Di saat mata uang kripto dan fintech semakin berkembang, warga East New Britain di Papua Nugini memilih tetap bertransaksi menggunakan mata uang berupa cangkang kerang. Oleh warga setempat, alat tukar ini dijuluki Tabu.
Papua Nugini sudah 43 tahun merdeka dari otoritas Australia, tetapi anggota suku asli Tolai masih setia menggunakan uang cangkangnya. Praktik kuno ini berhasil melewati banyak hal—pendudukan Jerman dan Australia yang berlangsung lama, pengaruh kuat sistem pendidikan Katolik, dan perkembangan ekonomi serta globalisasi yang luas.
Videos by VICE
Suku Tolai, yang beranggotakan 120.000 orang, menggunakan benda laut ini untuk membeli sembako di desa setiap harinya. Tabu juga berperan penting dalam semua kegiatan budaya.
Cangkang digunakan untuk berbagai hal, mulai dari upacara inisiasi, pernikahan, acara pemakaman, pesta makan babi hingga menentukan hierarki yang kaku dalam suku Tolai. Tabu tidak mudah dibikin, sehingga alat tukar ini amat berharga bagi si penerima.
Tabu terbuat dari cangkang Nassariidae atau siput lumpur Nassa. Para warga akan mencarinya sendiri di tepi pantai. Bahkan ada yang sampai menyelami lautan untuk mendapatkannya. Setelah terkumpul, hasil tangkapan mereka akan dijemur hingga siputnya mengering. Siput-siput ini lalu dibawa ke pelabuhan Rabul untuk dikasih obat hama dan dicuci dengan deterjen supaya tidak bau lagi. Kemudian, bagian atas setiap cangkang akan dipotong menggunakan tang. Cangkang-cangkang itu lalu dirangkai membentuk lingkaran untuk disimpan dan digunakan saat berdagang.

Masyarakat Tolai dapat menggunakan tabu secara langsung dan tidak langsung. Penggunaan langsung yaitu untuk membeli kebutuhan pokok dan jajanan, seperti beras, es krim, minyak, sosis, pinang, rokok, kacang dan lain-lain. Uang cangkang digunakan dalam upacara pernikahan, di mana lelaki akan membayar orang tua perempuan untuk menikahi putrinya. Acara inisiasi anak laki-laki juga membutuhkan tabu. Apabila ada yang meninggal, warga akan memecahkan cangkang atau mewariskannya kepada klan.
Alat tukar ini juga berfungsi sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi. Anggota masyarakat akan urunan tabu saat pesta makan babi. Perselisihan bahkan bisa diselesaikan dengan cangkang siput. Tabu juga bisa ditukar dengan Kina, mata uang resmi Papua Nugini. Mereka menukar tabu untuk transaksi tidak langsung, seperti membayar SPP sekolah atau pajak, berobat ke rumah sakit, melunasi utang, atau membeli peralatan, mobil atau perlengkapan rumah tangga.
Sirkulasi uang cangkang di Semenanjung Gazelle, East New Britain, diperkirakan bernilai enam hingga tujuh juta Kina (Rp32 miliar), menjadikan daerah ini sebagai hotspot untuk aktivitas barter kuno di dunia. Namun, kegiatan ini bermasalah. Bertambahnya populasi Tolai meningkatkan permintaan akan cangkang Nassariidae. Akibatnya, ekosistem di pantai East New Britain habis karena diambil dengan cara yang tidak berkelanjutan. Pantai-pantai ini tak lagi dianggap sebagai sumber mata uang laut tanpa batas. Suku Tolai akhirnya tak punya pilihan lain selain mengimpor uang cangkang baru dari provinsi Papua Nugini terdekat atau bahkan Kepulauan Solomon.
Sistem kas, ATM, dan perusahaan pinjaman sudah ada di Papua Nugini selama berpuluh-puluh tahun lamanya, tetapi suku asli Tolai masih mengandalkan uang cangkang. Butuh waktu lama bagi mereka untuk menyesuaikan diri dari gaya hidup mandiri ke perekonomian yang memanfaatkan uang. Untuk saat ini, mereka berusaha keras menyeimbangkan antara uang kertas Kina, koin Toea, dan tabu.
Simak praktik unik suku Tolai lewat serangkaian foto di bawah ini.









Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.
More
From VICE
-

-

Photo: Brunomartinsimagens / Getty Images


