Instant Entertainment

Aku Berhasil Bikin Sinetron Sendiri Cuma Bermodal TikTok Lho

Keisenganku ini bikin aku sadar: mereka yang pengin belajar bikin film sebenarnya bisa pakai TikTok untuk mulai berkarya.
Cara Bikin Film dengan modal minim Pakai TikTok
Arsip poster 'Bunga Merah Bunga Putih' dari TikTok VICE. Semua foto oleh VICE Staff.

"Istriku adalah anak dari mertuaku." Lah ya emang gitu bambang….

Sepenggal kalimat di atas lumayan cocok untuk dijadikan judul sinetron, kan? Padahal kalimat itu tidak keliru. Cuma memang susunan kata-katanya seakan penuh drama saat dibaca, dan sebetulnya tidak bermakna sama sekali. Hahaha….

Suka tak suka, kalian yang besar di Indonesia pasti terbiasa sama pakem cerita sinema elektronik, alias sinetron, yang selalu suka melebih-lebihkan situasi demi dramatisasi. Contohnya adegan boneka Hello Kitty yang tak sengaja masuk ke panci rebusan air lalu semua pemerannya terkejut, si tokoh utama yang terzalimi menangis, sementara muka pemeran antagonisnya di-zoom bolak-balik sambil nyengir jahat. Adegan itu legendaris sih. Sinetron emang luar biasa banget.

Iklan

Seperti itulah pengalamanku selama ini nonton sinetron Indonesia, hobi yang sepertinya diwariskan turun temurun dari Ibu dan tanteku. Oh iya, kami bukan orang Indonesia ya. Aku dan keluarga adalah penduduk negeri jiran. Tapi jangan salah, sinetron Indonesia populer sekali di negara kami yang masih serumpun bahasanya.

Awalnya aku penasaran melihat tanteku, kok sepertinya asyik banget nonton sinetron tiap hari. Akhirnya aku ikutan nonton juga. Lalu tanpa sadar aku udah satu jam lebih mantengin layar kaca, meskipun pada saat itu aku enggak paham sama sekali bahasa Indonesia. Uniknya, karena pengadeganan yang lebay, aku paham yang aku tonton dan plot yang sedang terjadi. Aku tahu sedang terjadi drama, tanpa aku harus mengerti sepenuhnya apa yang dibicarakan para aktor dan aktrisnya.

Bagiku sinetron indonesia adalah dunia khayalan yang manusianya serba indah, penuh situasi sureal, dan senantiasa dramatis. Tiap episodenya sering banget menampilkan pandangan absurd tentang dunia nyata. Orang juga sering berpendapat betapa sinetron itu plotnya ngaco, kurang mendidik, atau bahkan dan memberi pengaruh yang keliru bagi penontonnya soal hidup. Tapi, sekalipun penonton kelas menengah menganggapnya tontonan kelas dua, masih banyak orang menonton sinetron sebagai bentuk pelarian dari kesulitan hidup sehari-hari. Ini hiburan massal yang konsisten menghiasi layar kaca kalian selama lebih dari tiga dekade dan terus saja diminati.

Iklan

Intinya, aku terpukau sama sinetron Indonesia, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sejak mulai bermukim di Indonesia setahun terakhir, aku ternyata masih tetap terpukau sama keunikan sinetron. Kayaknya seru kalau anak muda tertarik nonton sinetron lagi, seperti yang kualami semasa kecil dulu. Makanya ketika ditawari bikin proyek webseries pendek sama redaksi VICE, tontonan masa kecil itu yang segera terpikir di kepalaku. Pokoknya aku mau bikin sinetron versiku sendiri.

Ceritanya akan aku kombinasikan sama unsur budaya pop kekinian, agar menarik anak muda. Tapi ini bukan ide yang sepenuhnya baru kok. Berbagai rumah produksi sinetron sejak dua dekade lalu sudah rutin melakukannya. Misalnya saja dulu seri Twilight sempat populer banget, bukunya laris dan film adaptasinya tayang di bioskop. Di tengah hype tersebut, beberapa rumah produksi sinetron lokal ikutan menirunya. Beberapa sinetron menampilkan pemeran tokoh vampir tampan. Ini membuktikan, dari dulu sampai sekarang sinetron Indonesia selalu up to date, hehehe….

Masalahnya cuma satu. Anak muda sekarang enggak ada waktu buat duduk santai depan TV sore-sore. Aku pun enggak cukup punya modal untuk bikin sinetron yang seperti kulihat dulu. Aku lantas punya ide sebagai jalan tengahnya. Supaya sinetron yang kubuat ini lebih ‘ngena’ ke anak muda, terasa lebih modern, dan ramah di kantong, maka aku perlu menayangkannya di platform paling populer di Indonesia: TikTok!

