Pekan lalu, Therapeutic Goods Administration (TGA) Australia mengumumkan keputusan sementara yang mengubah klasifikasi nikotin dari zat beracun menjadi obat khusus resep. Apabila disahkan, produk nikotin—seperti rokok elektrik, e-juice, rokok heat-not-burn, tembakau kunyah dan _snuff_—hanya bisa diperoleh menggunakan resep dokter.
Perubahan ini dimaksudkan untuk memperjelas apakah sebaiknya produk nikotin dianggap sebagai racun berbahaya atau pengobatan terapi. Saat ini, Undang-Undang negara bagian dan teritorial Australia mengklasifikan vape dan rokok elektrik sebagai obat khusus resep yang dapat digunakan untuk terapi—terutama untuk berhenti merokok—dan racun berbahaya jika digunakan bukan untuk kebutuhan terapi.
Videos by VICE
Dengan kebijakan baru ini, dokter atau praktisi medis dapat meresepkan produk vape apabila dirasa dapat membantu pasien berhenti merokok. Produknya kemungkinan akan dijual di apotek dan pengecer online Australia. Vape impor dari toko online luar negeri akan dilarang.
“Meresepkan vape akan menekan pertumbuhan cepat penggunaannya di kalangan anak muda Australia dan luar negeri, serta mencegah dijadikannya alasan untuk merokok oleh anak muda,” ujar TGA dalam pernyataan resminya. “Sepanjang 2015-2019, penggunaan rokok elektrik di kalangan anak muda meningkat 72 persen di AS, 150 persen di Kanada dan 96 persen di Australia.”
Sementara sejumlah pakar kesehatan mendukung keputusan TGA untuk mengatur penjualan produk nikotin — mengatakan dapat membatasi jumlah anak muda yang merokok vape dan e-cigarette — lainnya justru mempertanyakan usulan ini.
“Rokok tembakau adalah jenis nikotin paling berbahaya. Sangat tidak masuk akal jika vape dijadikan obat resep, tapi produk tembakau konvensional masih dijual bebas,” tegas Dr Gary Chan dari Pusat Penelitian Penyalahgunaan Zat Pada Anak Muda di Universitas Queensland. “Zat kimia dalam rokok terbakar itulah yang membunuh, bukan nikotinnya.
“Dari perspektif kesehatan masyarakat, akan lebih masuk akal jika kebijakannya melarang penggunaan rokok yang dibakar dan memudahkan perokok untuk memperoleh vape saat ingin merokok.”
Sementara itu, Associate Professor Kristin Carson-Chahhoud dari University of South Australia Cancer Research Institute berpendapat diperlukan lebih banyak studi untuk mengklarifikasi kemanjuran rokok elektrik sebagai obat terapi, dan mengukur pro terhadap kontra.
“Australia harus berfokus membuat kebijakan berbasis bukti, yang mencakup tinjauan berkelanjutan terkait dampak jangka panjang rokok elektrik. Mereka harus membuktikan vape memang bisa menghentikan kebiasaan merokok,” terangnya. “Belum ada bukti yang mendukung klaim rokok elektrik sebagai obat terapi, sementara perawatan standar emas berbasis bukti yang sudah kita ketahui malah diabaikan.
“Jangan sampai kerangka peraturan ini meningkatkan risiko kecanduan nikotin di Australia, seperti yang terjadi di Selandia Baru dan Kanada.”
Keputusan sementaranya terbuka untuk dikonsultasikan hingga 6 November mendatang, sedangkan keputusan akhir diperkirakan keluar pada pertengahan Desember. Jika disahkan, perubahan itu akan berlaku mulai 1 April atau 1 Juni 2021.
Follow Gavin di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.