang masuk dalam G7 menjatuhkan sanksi ekonomi berlapis ke Rusia, akibat tindakan Presiden Vladimir Putin menggelar operasi militer menyerang Ukraina. Sanksi ekonomi itu menyasar pembekuan aset bank-bank besar Rusia, serta diklaim menyasar pengusaha besar yang disebut sebagai oligarki pendukung utama rezim Putin.
Ketika sanksi itu mencakup penyitaan aset serta mempersulit transaksi oligark Rusia dalam arus perekonomian dunia, maka satu industru yang seakan jauh dari perang turut terpengaruh. Industri tersebut adalah sepakbola, tepatnya bisnis sepakbola di Eropa. Banyak klub di Liga Primer Inggris, Bundesliga Jerman, atau Ligue 1 Prancis mendapat suntikan sponsor dari perusahaan Rusia. Tak sedikit pula orang supertajir Rusia, yang jelas diuntungkan oleh Putin, menjadi pemilik klub ternama.
Videos by VICE
Efek penjatuhan sanksi sudah langsung terasa di dunia sepakbola, setelah klub Bundesliga, FC Schalke 04, mengumumkan penghapusan logo Gazprom, BUMN migas Rusia, dari seragam klub mereka. Schalke juga menghentikan kontrak sponsor dari Gazprom. Manchester United, klub besar Inggris, termasuk dalam sorotan karena salah satu sponsornya adalah Aeroflot, maskapai penerbangan terbesar Rusia. Manajemen MU belum merespons konfirmasi media mengenai sikap mereka atas adanya sponsor Rusia di tengah maraknya sanksi ekonomi negara G7.
UEFA, sebagai regulator sepakbola Eropa, turut mengambil langkah tegas. Federasi memindahkan lokasi laga final Liga Champions 2022 dari kota St. Petersburg, Rusia, ke negara lain. Keputusan UEFA itu otomatis akan memukul perekonomian Rusia, karena final Champions lazimnya mendatangkan devisa bagi tuan rumah, serta ada royalti dari hak siar televisi.
Namun satu sosok yang paling banyak mendapat sorotan adalah Roman Abramovich, pemilik Chelsea FC. Klub besar London itu bisa memperbaiki nasib semenjana, dan merangsek kasta papan atas, berkat gelontoran duit Abramovich. Pengusaha berdarah Yahudi-Rusia itu bisnis utamanya adalah menjual kembali aset-aset BUMN bekas Uni Soviet lewat perusahaan investasi Millhouse LLC. Pengusaha 55 tahun itu juga meraup untung dari pabrik baja, yang konsesinya didapat berkat kedekatan Abramovich dengan Putin.
Merujuk analisis Forbes, total kekayaan Abramovich saat ini sebesar US$13,3 miliar, dan Chelsea merupakan proyek pribadinya, sebagai penggemar sepakbola, yang mendapat guyuran duit cukup besar selama 19 tahun terakhir.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada 24 Februari 2022 mengumumkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Rusia. Merujuk laporan the Guardian, sanksi dari Inggris mencakup pembekuan aset pribadi 120 individu asal Rusia yang berbisnis atau menyimpan uang di UK. Belum jelas apakah Abramovich masuk dalam daftar itu, namun banyak pengamat menyatakan dia sudah pasti termasuk yang diincar karena dianggap dekat dengan Rezim Putin.
Anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, Chris Bryant, bahkan secara tegas meminta pemerintahnya untuk mengusir Abramovich dari ekosistem Liga Primer. “[Abramovich] seharusnya tidak bisa lagi memiliki saham klub sepakbola di negara kita,” ujar Bryant.
Merujuk laporan Sports Illustrated, andai pemerintah Inggris bersikap keras menyita aset-aset Abramovich di negara itu, termasuk seluruh sahamnya di Chelsea, klub yang menjuarai Liga Champions 2021 tersebut diyakini akan tetap sanggup berkompetisi di berbagai level dalam jangka pendek, karena kondisi keuangannya cukup sehat.
Sementara, dari analisis Forbes, Chelsea sulit lepas dari jeratan Abramovich. Sang oligark memiliki pinjaman mengikat atas manajemen Chelsea senilai US$2 miliar. Pondasi keuangan Chelsea bisa amburadul bila Abramovich menuntut seluruh investasinya dikembalikan.
Abramovich sendiri sejak 2018 sudah tidak lagi tinggal di Inggris, karena visa izin tinggalnya tidak diperpanjang pemerintah. Itu sebabnya dia hanya menonton pertandingan Chelsea saat final Liga Champions tahun lalu dari luar negeri.
Setidaknya, satu klub yang sudah pasti akan terpengaruh sanksi ekonomi dari negara G7 adalah CSKA Moskwa. Klub ibu kota Rusia itu dimiliki oleh VEB, jaringan bank terbesar kedua Negeri Beruang Merah. Amerika Serikat membekukan aset VEB dalam dollar Amerika. Tak hanya itu, CSKA resmi masuk dalam daftar cekal Kementerian Keuangan AS terbaru, yang membuat manajemen klub bakal kesulitan melakoni transfer dalam mata uang Dollar.