Amanda merias diri sebelum menghadiri pesta pernikahan yang dekornya digarap kawan-kawan trans. Foto oleh Eko Rusdianto
Amanda berpose di salon temannya, bernama Henso, di Masamba, pusat Kabupaten Luwu Utara. Foto oleh Eko Rusdianto
Amanda lahir di kabupaten Bone. Yusri, mendiang bapaknya, datang ke Mappadeceng pada 1993, dan mulai menetap setahun sesudahnya usai membeli beberapa petak lahan kakao. Dekade 1990-an adalah masa keemasan bisnis bahan baku coklat, sehingga para petani mendulang banyak keuntungan. Sebagai keluarga pemeluk agama Islam yang taat, pada tahun 2000 Yusri mendaftarkan diri ke kantor Departemen Agama agar bisa berhaji ke Arab Saudi. Tahun 2001, Kaya lebih dulu berangkat haji, karena nama Yusri tak kunjung muncul di daftar. Selanjutnya pada Mei di tahun yang sama, Yusri Kembali lagi mendaftar haji untuk antrean tahun 2002. Tapi Yusri tiba-tiba sakit, enam hari dia terbaring, dan meninggal 11 Juni 2001. “Saya juga sudah tidak mau pergi. Tapi bapaknya [Amanda] suruh saya berangkat,” kata Kaya.
Salah satu koleksi busana yang dirancang sendiri oleh Amanda dalam proses penjurian Miss Trans Global 2021. Foto dari arsip Amanda Sandova
Amanda berpose bersama kawannya, pekerja jasa membangun dan membuat dekorasi tenda dan pelaminan pernikahaan adat Sulsel. Foto oleh Eko Rusdianto
Amanda Sandova bersama Hajja Kaya, ibunya, di teras depan kediaman mereka, desa Ujung Mattajang, Kecamatan Mappadeceng, Kabupaten Luwu Utara. Foto oleh Eko Rusdianto
Amanda menunaikan salat di kamarnya sebelum beraktivitas kembali. Foto oleh Eko Rusdianto
Eko Rusdianto adalah jurnalis lepas yang bermukim di Makassar. Liputannya yang lain untuk VICE bisa dibaca lewat tautan berikut.