Deretan Petualangan Paling Ekstrem Bisa Kalian Coba Tahun Ini (Asal Punya Duit Sih)

Kalau gagasanmu soal berpergian adalah naik yacht selama 10 hari, kini saatnya kamu memperluas imajinasi. Hari-hari gini, apapun mungkin—dan satu-satunya batasan adalah imajinasimu. Kamu pengin menciptakan ulang kunjungan ke Mars di tengah gurun, atau menghabiskan 10 hari menjelajahi bagian-bagian tak tersentuh di Alaska? Ada perusahaan travel yang bisa menyediakan itu semua.

Walaupun dunia terasa semakin mengecil berkat pesawat, internet, dan industri turisme kursi roda (hai David Attenborough) ada lebih banyak yang bisa dieksplor. Mungkin hal ini tidak akan bertahan lama, tapi kamu menyadarinya berkat sosok macam David Attenborough. Karena planet ini dalam ancaman. Dari koral yang kritis hingga populasi hiu yang semakin menurun, sampai 150 hektar hutan hujan yang hilang setiap menitnya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mejelajahi dunia kalau kalian punya duit.

Videos by VICE

Liburan di dalam negeri juga asyik. Membayangkan berlibur di tiga dari 17.800 pulau di Indonesia saja udah keren. Tapi bagaimana sisanya? Ada banyak yang hanya kita nikmati lewat layar televisi.

Cuma, tidak begitu cara berpikirnya orang tajir. Buktinya 10 tahun terakhir, sekumpulan orang yang gemar berpergian menjadi sadar akan hal ini, dan lahirlah pasar untuk liburan eksklusif dan mahal.

Foto oleh: Tommy Schultz


Salah satunya adalah Geordie Mackay-Lewis—mantan perwira angkatan bersenjata Inggris yang sekarang mendirikan perusahaan travel dan petualangan. Mackay-Lewis menjalankan bisnis bersama co-founder Jimmy Carroll. Mereka berdua menyiapkan rute menuju Pelorus demi menjadikan semua mimpi perjalanan teraneh dan terliar (orang kaya) jadi kenyataan.

Sebagai gambaran soal apa yang bisa kamu harapkan dari perusahaan-perusahaan perjalanan dan petualangan ini: salah satu dari pengalaman “Unknown” kedua orang ini adalah masuk ke gurun menggunakan helikopter di bagian selatan Israel, pergi ke perbatasan Yordania dan kelompok tersebut menavigasi jalan ke gurun Wadi Rum—tempat mereka menemukan akomodasi mereka: tenda-tenda bertekanan, yang menimbulkan kesan berada di Mars.

Kalau kamu harus mempercayakan nyawamu pada orang lain, mereka adalah orang yang tepat. Di samping pengalaman mereka di angkatan bersenjata, Carroll yang berusia 36 tahun ini juga mengelola ekspedisi penelitian medis terbesar ke Everest, dan pernah menjadi pengelola tur global Manchester United. CV Mackay-Lewis sendiri termasuk dua tur ke Afghanistan dan perjalanan ke gurun dan hutan.

Duo ini tampaknya amat sadar akan previlese untuk menjelajahi bagian-bagian dunia yang tidak terjamah. “Kita punya waktu yang amat sedikit untuk menikmati planet ini dan melihat segalanya,” ujar Mackay-Lewis. “Kuncinya adalah bahwa orang-orang menyadari dunia kita belum dijelajahi, ada banyak sekali yang bisa dilakukan dan dilihat.”

Previlese tersebut menimbulkan tanggung jawab besar. Karena dari sudut pandang konservasi, pengalaman-pengalaman yang unik ini bisa menjadi konflik kepentingan. Ada area-area di mana perusahaan-perusahaan membawa klien-klien mereka, yang tidak diatur dan tak terjamah. “Kalau kita yang membawa orang ke sana dan mengunjunginya, kita harus menghormati alam dan juga menuliskan peraturannya,” ujar Mackay-Lewis. “Ini adalah tempat-tempat yang gak bisa asal kita datangin.”

“Lebih penting lagi untuk menghargai hewan-hewan di sana karena mereka gak kabur—mereka gak tau kamu siapa dan kamu itu apa. Jadi di area-area kutub kita bilang—ketika ada yang nanya, ‘Boleh ga saya pasangin kacamata hitam di anjing laut’—kita bilang tidak, jangan melakukannya.”

Saat ini, keduanya sedang mengerjakan sebuah proyek. “Seorang bapak dan anak menghubungi kami sebulan yang lalu, dan ayahnya bilang, saya ingin anak saya yang berusia 15 tahun memiliki salah satu pengalaman terbaik di dunia, jadi saya ingin menciptakan bucket list 10 tahun,” ujar Mackay-Lewis.

“Dalam 10 tahun, kami bisa melakukan hal-hal hebat,” imbuhnya. “Kita akan memberikannya sebuah rencana petualangan, di mana dia akan melakukan pelatihan naik gunung, pelatihan scuba diving, dan memastikan dia punya peralatan yang dia butuhkann untuk mengakses bagian-bagian tertentu di dunia ini.”


Bagi banyak orang, bersantai di pantai adalah cara asik untuk… bersantai. Tapi bagi orang lain, terutama orang-orang dengan pekerjaan penuh tekanan yang hidup di kota-kota bertempo cepat, petualangan adalah satu-satunya obat. Dan kesenangannya mulai saat kamu mengadakan rapat pertama.

“Rasanya seperti jadi anak-anak lagi,” ujar Carroll soal fase pertama. “Sebagai orang dewasa, kamu selalu memikirkan soal keamanan, tapi kamu juga memerlukan mentalitas anak-anak untuk menciptakan keseruan dan kreativitas. Dan kami tidak bekerja dengan pemasok standar, melainkan ahli-ahli di seluruh dunia. Dari BBC Natural History sampai antropolog menarik yang menghabiskan 25 tahun di Papua Nugini.”

Foto oleh: Jeremy Koreski

Berbekal kontak-kontak pemandu seperti ini, batas petualangan bagi orang tajir memang hampir tak ada lagi. Tapi terkadang seseorang datang dengan ide yang mereka harus tolak. “Kami pernah kedatangan calon klien yang ingin menghabiskan semalam di atas gunung es, kami bilang tidak,” ujar Mackay-Lewis. “Kami menciptakan realita alternatif dan terkadang orang-orang jadi gak ngeh realita seperti apa yang memungkinkan.”

Mackay-Lewis bilang, bagaimanapun, tetap ada hal-hal yang secraa fisik tidak memungkinkan. “Satu orang ingin mereka ulang The Battle of Britain, dan mempekerjakan petasan dan pembom Jerman. Ya kami gak mau lah,” ujarnya.

Mudah membayangkan bahwa kita berada dalam era eksplorasi keemasan, berkat teknologi. Tapi keinginan manusia untuk berpetualang bukanlah hal baru. “Melalui teknologi dan kemajuan kini kita mampu pergi ke tempat-tempat jauh dengan nyaman,” kata Mackay-Lewis. “Itu artinya siapapun bisa jadi petualang.”

Artikel ini pertama kali tayang di AMUSE i-D.