Virus Corona

Siap-Siap, Virus Corona Hampir Pasti Berdampak Pada Ekonomi Global dan Memicu Resesi

Di berbagai negara, muncul kota-kota mati, industri penerbangan kena dampaknya, dan pemerintahan Jokowi di Indonesia bersiap menstimulus pariwisata agar bisa bertahan.
Dampak Virus Corona Pada Ekonomi Global Bisa Memicu Resesi di indonesia
Trem di Kota Milan, Italia, kosong-melompong karena warga takut tertular virus Corona yang merebak di negara itu. Foto oleh Francesca Volpi/Getty Images

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih maju-mundur menetapkan status virus Corona sebagai pandemi global. Kasus kematian di berbagai negara meningkat. Pejabat di Indonesia masih bisa bikin guyon om-om soal virus tersebut. Masyarakat hanya bisa berharap-harap cemas, semoga virus itu benar-benar tidak tahan iklim tropis, atau kalah dibanding malaria dan DBD seperti meme di medsos.

Tapi akan ada efek yang melampaui perkara kesehatan. Perekonomian global yang dalam waktu dekat akan tertular penyakit.

Iklan

Aktivitas produksi dan perdagangan di kota-kota yang terdampak virus Corona mati suri. Kota-kota mati bisa kalian saksikan di sekitar Wuhan, Tiongkok, titik awal penyebaran wabah tersebut. Wuhan memang tidak sebesar Shenzen dalam memasok suku cadang elektronik atau otomotif. Tapi tetap saja kota ini memiliki sekian industri krusial dalam rantai pasok perdagangan internasional.

Butik-butik di Eropa melaporkan, pasokan rambut palsu dari Tiongkok sudah sepenuhnya berhenti sebulan terakhir. Pernak-pernik untuk industri fashion juga tak lagi mudah didapatkan, setelah kegiatan bisnis UMKM ekspor di kota-kota besar Cina melambat akibat karantina Corona.

Harga saham juga yang langsung kena hajar akibat meluasnya wilayah berjangkitnya virus dari kelelawar tersebut. Setelah virus Corona dipastikan merebak di Italia, awal pekan ini indeks saham gabungan Eropa anjlok hingga enam persen. Jepang dan Jerman, sebagai imbasnya, diprediksi ekonom akan segera menghadapi resesi. Ketika negara yang berstatus perekonomian ketiga dan keempat terbesar dunia resesi, artinya semua negara bakal kena getahnya.

Sejauh ini, lebih dari 2.500 orang tewas akibat virus corona di seluruh dunia. Di Italia, enam tewas dan jumlah pasien positif terjangkit meningkat tiga kali lipat selama akhir pekan lalu. Korsel jadi negara paling parah setelah Tiongkok, dengan 833 kasus positif penularan dicatat pemerintah setempat. Di Iran, malah ada kabar sudah 50 orang tewas, dengan ratusan orang tertular—termasuk sang wakil menteri kesehatan setempat.

Iklan

Memang mayoritas dari 80 ribu kasus penularan positif terjadi di Cina daratan. Justru di situ masalah terbesarnya. Imbauan agar orang tak sering keluar rumah membuat pabrik kekurangan tenaga kerja di Tiongkok. Wisata praktis mandeg (apalagi banyak negara juga menolak turis asal Cina masuk ke wilayah mereka), dan untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, permintaan terhadap pasokan migas dunia menurun. Alhasil, perlambatan ekonomi hanya soal waktu sampai kita rasakan di Indonesia. Apalagi porsi ekspor Indonesia ke Cina mencapai 16 persen dari angka total tahun lalu. Tiongkok juga investor terbesar untuk Indonesia dalam hal realisasi penanaman modal asing, setelah Singapura. Virus corona membuat beberapa potensi investasi terhambat.

Bukan cuma kota di Wuhan dan sekitarnya yang seakan-akan mati. Codogno, kota di selatan Milan, Italia, seakan-akan tak lagi dihuni manusia. Tak ada orang berada di jalan saat siang bolong. "Warga memilih mengunci diri di rumah, semua orang takut bila harus keluar," kata Paola, warga setempat, saat diwawancarai Agence-France Presse.

Kondisi serupa terjadi di Daegu, Korea Selatan. Kota itu yang paling parah terdampak persebaran virus dengan nama ilmiah Covid-19 itu. "Kami saling bercanda pahit, 'lho kok masih pada hidup' sama teman-teman," kata Choe Hee-su, lelaki 37 tahun asal Daegu kepada Associated Press.

"Kota ini sudah seperti pusat meditasi saja saking heningnya," ujar penduduk Daegu lain bernama Kim Tae-woo, seperti dikutip the Guardian.

Iklan

Blagoveshchensk, kota di Rusia yang berbatasan dengan Cina, turut ambruk perekonomiannya. Belum ada kasus penularan virus corona di kota tersebut. Tapi warga setempat amat mengandalkan perdagangan dengan negara tetangganya. Karena virus membuat warga Tiongkok tak leluasa berpergian, alhasil, pasar di kota itu turut lesu.

Virus corona menyebar cepat di tengah persiapan Imlek. Untuk pertama kalinya, Imlek di Tiongkok tak dirayakan besar-besaran. Sektor lain yang kena hajar adalah perikanan negara-negara seperti Filipina, Australia, dan Indonesia. Permintaan udang ke Cina turun drastis. "Nelayan di kota saya berhenti melaut, karena selama ini pembeli utama kami ya dari Tiongkok," kata Boggo Billy, nelayan di Australia. Oh iya, kita tidak perlu membicarakan industri penerbangan ya. Pasti kacau balau.



Pemerintah Indonesia sudah mendeteksi ancaman resesi yang datang lebih cepat akibat virus corona ini. Sektor yang diharapkan tetap stabil di Tanah Air adalah pariwisata. Makanya Presiden Joko Widodo menganggarkan Rp298,5 miliar untuk promosi pariwisata, dengan harapan minat turis berkunjung ke Indonesia tetap terjaga—begitu pula wisatawan domestik diandaikan mau tetap pelesir bila tiket pesawat didiskon jadi lebih murah. Namun, karena ada ebel-embel anggaran itu dipakai bayar influencer hingga Rp72 miliar, muncul kritikan dari masyarakat.

Dana Moneter Internasional (IMF) tahun lalu sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi global sepanjang 2020 bakal melambat jadi 3,4 persen saja. Itu belum mempertimbangkan corona lho. Makanya Menteri Keuangan Sri Mulyani juga bersiaga penuh memitigasi semua risiko saat resesi di ambang mata.

"Kementerian Keuangan mendorong percepatan belanja efektif dan tepat sasaran serta berbagai insentif sebagai stimulus khususnya di sektor pariwisata yang terkena dampak besar dari virus corona," kata Sri Mulyani seperti dikutip Liputan6.com.