Musik

Sampul Album 'Folklore' Taylor Swift Menurut Banyak Orang Amat Bernuansa Black Metal

Ihsahn dari band black metal Emperor mengakui kemiripan konsep sampul albumnya 'Telemark' dengan 'Folklore', tapi dia tidak mempermasalahkannya.
Sampul Album 'Folklore' dari Taylor Swift disebut netizen bernuansa black metal
Kolase gambar oleh VICE Staff 

Pekan lalu, diva pop Taylor Swift mengejutkan penggemar musik karena mendadak merilis album barunya folklore. Album ini dia garap selama momen pandemi, ketika banyak orang bosan berada di rumah terus. Swift ternyata memiliki sentuhan energi kreatif yang berbeda akibat swakarantina.

Dari rumahnya di Los Angeles, Swift menggodok materi album yang liriknya lebih retrospektif, menulis sendiri 11 dari 16 lagu di album tersebut, dibantu sentuhan produser Aaron Dessner, frontman band indie rock legendaris The National. Banyak yang bilang, dengan muatan lirik dan aransemennya yang tak lagi pop standar untuk menguasai radio, folklore adalah album “indie”-nya Taylor Swift.

Iklan

“Sebelum pandemi, aku selalu mikir berulang kali supaya bisa merilis album di momen yang ‘tepat’. Situasi yang kita alami sekarang membuatku sadar, tak ada yang pasti di dunia ini,” tulis Swift di salah satu postingan Instagramnya. “Instingku bilang, kalau memang kamu mencintai karya yang kamu hasilkan, segera bagikan saja ke dunia.”

Insting Swift tepat belaka. Dalam sehari saja, folklore terjual setara 1,3 juta kopi. Selain itu, di platform streaming Spotify dan Apple Music, album barunya sudah didengarkan 115 juta kali. Banyak penggemar menganggap folklore adalah album terbaik Taylor Swift, sebagian lain yang bukan penggemar musiknya mengakui ini album pop yang luar biasa.

Di luar apresiasi penggemar musik, folklore menghasilkan perbincangan di medsos dan forum-forum internet untuk topik tak disangka. Yakni, kajian para netizen yang menganggap sampul album ini amat bernuansa black metal. Kalian tentu tahu, band-band black metal, khususnya yang dari kawasan Skandinavia, sering menggunakan foto hitam putih bernuansa alam sebagai cover album mereka.

Foto dan desain cover folklore digarap oleh fotografer Beth Garrabrant. Lima hari terakhir, dugaan kalau Taylor Swift terinspirasi estetika khas black metal mencuat di medsos.

Ada satu netizen yang bahkan mendapati kalau sampul album Swift mirip sama konsep foto David Thiérrée, seniman asal Prancis yang sering mendesain sampul album band-band legendaris kancah black metal, mencakup Behemoth, Nocturno Culto's Gift of Gods, Satanic Warmaster, hingga Warloghe.

Iklan

Thiérrée, pada awal 2020, merancang sampul Telemark, mini album dari proyek solo Ihsahn, gitaris sekaligus vokalis unit black metal Emperor. Setelah di-mention banyak orang, Thiérrée mengakui ada kemiripan antara sampul Swift dengan EP-nya.

"Harus diakui, saya juga mikir konsep visual album baru Taylor Swift memang sangat metal,” tulis Thiérrée di akun Instagramnya, sembari bercanda. “Harusnya sih saya bisa membuatkan cover album kayak gitu buat Taylor Swift dengan bayaran yang lebih murah.”

Sejujurnya, ketika sampul folklore dan Telemark disandingkan, kemiripannya memang sulit ditampik. Tapi, bukan berarti salah satu menyontek, karena perbedaan konsepnya juga kentara. Ihsahn sendiri mengunggah perbandingan dua sampul album itu, lalu bilang “aku suka desain sampulnya Taylor Swift.”

Netizen lain di Twitter menyorot kemungkinan inspirasi sampul hitam putih yang dipilih Taylor Swift. Ada yang bilang kalau konsep folklore lebih terinspirasi game Resident Evil 4 yang rilis di PlayStation 2 dan Nintendo Wii. Sebagian lagi menduga sang bintang pop lebih terinspirasi album For Emma, Forever Ago-nya Bon Iver, yang juga diajak berkolaborasi dengannya di album ini.

Tentu saja semua tafsir tersebut sah-sah saja. Foto hitam putih bernuansa alam bisa dipakai oleh musisi genre apapun (bahkan album Taylor Swift ini akan jadi meme yang lestari hingga bertahun-tahun mendatang). Jadi mari kita rayakan estetika sendu di alam dalam konsep hitam-putih.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey