Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Qian Yuan, mahasiswa PhD jurusan ilmu geologi di Arizona State University (ASU), mengajukan hipotesis baru bahwa dua bongkahan material raksasa yang bersembunyi ribuan kilometer jauhnya di bawah permukaan Bumi kemungkinan merupakan sisa-sisa dunia alien bernama Theia. Planet asing itu diduga menabrak Bumi yang baru lahir dalam peristiwa kuno yang membentuk Bulan.
Mereka mempresentasikannya dalam Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52 yang diadakan secara virtual pekan lalu.
Videos by VICE
Gagasan ini didukung oleh model geodinamika dan bukti yang dikumpulkan tentang zona tersembunyi yang disebut sebagai Large Low-Shear-Velocity Provinces (LLSVP). Terletak di dasar Samudra Pasifik dan Afrika Barat, LLSVP seukuran benua ini membentang setinggi ratusan kilometer dan selebar ribuan kilometer, menjadikannya struktur paling besar di interior Bumi.
“Bisa dibilang ini adalah meteorit terbesar, jika sebagian besarnya adalah mantel Theia,” Yuan memberi tahu Motherboard melalui telepon.
Yuan mulai memikirkan kemungkinan bongkahannya terlempar dari luar angkasa ketika mengikuti kelas Mikhail Zolotov, ahli geokimia planet ASU, tentang “hipotesis benturan raksasa”.
Hipotesis ini mengusulkan Bulan terbentuk dari tabrakan dahsyat sekitar 4,5 miliar tahun silam. Bumi baru saja lahir ketika ditabrak planet lain, memuntahkan sejumlah besar puing-puing planet ke luar angkasa yang kemudian bertumpuk jadi satelit alami yang menerangi langit malam kita. Para ilmuwan umumnya memperkirakan planet ini, yang diberi nama seperti ibu dewi Bulan, seukuran Mars. Akan tetapi, sejumlah model mengusulkan planetnya lebih besar atau lebih kecil dari ukuran Planet Merah.
Ketika Zolotov menjelaskan belum ada satu pun bagian dari Theia yang berhasil ditemukan, Yuan tiba-tiba berpikiran sesuatu.
“Saya terkejut mendengarnya karena saat itu saya sedang mempelajari LLSVP,” tuturnya. “Ada perdebatan bahwa LLSVP lebih tua dari usia Bulan.”
“Saya melakukan perhitungan yang membandingkan ukuran LLSVP dengan mantel Mars ketika kembali ke kantor. Alasannya karena Theia dipercaya seukuran Mars,” Yuan melanjutkan. “Massa total Bulan, bersama dengan LLSVP, cukup mirip dengan mantel Mars.”
Perhitungan awal ini menunjukkan skala LLSVP secara kasar sesuai dengan asal-usul tabrakan kuno, tapi Theia seharusnya lebih besar dari Mars karena banyak material mantel-nya yang lepas setelah benturan.
“Beberapa material pasti akan hilang selama tabrakan,” ujarnya. “Mantel Theia tidak mungkin bisa ditransfer secara utuh.”
Yuan tetap yakin dia berada di jalur yang benar, meski kedengarannya “agak gila”. Setelah mendiskusikan hipotesisnya dengan dosen penasihat dan beberapa pakar lain, dia mulai mengumpulkan bukti bahwa bongkahan ini berasal dari luar negeri.
Yuan menemukan studi terbitan 2019 yang menganalisis bebatuan Bulan dari misi Apollo. Penelitiannya menerangkan Theia sekitar empat kali lipat lebih besar dari Mars, dengan tingkat kelembapan rendah dan mantel kaya besi yang 2-3 persen lebih padat dari mantel Bumi.
LLSVP kebetulan diperkirakan sekitar 2-3 persen lebih padat dari mantel di sekitarnya, memberikan petunjuk menarik lainnya bahwa ini adalah bagian dari Theia.
Penelitian Yuan dibantu oleh astrofisikawan ASU, Steve Desch, yang mengetuai studi tersebut.
Sulit sekali membayangkan ada sisa-sisa planet lain yang terkubur di bawah permukaan Bumi. Meski gagasan ini baru sebatas hipotesis, Yuan optimis akan ada cara membangun bukti yang mengungkapkan asal-usul LLSVP.
Misalnya, jika ilmuwan bisa mendapatkan sampel murni dari mantel Bulan, yang mungkin diambil dari kawah terbuka di Kutub Selatan Bulan, mereka dapat membandingkan komposisinya dengan susunan LLSVP. Walaupun bongkahan tersebut mustahil untuk diambil sampelnya secara langsung, komposisinya dapat disimpulkan dari studi seismik kepadatannya dan analisis pulau vulkanik yang terhubung ke zona ini melalui bulu mantel.
“Jika hubungan kimiawi antara material mantel Bulan dan LLSVP berhasil ditemukan, maka bisa saja menunjukkan asal-usul yang sama yakni Theia,” kata Yuan. “Jika tidak, kedua material ini seharusnya tidak memiliki hubungan apa pun.”
“LLSVP dipercaya sudah sangat tua dan memiliki isotop gas mulia,” lanjutnya. “Jika batuan mantel Bulan memiliki isotop gas mulia serupa, maka ini akan menjadi tugas akhir untuk hipotesis kami.”