Delapan Jenis Orang Absurd Biasanya Nongol di Gelaran Record Store Day

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey

Tiap April, kolektor album fisik seluruh dunia berkumpul toko-toko album fisik terdekat untuk merayakan hajatan keren bernama Record Store Day [RSD]. inilah hari di mana para pegiat rilisan fisik bisa memborong album ekslusif yang dirilis hari khusus untuk hari itu, berburu vinyl-vinyl antik dan nunduk terus mengaduk kaset, CD, atau plat di hadapan mereka, tanpa sekalipun bertukar pandangan [jika ada yang tanya siapa yang bisa menjaga pandangannya, maka jawabannya adalah kolektor rilisan fisik di RSD].

Selebihnya, RSD ya cuma gitu doang dari tahun ke tahun. Makanya, jangan kaget kalau yang datang juga manusia itu-itu saja. Nah, sebelum kamu berangkat ke lokasi RSD besok, berikut beberapa jenis manusia yang sebagian darinya niscaya kamu temui (atau pahit-pahitnya kalian termasuk salah satunya).

Silakan dibaca. Harapannya, biar kalian jadi pengunjung yang baik dan enggak kejebak dalam stereotip-stereotip jelek macam mereka.

Videos by VICE

Pengunjung Kehabisan Album Eksklusif Karena Telat

Orang-orang macem ini biasanya datang menjelang acara RSD beres. Entah mereka ngapain dulu. Sebenarnya mereka cuma salah mikir doang. Dalam pikiran mereka, kalau ada pengumuman “Piringan hitam eksklusif band anu dijual cuma di RSD tahun ini,” mereka stok barangnya enggak terbatas dan mereka adalah umat terpilih yang mendapatkannya kapanpun mereka datang.

Alhasil begitu datang, mereka langsung ngedumel “Lah katanya bakal dijual hari ini, kok habis duluan sih? Atau “Wah pasti ada yang borong banyak buat dijual lagi.” Pendeknya, dulu pas SD, mereka pasti ngulang pas ulangan matematika bab pengurangan.

Mas/Mbak Yang Datang Buat Nyari Spot Foto Instagram Doang

Jenis orang satu ini bisa jadi enggak beli apa-apa. Dia cuma numpang megang vinyl langka dan memfotonya buat stok pajangan di Instagram. Beres dapat foto-foto keren, mereka balik lagi ke rumah dan buka Spotify. Rilisan fisik? Apaan. Foto mereka juga dipajangnya di lapak digital doang, tanpa lupa tagar macam #vinylporn #jajanrock #tangkapanhariini #vinyloftheday #instavinyl #vinyljunkie #cratedigging #recordstoreday #rsd2018

Pesohor Yang Tiba-Tiba Doyan Vinyl

RSD sebenarnya adalah sebuah arena battle royale antara sesama pengumpul rilisan fisik. Senjatanya ada tiga: kerajinan, luasnya referensi/wawasan soal musik, dan terakhir perkara ketebalan dompet. Dua yang pertama pada dasarnya sudah dari sononya dipunyai pemburu plat, kaset, ataupun CD. Sayangnya, yang terakhir, itu harus diperjuangkan di dunia yang enggak menyediakan kesempatan setara bagi umat manusia untuk memeroleh penghasilan besar.

Makanya, begitu ada pesohor yang ikutan nyemplung di gelaran RSD, reaksi kita akan terbelah: 1) bangga karena kebangkitan piringan hitam—serta format rilisan fisik lainnya—sudah meluas hingga melampui batasan skena, kelas sosial dan geografis. Atau 2) kalut karena mau enggak mau kita bakal ciut membayangkan isi dompet mereka.

Jadi, buat Kang Ryan D’Massiv atau Om Rio Dewanto, sabar dan maafin aja kalau ada yang memandang sinis ketika Akang dan Om muncul pas RSD. Golongan macam ini cuma khawatir kalah bertanding. Itu saja alasannya.

Pengunjung yang Datang Semata Buat Ngedumel Soal Record Store Day

Kelompok ini terdiri dari beberapa tipe orang. Misalnya:

  1. Mereka yang ngomong songong, “Sorry ya buat gue RSD itu tiap hari coy.”
  2. Mereka yang sibuk ceramah “musik itu kedengaran lebih warm di plat sob!”
  3. Mereka yang gagal move on dan terus-terusan ngedumel, “Saya masih inget loh pas RSD itu dibikin buat menyokong toko-toko musik independen. Bukan jadi ajang ngumpulin rilisan ekslusif kayak sekarang.”

Nah, karena pengunjung macam ini selalu ada saban tahun, saran saya, kalau anda newbie di gelaran RSD, abaikan mereka. Sebaliknya, kalau kamu veteran RSD, rem tendensi sok bijakmu biar enggak berakhir kayak mereka.

Kolektor Poser Pengepul Album Standar

Sebenarnya enggak ada maksud melabeli mereka sebagai poser. Tapi mau bilang apa, wong mereka ini baru ikutan beli vinyl saat plat jadi barometer manusia keren beberapa tahun belakangan kok. Bagi mereka, vinyl enggak beda dari kamera lomo, podcasting, atau vaping.

Konsekuensinya, punya vinyl adalah segala-galanya bagi manusia takut ketinggalan tren macam itu. Masalah albumnya esensial atau enggak, itu urusan kesekian. Berani taruhan, koleksi terbaik mereka adalah album terakhir Foo Fighters dan album Hot Fuss-nya The Killers.

Pengunjung Yang Ngotot Mengucapkan ‘Vinyl’, Bukan Piringan Hitam

Kelompok ini terbagi jadi dua:

  1. Klub elit yang melafazkannya menjadi “Vai-nel”
  2. Klub lokalan yang melafazkannya menjadi “Vi-nil”

Tips: tak usah dihiraukan sebab yang penting mereka jajan rock. Lagipula, jangankan kalian, Ivan Lanin pun niscaya enggak mampu menyakinkan mereka agar sesekali bilang “plat” atau “piringan hitam.”

Cowok-Cowok Pengin Kelihatan Keren Depan Cewek, Ujungnya Jadi Mansplaining

Begini, di alam pikiran cowok-cowok ini, terbersit sebuah pemikiran bahwa cewek itu umumnya cuma sidekick pacarnya pas ke gig atau segala macam music-related event. Alhasil, begitu lihat ada cewek nyambar album Disintegration-nya The Cure, mereka langsung bergerak dan bilang “beliin buat pacarnya ya. Gue kasih tahu ya, itu album biasa. Coba beliin The Pop deh, itu nyaris kayak album solonya Robert Smith, cowok lo pasti senang pacarnya punya wawasan musik yang luas. Percaya deh!”

Brengsek emang. Tegur aja kalau kalian nemu manusia model beginian di RSD tahun ini.

Pengunjung yang Datang Cuma Buat Nonton Band-Band Keren Manggung

Enggak ada yang salah dari niatan datang ke RSD buat nonton band keren manggung karena RSD sejatinya adalah sebuah gig besar. Lagipula, musik konon katanya seharusnya gratis.

Sayangnya, hidup musisi dan penjual rekaman itu enggak gratis. Maka jajan rock-lah jika mampu.

Dan Ozzi bakal berkeliaran di gelaran RSD terdekat. Silakan minta wejangan ke dia soal rilisan fisik via Twitter .