Mencari Penyebab Dress ‘Turun-Naik’ yang Absurd Itu Mendadak Laris di Pasaran

Berkat Tren TikTok Dress ‘Turun-Naik’ Mendadak Laris di Pasaran Indonesia

Desainer fesyen mana yang menyangka bahwa selain kenyamanan dan estetika, kini konsumen punya satu syarat lagi untuk membeli pakaian: kudu elastis kembang-kempis macam per.

Selamat datang di industri sandang tahun 2022. Berkat media sosial penyuplai tren bernama TikTok, kita mendapati video “dress naik-turun” bisa ditonton jutaan orang.  Buat kamu yang emang aktif di internet, kamu pasti udah tahu dan kini lagi ketawa geli ngebayangin isi video. Namun, buat yang enggak akrab sama tren internet dan berharap bisa catch up dengan dunia maya, kami coba jelaskan.

Videos by VICE

Jadi, dress berbahan plisket lagi bertebaran di TikTok. Kainnya yang lentur membuat pakaian ini mengikuti gerakan badan kita. Kalau penggunanya bergerak naik-turun, maka dress semacam membentuk gerakan per yang naik-turun juga.

Banyak masyarakat, utamanya ibu-ibu dan perempuan, menganggap tren ini lucu. Mereka yang pengin ikutan mengeluarkan stok busana plisketnya dan merekam diri bergoyang naik-turun dengan kocak. Sementara mereka yang enggak punya, tergerak untuk memburu pakaian di pasar online

Video goyangan ini biasanya diiringi versi remix dari lagu hip-hop/reggae berjudul “Turun Naik Oles Terus” milik kelompok rap Papua Fresh Boy featuring Blasta Rap Family sebagai latar musik.

Tren ini populer di kalangan ibu-ibu, eyang-eyang, sampai anak muda. Para influencer tidak ketinggalan menunggangi ombak tren dengan membuat video serupa. Para pedagang sandang berlomba mengambil kesempatan untuk jadi yang terdepan dalam menyediakan permintaan pakaian model ini. Industri tekstil Indonesia bergerak sehat akibat baju elastis kembang-kempis yang memikat.

Sherina jadi salah satu pengguna TikTok yang kontennya meledak karena merekam kedua neneknya, masing-masing berusia 74 dan 83 tahun, bergoyang turun-naik dengan dress naik-turun (videonya yang kami embed di atas). Saat artikel ini dibuat, video tersebut sudah disukai 2 juta akun, dikomentari 26 ribu kali, dan dibagikan hampir 30 ribu kali.

“Kalau enggak salah di atas Rp500 ribu sih, rata-rata minimal Rp500 ribu kalau yang kualitasnya impor punya,” ujar Sherina saat ditanyai VICE perihal harga pakaian viral tersebut. Kedua neneknya disebut Sherina memang kerap mengikuti perkembangan mode fesyen yang lagi in. “Eyang-eyangku ini emang dari dulu penampilannya modis banget. Makanya, sampai usia senja masih suka ikutin tren baju. Kalau pakai baju plisket naik-turun itu kan keliatan kayak elegan, anggun, dan modelnya pun enggak pasaran karena biasanya satu model stoknya cuma sedikit,” katanya.

Namun, Sherina mengaku bahwa para eyang sudah memiliki baju plisket jauh sebelum tren di TikTok. Maka, ketika goyangan naik turun ini sedang tren, Sherina dan eyangnya sudah siap dengan segala materi untuk bisa ikutan tren.

“Udah dari beberapa tahun lalu gemar banget beli baju plisket itu. Apalagi waktu mereka ke Thailand, ada kali beli belasan [dibeli]. Soalnya, baju plisket gitu awalnya emang dari Thailand ya,” ceritanya. Bahkan, keluarga Sherina membeli baju berbahan plisket sebagai baju keluarga untuk dipakai semua anggota saat lebaran Idul Fitri kemarin.

Sintia, salah satu pedagang dress kain plisket, jadi salah satu pihak yang ketiban rezeki dari fenomena ini. Double D, nama lapaknya berjual sandang daring, laris manis akibat tuntutan publik atas ketersediaan pakaian tersebut sejak bulan lalu.

“Langsung sold out. Kemarin laku di TikTok dan Shopee sekitar 2 lusin. [Kami] enggak banyak [stok] karena memang untuk dress model itu, harganya tinggi, Rp530 ribu, Kak,” ucap Sintia saat dihubungi VICE. Saat ini, Sintia sudah kehabisan unit dan masih menunggu kedatangan suplai terbaru hasil mengimpor dari Tiongkok. “Mau [restock] tapi barangnya enggak ada. Lama datangnya karena impor,” kata Sintia.

Akhir kata, selama tren ini mampu membahagiakan para eyang-eyang dan ibu-ibu sekalian, membuat dagangan laris, dan tidak menciptakan kegaduhan global, redaksi VICE cuma bisa mendukung sambil berusaha memahami tren eklektik ini.