TikTok

AS Berniat Memblokir TikTok Karena Dituding Sebar Malware Jahat

Menurut keterangan Menlu Mike Pompeo, bukan cuma TikTok yang bakal diblokir. Aplikasi lain buatan Tiongkok turut diincar karena dianggap mencuri data pengguna.
AS Berniat Memblokir TikTok Karena Dituding Sebar Malware Jahat
Foto ilustrasi TikTok oleh Debajyoti Chakraborty/NurPhoto via AP

TikTok sedang disorot negatif di berbagai negara, bahkan sudah diblokir pemerintah India. Penyebabnya bukan karena konten di dalam platform tersebut, melainkan kombinasi motif politik internasional, dan dugaan adanya malware yang bisa mencuri data pribadi dari TikTok.

Niatan AS itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat diwawancarai Fox News awal pekan ini. Dia menyatakan, selain TikTok, "berbagai aplikasi ponsel buatan Tiongkok lainnya" berpotensi dilarang bila terbukti mengandung malware berbahaya.

Iklan

TikTok, yang telah diunduh 315 juta kali tahun ini saja di seluruh dunia, sudah sering dikritik politikus Negeri Paman Sam. Alasan utamanya selalu terkait dengan keamanan data pengguna yang memakai aplikasi tersebut.

"Kami sangat serius mendalami dugaan kerawanan yang dialami oleh pengguna aplikasi buatan Tiongkok di dalam negeri. Pemerintah AS akan melakukan semua hal yang diperlukan untuk memastikan keamanan mereka," kata Pompeo. Selain itu, Pompeo secara tegas menyebut TikTok adalah piranti Beijing memata-matai jutaan orang di seluruh dunia. "Buat saya, orang yang bersedia mengunduh TikTok ke ponselnya, memang setuju bila semua data pribadi mereka sampai ke tangan Partai Komunis Tiongkok."

TikTok selama dua pekan terakhir membantah semua tudingan soal adanya malware yang bisa mencuri data-data pribadi pengguna. ByteDance, startup asal Beijing selaku pemilik TikTok, menjamin tak ada data pengguna mereka yang diberikan kepada pemerintah Tiongkok.

"TikTok bahkan dipimpin oleh CEO berkebangsaan AS. Kami mempekerjakan ratusan orang yang handal untuk memastikan keamanan produk kami," kata juru bicara TikTok saat dikonfirmasi VICE News. "Hal terpenting bagi kami adalah menjamin keamanan pengguna, sehingga sekalipun dipaksa, kami tidak akan menyerahkan data user pada pemerintah Tiongkok."

TikTok menyatakan semua data pengguna disimpan di Singapura, bukan Tiongkok. ByteDance pun menyorot bila TikTok sendiri tak bisa diakses di Negeri Tirai Bambu. Namun ByteDance mengakui, mereka punya aplikasi sejenis khusus untuk pasar Cina dengan nama Douyin. Sejak TikTok sering dikritik di AS soal keamanan data, perusahaan menunjuk mantan petinggi Disney, Kevin Mayer, menjadi CEO demi memulihkan citra aplikasi tersebut di pasar negara-negara Barat.

Namun, di luar isu malware, TikTok merupakan aplikasi yang ikut terseret dalam perang dagang jilid II serta ketegangan politik antara AS-Tiongkok. Kedua negara raksasa itu kembali bersitegang dua bulan terakhir karena isu demonstrasi Hong Kong, yang merembet pada provokasi lain, termasuk ancaman saling menjatuhkan sanksi. Pemerintah AS agresif menuding beberapa produk teknologi buatan Cina mengandung mekanisme pencurian data pengguna. Produk Huawei dan ZTE sudah kena sanksi duluan, karena dianggap bisa menjadi alat Beijing memata-matai Amerika Serikat.

Adapun di India, pemblokiran TikTok juga memakai dalih keamanan pengguna bersama 58 aplikasi buatan Cina lainnya. Namun semua analis sepakat, langkah ini diambil oleh politikus di New Delhi sebagai balasan atas tewasnya tentara India dalam konflik dengan prajurit Tiongkok di perbatasan kedua negara. Sebuah analisis firma dagang memperkirakan TikTok berisiko mengalami kerugian hingga US$6 miliar karena diblokir dari India, pasar terbesar mereka.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News