Pencipta SpongeBob SquarePants Stephen Hillenburg wafat Senin kemarin (29/11/2018) karena sakit ALS yang dideritanya. Nickelodeon mengonfirmasi berita duka tersebut lewat Twitter pada Selasa siang. Para penggemar tokoh SpongeBob di seluruh dunia tengah berkabung atas kepergiannya.
New York Times melaporkan bahwa kartun SpongeBob SquarePants yang telah tayang selama 19 tahun ini menjadi idaman di dunia maya dan dunia nyata, dan menghasilkan lebih dari $13 miliar (Rp186 triliun) dari penjualan merchandise. SpongeBob ditemukan di mana-mana, mulai dari tas sekolah, kostum Halloween, sampai meme dan GIF di internet. Optimisme SpongeBob yang kelewat tinggi memberikan secercah harapan bagi siapa saja yang hari-harinya buruk.
Videos by VICE
“Kami dengan bersedih hati mengabarkan bahwa Steve Hillenburg telah meninggal dunia setelah berjuang melawan ALS,” kata Nickelodeon dalam sebuah pernyataan. “Dia adalah teman yang amat dicintai dan sudah lama menjadi mitra kreatif Nickelodeon. Steve menghidupkan ‘Spongebob SquarePants’ dengan humor dan kepolosan yang membahagiakan berbagai generasi di seluruh dunia. Tokoh kartun dan dunia Bikini Bottom ciptaannya akan menjadi pengingat bahwa kita harus tetap optimis, menjaga pertemanan, dan berimajinasi tanpa batas.”
Terlepas seberapa sukses film kartunnya, mantan ahli biologi kelautan ini merupakan sosok yang misterius. Dia amat jarang melakukan wawancara. New York Times sampai menyebutnya “ Howard Hughes versi dunia animasi” saking tertutupnya. Dia mengumumkan sakit ALS atau amyotrophic lateral sclerosis kepada Variety pada 2017 lalu. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya bersama keluarga, berselancar, atau menggarap episode baru SpongeBob.
Hanya segelintir informasi yang bisa diketahui tentang Hillenburg dan filmnya. Karakter SpongeBob sudah ada sejak dia masih mengajar di Orange County Marine Society. Hillenburg membuat komik berjudul The Intertidal Zone untuk mengajarkan beragam makhluk laut ke anak-anak. Salah satu tokoh utamanya adalah Bob the Sponge, cikal bakal invertebrata persegi yang tinggal di rumah nanas di bawah laut. Hillenburg berhenti bekerja untuk lanjut kuliah seni pada 1987. Dia lulus dengan gelar MFA dari program animasi eksperimental bergengsi CalArts pada 1992 (sutradara Coraline dan The Nightmare Before Christmas Henry Sellick, sutradara Kung Fu Panda Mark Osbourne, animator Disney Glen Keane, dan produser Rugrats Paul Demeyer juga pernah mengenyam pendidikan di sana).
Dia memulai kariernya sebagai sutradara untuk Rocko’s Modern Life, salah satu kartun Nicktoons dan acara animasi menggelikan untuk menyenangkan anak-anak dan orang dewasa. Dia bertemu Tom Kenny, penyulih suara Heffer Wolfe, SpongeBob, dan Ice King dari Adventure Time, saat menggarap kartun ini. Penulis Rocko’s Modern Life menyemangati Hillenburg untuk menjadikan The Intertidal Zone sebagai film kartun, yang pada akhirnya menjadi petualangan SpongeBob, Patrick Star, Squidward, Mr. Krabs, Sandy, Gary, dan lainnya.
Hillenburg menciptakan karakter SpongeBob yang selalu berpikiran positif dan adegan-adegan aneh yang didramatisir. Masih ingat adegan SpongeBob yang memahat patung marmer dengan pecahan pahat secara sempurna? Atau ketika dia mengalahkan Flying Dutchman karena resepnya terbuat dari cinta? Semuanya disampaikan secara positif. SpongeBob mampu melewati segala rintangan dalam kehidupannya dengan tingkat kegembiraannya yang di atas rata-rata seperti anak kecil.
Tonton dokumenter VICE membahas kartun yang ditonton hampir semua anak muda generasi 90-an
“Film kartun ini mempertontonkan tokoh yang hidup polos di dunianya,” kata Hillenburg kepada New York Times ketika mempromosikan film pertama SpongeBob pada 2004. “Filmnya menunjukkan kalau tak ada salahnya bersikap kanak-kanak. Orang dork juga bisa menjadi penting.”
Nilai-nilai yang dia pegang juga berlaku di dunia nyata, seperti saat dia tidak menyetujui keputusan Nickelodeon untuk berkolaborasi menjual merchandise dengan perusahaan makanan cepat saji. “Memang ironis karena SpongeBob sangat bangga menjadi bagian dari perusahaan makanan cepat saji, dan dia bercita-cita menjadi manajer,” katanya kepada Times. “Kami tidak ingin memberikan makanan yang tidak sehat kepada penonton, terutama anak-an