Pandemi Corona

Pasokan Oksigen Pasien Covid Menipis, Polisi Ancam Pidanakan Penimbun dan Spekulan

Di tengah laporan antrean calon pembeli oksigen berbagai kota, kabar baik terbit. Muncul inisiatif swadaya saling berbagi tabung oksigen bagi pasien Covid-19 di Jabodetabek dan kawasan lain.
Polisi Ancam Pidanakan Penimbun dan Spekulan tabung oksigen bagi pasien Covid-19 di Indonesia
Antrean warga membeli pasokan tabung oksigen untuk keluarga yang menjadi pasien Covid-19 di Jakarta pada 30 Juni 2021. Foto oleh Bay Ismoyo/via AFP

Kegentingan semakin terasa di beberapa kalangan masyarakat. Setidaknya sejak awal pekan ini, bertambah banyak orang yang mencari informasi soal ketersediaan tabung oksigen sebab mereka atau yang mereka kenal sedang sangat membutuhkan usai dinyatakan positif Covid-19.

Rasa putus asa itu muncul sebab di tengah laporan kenaikan kasus di atas 20.000 per hari, alat medis yang tadinya hanya dipakai pasien dalam kondisi tertentu, kini menjadi sesuatu yang bisa menentukan hidup dan mati hampir setiap individu. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik varian Delta Covid-19 yang tidak saja sangat cepat menular, tetapi juga lebih berbahaya.

Iklan

Di ibu kota, suplai tabung oksigen mulai menipis. Beberapa penjual mengatakan sudah kehabisan stok lantaran tidak mendapatkan pasokan dalam seminggu terakhir. Pabrik-pabrik yang memproduksinya pun sampai tidak mempunyai bahan baku lagi. 

Krisis kesehatan di Indonesia ini tidak sampai di situ saja. Di sejumlah titik isi ulang oksigen yang berada di Jakarta Selatan, warga sampai harus mengantre. Tidak sedikit yang mengaku sampai berkeliling ke berbagai lokasi, tapi tanpa hasil. Warga lainnya mengaku baru mengalami kelangkaan seperti ini mulai akhir Juni 2021. 

“Dari beberapa hari lalu cari-cari isi ulang oksigen di Kramat Jati dan Pramuka sudah habis,” kata seorang calon pembeli bernama Irna yang meski sudah menunggu selama dua jam belum juga mendapatkan karena panjangnya antrean. Padahal, orang tuanya tidak divonis Covid-19, melainkan penyakit lain yang sangat memerlukan alat bantu pernapasan.

Tingginya permintaan yang tidak diantisipasi sebelumnya juga membuat para pemilik depot isi ulang tabung oksigen menaikkan harga. Salah satu pengelola di Jakarta menyebut lonjakan pembelian terjadi sejak dua minggu lalu. 

Iklan

Untuk tabung ukuran satu meter kubik yang paling banyak dimiliki warga, penjual menetapkan harga Rp18.000 sekali isi ulang dari sebelumnya Rp15.000. Sedangkan biaya isi ulang untuk tabung 0,5 meter kubik dan 1,5 meter kubik naik sampai Rp5.000. Tak semuanya untuk keperluan pribadi, sebab ada juga puskesmas atau fasilitas kesehatan (faskes) lain yang membutuhkan.

Aparat di wilayah DKI Jakarta ikut turun tangan memberikan peringatan seandainya ada oknum yang mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menimbun dan menaikkan harga tabung oksigen. Hal seperti ini sangat mungkin terjadi mengingat pada awal pandemi ada belasan kasus hukum yang melibatkan para penimbun masker dan hand sanitizer.

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Metro Jaya menegaskan pihaknya memantau distribusi tabung oksigen. “Jangan sampai ada yang bermain-main untuk mencoba menyimpan atau mencoba menaikkan harga. Kami akan pantau dan apabila kami temukan di wilayah atau di lapangan, akan kami lakukan penindakan,” ujar kepolisian.

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, selain meningkatnya permintaan, persoalan lain yang menyebabkan kelangkaan adalah Indonesia masih harus mengimpor tabung oksigen dari luar negeri. Dalam keadaan normal, butuh waktu satu hingga dua bulan agar barang itu sampai ke Indonesia.

“Kemudian, dari impor tersebut turun ke distributor dan baru hilirnya adalah ke retailer. Retailer siapa? Itu rumah sakit atau toko alkes (alat kesehatan) maupun perorangan,” kata Yusri.

Iklan

Dia juga menyampaikan peringatan serupa kepada orang-orang yang berniat memperkaya diri sendiri lewat krisis ini. “Kalau dia menimbun untuk mengambil keuntungan, kami akan lakukan penindakan dengan tegas,” kata dia. “Ini akan kami awasi terus. Ini masalah kemanusiaan.”

GettyImages-1233728115.jpg

Antrean warga di Jl Minangkabau Jakarta Selatan pada 30 Juni 2021 untuk membeli tabung oksigen bagi pasien Covid-19. Foto oleh Bay Ismoyo/AFP

Namun, kondisi darurat ini juga memperlihatkan adanya anggota masyarakat yang memilih mengalah demi kepentingan kemanusiaan. Seorang pedagang ikan bernama Iswandi di Banjarnegara, Jawa Tengah, sampai dihubungi oleh Rumah Sakit Islam (RSI) setempat. Ia diharapkan untuk meminjamkan tabung-tabung oksigen miliknya sebab rumah sakit sudah sangat menghadapi kebuntuan.

“Kemarin pihak rumah menghubungi saya, katanya butuh oksigen. Kebetulan pas ada, jadi [saya] membawa 10 tabung oksigen,” tuturnya, walau mengaku ikut merasakan dampak dari langkanya persediaan di pasar. “Sebenarnya sama-sama penting, tetapi ini karena hubungannya dengan manusia, jadi kalau saya pas ada stok saya siap mendahulukan untuk pasien,” imbuhnya.

Sebuah akun di Twitter juga menawarkan peminjaman 40 tabung oksigen gratis selama lima hingga tujuh hari untuk pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di beberapa kota antara lain Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi. Hanya dalam hitungan jam, tak sedikit yang mengatakan mereka masuk ke dalam daftar tunggu.

Baru pada Kamis (1/7) pemerintah memutuskan mengalokasikan sebanyak 90 persen produksi tabung oksigen untuk kebutuhan medis. Terkait suplai harian di Pulau Jawa, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta produsen mencapai kapasitas harian sampai 2.000 ton. Transportasi untuk distribusinya juga akan diutamakan, termasuk untuk mengangkut alat-alat medis bersifat kritis lainnya.

“Kami meminta masing-masing provinsi agar membentuk Satgas yang memastikan ketersediaan oksigen, alkes dan farmasi,” tutur Budi.

“Satgas agar berkoordinasi langsung dengan Menkes (Menteri Kesehatan) jika terjadi kesulitan suplai,” ujar Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang ditunjuk memimpin penerapan PPKM Darurat oleh Presiden Joko Widodo.