Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.
Elon Musk semakin serius meneruskan rencananya mengubah Planet Mars menjadi koloni baru manusia pada 2024. Dia kukuh pada pendirian bahwa rencananya itu bukanlah ‘kesalahan’ ataupun ide ngawur.
Videos by VICE
Musk pekan lalu menjabarkan rencana detail mengenai tahap demi tahap mengubah Mars menjadi koloni kita. Presentasi berjudul “Making Life Multiplanetary” adalah pemaparannya yang paling detail mengenai ide lama ini. Dia membawakannya di tengah ajang International Aeronautical Congress. Sejak 2016, Musk mengklaim bahwa roket buatan perusahannya, SpaceX, sudah mampu mendukung rencana ini. Dia pun mengklaim sudah mengetahui cara untuk mengumpulkan dana yang diperlukan untuk menyukseskan proyek mahal tersebut.
Kode untuk pesawat ruang angkasa SpaceX nantinya adalah BFR, yang merupakan kependekan dari Big Fucking Rocket. Alias ‘Roket Gede Banget’. Alay juga ya.
Pada dasarnya, Musk mengatakan BFR merupakan gabungan pesawat ruang angkasa milik SpaceX yang sudah ada yaitu Falcon 9, Falcon Heavy, dan Dragon. Mungkin seorang orang tahu mengenai Falcon 9 yang punya fitur ‘pendaratan presisi’, yang berarti pesawat ruang angkasa ini bisa mendarat dengan posisi berdiri, bukan menjatuhkan diri.
Secara spesifik, Musk mengatakan bahwa para investor perusahannya selalu ingin melihat demonstrasi pesawat ruang angkasa rancangannya lebih dahulu sebelum melakukan investasi. Jadi dengan menggunakan pesawat ruang angkasa yang sudah ada, Musk mengklaim mampu memuaskan rasa penasaran mereka.
Untuk menekan biaya misi ke Mars, Musk akan membuat BFR terbang ke orbit Bumi terlebih dahulu. Lalu BFR diisi ulang bahan bakarnya oleh alat di orbit, sebelum melanjutkan perjalanan ke Mars.
Strategi ini memungkinkan BFR menggunakan kapasitas tangkinya, mencapai 150 ton setara avtur, secara efektif dalam perjalanan dari Bumi menuju Mars. Tangki bahan bakar ini akan dibantu beberapa panel surya. Panel tersebut terkembang ketika BFR sudah dalam perjalanan di luar angkasa. Beberapa video yang diunggah di akun Instagram Musk awal pekan ini memperlihatkan lebih jelas seperti apa strateginya.
Musk menjelaskan mesin BFR dilengkapi pelindung panas, dan mampu digunakan berulang-ulang. Dia juga menunjukkan satu video yang memperlihatkan simulasi BFR mendarat secara presisi di Mars.
Ruang kargo BFR diatur agar mampu menampung 100 orang. Para penumpang itu nantinya terbagi dalam 40 kabin. Perjalanan ke Mars diperkirakan berlangsung selama 3 hingga 6 bulan. Di dalam kargo terdapat tempat berlindung dari badai matahari, serta ‘area rekreasi’ (meskipun Musk tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan ‘area rekreasi’).
Tapi yang terpenting, Musk menjamin purwarupa BFR sudah mulai dibangun dalam 6 hingga 9 bulan ke depan. Artinya BFR akan siap membawa penumpang ke Mars pada 2022.
“Saya merasa cukup yakin kami bisa membuat dan meluncurkan pesawat dalam waktu lima tahun,” kata Musk. “Lima tahun adalah waktu yang sangat lama untuk saya.”
Karena orbit Mars dan Bumi berada di posisi yang saling berdekatan tiap 2 tahun sekali, Musk menetapkan 2024 sebagai waktu keberangkatan misi ambisiusnya. Musk tidak langsung berencana mengirim manusia ke Mars pada tahun 2024. Sebagai awalan, dia berencana mengirim 2 BFR berisi logistik. Jika sukses, barulah nanti roket membawa manusia dikirim menyusul ke sana.
Andai rencana ini sukses, maka semakin banyak manusia yang dikirim ke Mars. Musk menginginkan pelan-pelan sebuah kota dibangun di Planet Merah itu.
Musk tidak hanya akan memakai BFR untuk perjalanan ke Mars. Dia berusaha pula mendirikan pangkalan dan hunian di Bulan. Proyek ini diberi kode “Moon Base Alpha”. Idenya sederhana. BFR bisa berjalan dalam kecepatan tinggi dan layak jadi pesawat angkut komersial. Jika ide pangkalan bulan terwujud, siapa pun kelak bisa menempuh perjalanan dari bulan ke negara mana pun di Bumi kurang dari waktu satu jam. Memangkas jarak penerbangan komersial lintas benua yang ada saat ini.
Musk tidak mematok perencanaan waktu dalam membangun Moon Base Alpha, seperti proyek koloni Mars. Dia juga menolak ngoyo memasarkan BFR secara komersial. Baginya proyek-proyek ini bukanlah semata cara mencari uang, melainkan upaya memajukan peradaban manusia. Teknologi yang dia jabarkan sebetulnya bisa diwujudkan sejak lama, namun dia heran melihat negara-negara maju tidak serius melakukannya.
“Sekarang sudah tahun 2017, manusia seharusnya sudah memiliki pangkalan di Bulan,” kata Musk. “Apa yang sedang terjadi selama ini?”
Musk mungkin betulan tidak tahu, atau pura-pura saja soal pertanyaannya mengenai kemandegan manusia menjelajah luar angkasa. Misi antariksa selalu soal politik, tidak semata-mata sains.
