Desa Tropodo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pekan lalu dilaporkan The New York Times tercemar limbah kimia beracun. Racun berasal dari sampah plastik campur kertas buangan dari Amerika Serikat yang digunakan 30-an rumah tangga produsen tahu di desa ini sebagai bahan bakar saat memasak. Asap dan debu hitam sisa pembakaran mengandung zat kimia dioksin penyebab kanker, cacat lahir, dan penyakit parkinson.
Karnawi, 84 tahun, seorang peternak ayam yang tinggal di dekat pabrik pengolahan tahu menceritakan bagaimana rasanya hidup di dekat pabrik-pabrik tahu tersebut. “Mereka mulai membakar pagi-pagi sekali sampai larut malam. Ini terjadi setiap hari dan asap selalu terlihat, membuat saya sulit bernafas,” ujar Karnawi kepada The New York Times.
Videos by VICE
Racun yang menyesaki Desa Tropodo diidentifikasi setelah penelitian kolektif empat lembaga, yakni International Pollutants Elimination Networks (IPEN), Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON), Nexus3 Foundation, dan Arnika, menemukan dioksin di telur-telur ayam ternak milik Karnawi. Mereka memilih ayam sebagai subjek penelitian karena perilaku binatang ini yang suka mencari makan dari tanah.
Yang mengerikan, kandungan dioksin di telur ayam Karnawi menjadi nomor dua tertinggi di Asia. Level kontaminasi ini hanya kalah dari telur ayam di Kota Bien Hoa, Provinsi Nng Nai, Vietnam yang secara sengaja ditumpahi dioksin oleh militer AS semasa Perang Vietnam antara tahun 1962-1971. Tanah sengaja dicemari dioksin untuk menggugurkan dedaunan dan mematikan tanaman pangan yang digunakan tentara Vietcong bertahan hidup. Hingga hari ini Kota Bien Hoa masih melakukan proyek bersih-bersih dioksin bekas perang itu.
“Penemuan ini menggambarkan betapa berbahayanya plastik untuk kesehatan manusia. Para pembuat kebijakan sebaiknya segera bergerak untuk melarang penggunaan limbah plastik, mengumumkan kontaminasi lingkungan di Tropodo, dan mengendalikan laju impor sampah plastik,” kata Lee Bell, peneliti IPEN, masih dari The New York Times.
Produsen tahu Tropodo menggunakan limbah plastik sebagai bahan bakar untuk menekan biaya produksi. Harga plastik yang dikirim ke Tropodo hanya sepersepuluh ongkos memakai kayu bakar. Harga plastik memang jadi sangat murah karena limbah plastik yang dipakai adalah yang terburuk karena sudah melewati dua kali pemilahan.
Alur suplai limbah plastik ke Tropodo cukup panjang. Setelah diimpor dari Amerika Serikat, limbah plastik-kertas pertama kali mendarat di Surabaya. Di sana, perusahaan pengimpor memilah-milah bahan plastik yang bisa digunakan sebagai material daur ulang.
Setelah selesai dipilah, sisa plastik dikirim ke Desa Bangun di Mojokerto untuk menjalani pemilahan kedua oleh para pemulung. Desa ini telah menjadi sentra sampah dunia dengan menerima kiriman dari Amerika Serikat, Kanada, Italia, Korea Selatan, dan Inggris. Dari Desa Bangun barulah sampah ini dikirim ke Tropodo.
Pada Juli 2019 Dirjen Pengolahan Limbah Kementerian Lingkungan Hidup Rosa Vivien Ratnawati mengunjungi Desa Tropodo dan melihat langsung praktik pembakaran sampah beracun ini. Namun, sampai sekarang KLH tidak berbuat apa pun untuk menghentikannya. Saat itu Rosa hanya mengatakan akan menginvestigasi cara mengendalikan asap beracun yang mengepung desa.
“Kalau plastik digunakan sebagai bahan bakar kan bukan masalah. Masalahnya itu gimana sebaiknya polusinya dikendalikan,” ujar Rosa. The New York Times mencoba menghubunginya minggu lalu namun Rosa menolak berkomentar. Peneliti dan pemerhati politik Made Supriatma berpendapat, saat ini hanya pemerintah yang bisa mencegah keterpurukan Tropodo.