Iklan

Sinetronku ini semua gambarnya cukup diambil dengan kamera smartphone. Dari ide itulah, akhirnya aku menghasilkan sinetron berjudul "Bunga Merah, Bunga Putih".

1585047825240-TikTok2

Aku mengajak teman-temanku ikutan main sinetron ini.

Aku sempat sekolah film dan sehari-hari terlibat produksi dokumenter. Bisa dibilang produksi sinetron "Bunga Merah, Bunga Putih" bagiku adalah proses syuting terlucu dan paling enggak ada aturan yang pernah aku ikuti.

“Ayo kita 'greenscreen-kan' semuanya," begitu kesepakatan tim produksi, yang semuanya masih teman-temanku sendiri. Hati kecilku menjerit. "Bertahun tahun aku sekolah film belajar supaya ngerti cara bikin film yang bagus, sekarang malah enggak ada gunanya." Hahahahaha…..

Aku sempat agak khawatir juga sih di awal-awal syuting. Statusku yang tidak tumbuh besar di Indonesia jangan-jangan akan bikin proses produksi terhambat, karena aku masih belum menangkap esensi cerita sinetron. Ternyata plot twist banget. Gara-gara sering nonton semasa kecil, aku rupanya sangat paham pakem sinetron, bahkan setingkat di atas teman-temanku. Itu sebabnya mereka pada kaget waktu awal brainstorming, karena aku sudah siap dengan berbagai pilihan judul dan skenarionya.

Aku pun baru tahu, ternyata menggunakan TikTok untuk bikin film kalian sendiri secara DIY itu sangat memungkinkan lho. Ada berbagai efek dan filter yang bisa kita coba saat menyusun adegan. Berkat keunikan pakem cerita sinetron, akun pun tertantang memakai berbagai efek di TikTok agar bisa menampilkan atau mempertegas bermacam emosi. Saking lengkapnya, aku bahkan bisa bikin adegan pernikahan dalam sinetron ini, cukup mengandalkan filter 'wedding dress' yang tersedia di TikTok.

Iklan
1585047841743-TikTok3

Mengarahkan talent agar melanggar aturan baku akting juga menjadi tantangan tersendiri. Beberapa pemeran masih ada yang berakting terlalu serius, padahal ini kan sinetron, untuk seru-seruan pula. Aku akhirnya bilang ke beberapa talent supaya berakting selebay mungkin. Lupakan kemungkinan atau niat dapat penghargaan ‘oscar’. Nah, akhirnya mereka paham apa yang kuinginkan.

Proses editing adalah yang paling asyik bagiku. Teman-teman kantor jadi sering melihatku memakai headphones dan sedang tertawa terbahak-bahak, aku jadi seperti orang yang lagi sedih dan stres secara bersamaan. Mereka mungkin prihatin lalu mikir, "salah sendiri kemarin diminta produksi webseries malah bikin sinetron."

Padahal kebalikannya lho, aku bahagia banget. Bikin sinetron tuh ternyata sangat mengandalkan intuisi. Suka-suka kamu ajalah ngeditnya. Berbagai adegan jadi tambah lucu pas musik dramatis dan slow motion dimasukkan.

Hasil akhirnya bisa kalian saksikan sendiri di tautan yang ada di artikel ini. Aku sih happy banget karena berhasil mereplika format opera sabun yang menemani masa kecilku. Plus, berkat TikTok, sinetron buatanku ini bisa langsung ditonton banyak orang.

Jujur, platform ini kece banget sih. Aku bisa mengakses berbagai jenis efek visual, yang ujung-ujungnya memangkas anggaran produksi. Selain itu, sesudah sinetronnya jadi, aku enggak perlu pusing mikir memutarnya di mana. Aku langsung terhubung ke penonton dari berbagai negara.

Iklan

Sekarang aku percaya dengan platform yang terus berkembang popularitasnya seperti TikTok, siapa saja bisa bikin film. Artinya sineas muda Indonesia, walaupun mungkin belum memiliki akses masuk sekolah film atau kamera yang memadai, bisa belajar bikin film cukup bermodal kreativitas, kamera smartphone, dan aplikasi TikTok. Kamu bisa membuat sinetronmu sendiri.


"Bunga Merah, Bunga Putih"

Episode 1: Cinta yang Tertukar

Episode 2: Azab Bucin

Sutradara/Editor: Atikah Zainidi
Penulis Skenario: Ryan
Asisten Produksi: Ariane Ananta Putri Pemeran: Cewek miskin: Melati Sukma
Cewek jahat: Nadia Rompas
Ibu: Nur Syarifah Sadiyah
Cowok kaya: Arandarga Lubis
Preman 1: Ray Dharmawansyah
Preman 2: Omar Prazhari