Sekilas saja, kami bisa menemukan beberapa kelemahan dari ide Musk. Salah satunya adalah rencana koloninya nanti. Walaupun SpaceX telah mengeluarkan banyak tenaga menyempurnakan sisi teknis BFR, nampaknya pengendalian dan rencana pembentukan permukaan Mars sebagai koloni manusia belum terlalu dipikirkan oleh Musk dan para insinyurnya. Belum lagi Outer Space Treaty yang kini sudah berlaku 50 tahun. Beleid PBB itu melarang kepemilikan wilayah diluar angkasa atas nama sebuah negara. Jadi, dua hal di atas segera bisa kita bayangkan bakal menghambat ambisi Musk.
Itu belum mempertimbangkan faktor etis. Gagasan Musk, si entrepreneur kelahiran Afrika Selatan ini, sama saja dengan kolonialisme. Persis seperti yang dilakukan negara-negara Eropa kepada bangsa di Asia dan Afrika. Atau kasus VOC, BUMN Belanda, yang awalnya berdagang di nusantara tapi lambat laun menjajah Indonesia. Jika mau menengok sejarah, sudah ada beberapa kejadian yang menunjukan kebijakan perusahaan berubah menjadi kebijakan negara.
Contoh paling nyata ya ketika Kongsi Dagang Hindia Timur Britania (EIC) dengan ganasnya mengkolonialisasi India atas nama perusahaan, namun kepemilikannya secara bertahap berubah menjadi milik Kerajaan Britania Raya. Tentu saja, tanah India beda jauh sama Mars, tapi karena SpaceX beberapa kali menggarap proyek NASA. Wajar dong kalau kita berasumsi lama-lama nanti perusahaannya Musk itu mewakili Amerika Serikat.
Musk belum memberi gambaran jelas seperti apa nanti hubungan proyeknya di Mars dengan pemerintahan Amerika Serikat, terutama kalau sampai beneran bakal ada kompleks perumahan manusia di sana. Dia hanya berulang kali menyebut pemukimannya sebagai sebuah “koloni”, istilah bermasalah yang sering diasosiasikan dengan penaklukan dan kekerasan.
Yang lebih aneh lagi dari presentasi Musk tempo hari, dia tidak menjelaskan secara rinci bagaimana caranya kelak mengubah permukaan Mars supaya lebih ramah manusia. “Seiring berjalannya waktu, kita akan mengubah permukaan Mars dan akan membuatnya menjadi tempat yang indah untuk ditempati,” katanya lewat Instagram. “Ini adalah suatu gambar yang indah.”
Indah sih indah. Tapi kalau ga ada dasar ilmiahnya kan kita juga sangsi bos.
Proses perubahan struktur permukaan sebuah planet agar lebih ramah manusia disebut terraform. Kayaknya ide itu yang dibayangkan oleh Elon Musk lewat sederet presentasinya. Masalahnya, ada satu bolong besar dalam gagasannya soal terraform.
Musk mustahil mengubah permukaan Mars. Agar planet bisa menyokong kehidupan, dia harus lebih dulu sukses mendapatkan elemen-elemen krusial, seperti oksigen dalam atmosfernya. Sebuah planet juga belum tentu bisa memiliki atmosfer tanpa adanya magnetosfer, medan listrik yang terbentuk dari pergerakan inti planet yang membakar dan melebur.
Atmosfernya Mars itu tipis banget. ‘Tipis’ itu istilah yang udah agak lebay. Nyaris enggak ada malah faktanya. Penyebabnya karena inti planet Mars sudah hampir berhenti terbakar. Gampangnya, Mars tidak punya magnetosfer yang bisa mendukung terciptanya atmosfer.
Berdasarkan penelitian ilmiah terbaru, mustahil bagi manusia mengubah komposisi unsur Mars hingga Magnetosfernya supaya bisa mendukung adanya oksigen. Kalaupun Musk udah kepikiran gimana cara melakukannya, memangnya dia siap ngadepin implikasi etis dari mengubah keadaan planet Mars? Apa hak kita, sebagai penghuni bumi, tiba-tiba datang ke planet lain dan melakukan rekayasa sedemikian rupa supaya sesuai sama habitat kita sebelumnya?
Dalam presentasinya kemarin, Musk lebih sibuk terkagum sama cita-citanya sendiri. “Di Mars, fajar dan senja itu biru, dan sisa dari harinya merah,” katanya. “Ini berlawanan dari apa yang terjadi di Bumi”
Apakah dia juga berniat menghilangkan fenomena alamiah di Mars supaya lebih enak dipandang manusia?
Pada awal presentasinya kemarin, Musk sekilas memberikan ide yang menjelaskan kenapa dia ngotot banget sama rencana kolonialisasi Mars. Kata dia, manusia harus belajar menjadi spesies ‘multiplanet’.
“Saya pikir, secara fundamental masa depan akan menjadi sangat lebih seru dan menarik jika kita menjadi peradaban luar angkasa, menjadi spesies multiplanet daripada bertahan seperti ini saja,” katanya. “Manusia ingin terinspirasi oleh capaian yang awalnya terasa mustahil, anda ingin bangun di pagi hari dan berpikir ‘masa depan kita pasti akan hebat.’ Itu lah intinya dari menjadi sebuah peradaban tingkat luar angkasa. Yakni percaya pada optimisme masa depan, dan mempercayai bahwa masa depan akan lebih baik dari masa lalu.”
Kami setuju sih. gagasan membentuk peradaban multiplanet seperti presentasinya Musk memang “seru dan menarik.”
Namun dia belum, dan nantinya wajib, menjelaskan rencana yang lebih detail lagi, sehingga ambisi kita menjajah Mars akan “lebih baik dari masa lalu.”