Awal 2019 ditandai dengan rilisnya dokumenter-dokumenter mengejutkan soal para pesohor.
Akhir tahun lalu, dokumenter saluran TV Lifetime berjudul Surviving R. Kelly tayang di televisi dan membongkar pola pelecehan sang penyanyi R&B terhadap perempuan kulit hitam. Nyaris sebulan kemudian, HBO dan Channel 4 di Inggris mengumumkan penayangan dokumenter Leaving Neverland membahas sejarah pelecehan seksual yang konon dilakukan Michael Jackson.
Videos by VICE
Film dokumenter soal mendiang raja pop ini disutradarai Dan Reed (The Pedophile Hunters) mengisahkan dua laki-laki yang kini berumur 30-an tahun dan mengklaim pernah dilecehkan Michael Jackson, ketika mereka masing-masing berumur tujuh dan sepuluh tahun.
Reaksi keluarga Jackson terhadap Leaving Neverland tak jauh beda dengan reaksi R. Kelly terhadap Surviving R. Kelly. Mereka sudah mencoba mendiskreditkan para penuduh dan berkata kepada TMZ kalau dokumenter tersebut “berupaya mengeksploitasi dan memeras uang dari Michael Jackson.”
Tetapi respons publik semakin terbelah akibat pengungkapan masa lalu Jackson yang rumit. Salah satu kasus paling terkenal yang menyangkut reputasi Jackson adalah saat dia berurusan dengan keluarga seorang anak laki-laki berumur 13 tahun, Gavin Arvizo.
Keluarga Arvizo menuntut Jackson telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak mereka. Di persidangan tersebut, ibu Arvizo saat didesak hakim mengaku pernah berbohong di bawah sumpah ketika menjadi saksi memberatkan untuk kasus lain. Pengakuan itu tentu saja merusak kredibilitasnya. Jackson dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan dalam kasus Arvizo. Kalau dulu tak terbukti bersalah, memang sekarang film dokumenter baru ini menawarkan bukti berbeda?
Menurut The Wrap, Arvizo bukan subyek dokumenter ini, bukan juga laki-laki umur 14 tahun yang dibayar jutaan dolar oleh Jackson dalam kabar penyelesaian kasus di luar persidangan pada 1994 atas kasus pelecehan serupa.
Para produser belum mengumumkan secara resmi identitas kedua tokoh yang bersedia mengungkap masa lalu kelam film ini. Tetapi dalam sebuah foto yang mengiklankan dokumenter ini, Jackson dikabarkan berdiri di sebelah Wade Robson saat masih kecil, yang kini bekerja sebagai koreografer selebritas berumur 30-an. Robson menggugat warisan dan perusahaan produksi Jackson pada 2013 dan mengklaim dia pernah dilecehkan Jackson ketika masih berumur tujuh tahun.
Semasa kecilnya, Robson menjadi anak didik Jackson yang pada saat itu menari dalam video klip lagu “Black and White.” Robson memberi kesaksian bahwa dia tidak pernah dilecehkan sang penyanyi di sebuah persidangan pada 2005. Ketika Robson menggugat Jackson, dia kalah dalam kasusnya pada 2017, karena seorang hakim asal California memutuskan perusahaan manajemen yang menaungi Jackson tidak bisa dipertanggung jawabkan untuk tindakan Jackson di luar jam kerja. Keluarga Jackson juga menuduh Robson hanya mengejar uang dan mengajukan tuntutan yang mengada-ada.
“Korban” mendiang sang raja pop lainnya diduga kuat adalah programer komputer James Safechuck, yang sempat mengajukan gugatan hukum melawan ahli waris Jackson pada 2014 saat dia sudah berumur 36 tahun. Safechuck mengklaim pernah dilecehkan ketika ikut muncul dalam iklan Pepsi yang dibintangi Jackson saat dia masih 10 tahun.
Nama Safechuck dicatat oleh staf Komplek Neverland dalam daftar korban pelecehan potensial saat persidangan Jackson pada 2005, tapi saat itu dia menyangkal pernah dilecehkan. Safechuck bergabung dengan gugatan hukum Robson. Gugatannya ditolak untuk alasan yang sama–bahwa umur kasusnya sudah kedaluwarsa di mata hukum.
Ahli warisJackson segera membalas tuduhan kedua laki-laki tersebut yang disampaikan dalam dokumenter. “Wade Robson dan James Safechuck, yang menjadi teman Jackson ketika masih anak dan telah menggugat warisan Jackson dengan klaim pelecehan seksual, telah bersaksi di bawah sumpah bahwa Michael tidak pernah melakukan apapun yang tidak pantas kepadanya. Safechuck dan Robson, yang menyebut dirinya sebagai ‘tukang tipu,’ mengajukan gugatan melawan warisan Michael dan meminta jutaan dolar. Kedua gugatan ditolak. Dokumenter ini hanyalah pengulangan tuduhan lama yang sudah terdiskreditkan. Mengapa seorang pembuat film kredibel ingin terlibat dalam proyek ini sangat mengherankan.”
Follow Taylor Hosking di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.