Dua orang nelayan berhasil diselamatkan dari kecelakaan laut awal Oktober 2021. Keduanya sempat terombang-ambing di Samudra Pasifik selama 29 hari. Mereka menyimpang 400 kilometer dari tujuan awal akibat insiden tersebut. Dua nelayan itu adalah warga Kepulauan Solomon, negara kecil di Pasifik, dan ditemukan di pesisir Papua Nugini.
Dua nelayan beruntung itu bernama Livae Nanjikana dan Junior Qoloni, mereka awalnya berniat melaut seperti biasa pada 3 September 2021. Mereka naik perahu motor kecil dari Pulau Mono, wilayah barat Kepulauan Solomon. Niatnya, mereka akan mencari ikan di kawasan Noro, dekat Pulau New Georgia, yang jaraknya 200 meter dari pelabuhan.
Videos by VICE
Namun, di tengah jalan, cuaca memburuk dengan cepat. Mereka mengalami disorientasi dan akhirnya perahu tersebut terpaksa melaju ke arah berlawanan.
“Saat kami mulai tersesat di samudra, hujan turun dengan deras berhari-hari, angin sangat kencang, dan langit gelap,” kata Nanjikana saat diwawancarai Solomon Islands Broadcasting Corporation. “Kami berdua tidak bisa melihat pulau sama sekali selama badai tersebut. Kami memutuskan berhenti di tengah laut untuk menghemat BBM.”
Selepas badai, mereka terombang-ambing selama sembilan hari tanpa melihat daratan sama sekali. Nanjikana dan Qoloni bertahan hidup dengan makan bekal jeruk yang mereka bawa seadanya. Jeruk habis di hari ke-10, dan keduanya masih tidak melihat apapun kecuali air laut. Beruntung, mereka bertahan hidup selama 20 hari berikutnya mengonsumsi kelapa yang terbawa arus. Adanya kelapa terapung membuat mereka yakin sudah ada pulau di dekat perahu.
Sambil menantikan arus membawa mereka ke pulau, Nanjikana dan Qoloni melubangi kelapa pakai jangkar, untuk menampung air hujan. Keduanya juga berusaha mengarahkan perahu mereka “mengikuti arah angin”.
Insting Nanjikana dan Qoloni akhirnya terbukti di hari ke-29. Perahu mendekati daratan, dan mereka dilihat seorang nelayan di pesisir Papua Nugini yang segera menyelamatkan keduanya. Pada 2 Oktober 2021, dua nelayan malang itu dirawat di Rumah Sakit Kota Pomio, Papua Nugini, karena kurang gizi dan tidak bisa berjalan.
Kesehatan mereka berdua sudah membaik saat artikel ini dilansir. Dalam waktu dekat, keduanya akan dipulangkan ke negaranya.
“Ketika kompas sudah tidak berfungsi kami berdua yakin kalau pasti tersasar jauh. Tapi tidak menyangka juga, ternyata sampai ke negara lain,” kata Nanjikana saat diwawancarai The Guardian. Pengalaman terombang ambing di laut pasti mengerikan bagi manusia di manapun. Tapi, menurut pengakuan Nanjikana, dia lebih stres melihat situasi dunia saat ini yang terus dilanda pandemi.
“Selama di samudra, kami berdua jadi tidak tahu apa yang terjadi. Kami jadi tidak mendengar atau baca berita-berita seputar Covid,” kata Nanjikana. “Saya pastinya kangen rumah, tapi anggap lah pengalaman terdampar tempo hari seperti liburan.”
Follow Gavin Butler di Twitter.