Peringatan BMKG Indonesia Dibayangi Risiko Multi Bencana karena cuaca buruk Januari-Maret 2021
Kolase foto bencana banjir di Kalimantan Selatan, Erupsi Semeru, dan upaya evakuasi korban longsor di Jabar. Foto dari arsip BNPB dan Timur Matahari/via AFP
Tanggap Bencana

Sepanjang Triwulan Pertama 2021, Indonesia Dibayangi Risiko Multi Bencana

BMKG memprediksi hujan deras memuncak hingga Maret, berisiko memicu banjir dan longsor di lebih dari 10 provinsi Indonesia. Sementara korban tewas gempa Mamuju menjadi 81 orang.

Permulaan tahun di Tanah Air memberi kesan dunia sedang tidak baik-baik saja. Ketika pandemi virus covid-19 terus menunjukkan tren peningkatan kasus positif, rentetan bencana menyusul kemudian.

Sepanjang dua pekan pertama Januari 2021, di berbagai wilayah Indonesia terjadi bencana dipicu sebab berbeda-beda. Mulai dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh, longsor di Sumedang, banjir bandang di tujuh kabupaten/kota Kalimantan Selatan, erupsi Merapi dan Semeru, hingga gempa magnitude 6,2 di Mamuju-Majene.

Iklan

Untuk kasus banjir di Kalimantan Selatan yang menewaskan 5 orang dan memaksa 112 ribu warga mengungsi, menyempitnya hutan lindung akibat deforestasi, perluasan lahan sawit, dan ekspansi pertambangan disebut aktivis lingkungan sebagai penyebab utama. Namun, cuaca buruk yang memicu hujan deras di berbagai provinsi turut berpengaruh atas meningkatnya potensi longsor serta luapan air bah.

000_8YV766.jpg

Foto dari arsip BNPB (via AFP) menunjukkan evakuasi warga yang terjebak banjir di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

longsor sumedang 2.jpg

Petugas SAR melakukan upaya evakuasi warga yang tertimbun longsor di Sumedang, Jabar. Foto oleh Timur Matahari/AFP

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca buruk masih akan terus berlangsung hingga Maret. Meningkatnya curah hujan akibat fenomena gelombang atmosfer ekuator MJO (Madden Julian Oscillation) yang sedang aktif di Samudra Hindia. Cuaca buruk diprediksi akan dialami lebih dari 10 provinsi di Indonesia, mencakup sebagian besar Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua.

Efek peningkatan cuaca buruk itu sudah dirasakan di ujung utara Sulawesi. Dalam video viral yang diambil pada 17 Januari 2021, nampak luapan air laut melewati tanggul dan akhirnya menerjang mal Mantos, di Kota Manado, Sulawesi Utara.

“Cuaca ekstrem tersebut sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan,” kata Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, saat dihubungi VICE. “Sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi memasuki puncak musim hujan pada Januari 2021, yakni sebesar 49,1 persen dan bulan Februari 2021 sebesar 23,4 persen.”

Iklan
longsor sumedang.jpg

Upaya evakuasi korban longsor di Jabar. Foto oleh Timur Matahari/AFP

Adapun, di area yang paling terdampak gempa Sulawesi Barat, tim SAR kini berkejaran dengan waktu mengevakuasi para korban. Hingga artikel ini dilansir, sebanyak 81 orang tewas di Mamuju serta Majene, selebihnya 554 orang cedera.

Berbagai infrastruktur vital di pusat provinsi Sulbar turut rusak akibat goyangan lindu. Tim SAR setempat, saat dihubungi VICE, mengaku evakuasi berjalan “nonstop”, mengingat masih banyak korban terperangkap reruntuhan bangunan.

mamuju gempa.jpg

Foto udara dampak gempa 6,2 magnitudo di Mamuju, diambil pada 17 Januari 2021. Foto oleh Adek Berry/AFP

mamuju.jpg

Seorang warga di Mamuju menanti upaya evakuasi tim SAR terhadap keluarganya yang masih terjebak reruntuhan gempa. Foto oleh Daeng Mansur/AFP

Berdasar hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa di Majene dan Mamuju sejak 14 - 17 Januari 2021, tercatat ada 37 kali gempa susulan. Khusus untuk kondisi di Sulawesi Barat, BMKG memperingatkan warga agar waspada terhadap potensi tsunami.

Pulau ini pada 2018 lalu mengalami gempa disusul terjangan gelombang laut tinggi yang meluluhlantakkan kawasan Palu, Sulawesi Tengah. Posisi Sulawesi yang masuk dalam rangkaian cincin api, turut memperbesar potensi efek gempa tempo hari pada patahan laut yang berdampak ke kawasan pesisir.

Selain itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan bahwa pesisir Majene pernah mengalami tsunami pada tahun 1969. “Segera melakukan evakausi mandiri dengan cara menjauh dari pantai, dengan cara menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami,” ujarnya lewat keterangan tertulis. “Hal ini akan efektif menyelamatkan masyarakat pesisir jika sumber gempa kuat yang terjadi berada dekat pantai, karena waktu emas penyelamatan tsunami sangat singkat.”

gils.jpg

Aliran lava terpantau dari puncak Gunung Semeru sejak 16 Januari 2021. Foto oleh Agus Harianto/AFP

Efek dari peningkatan aktivitas cincin api juga sudah memicu erupsi dua gunung berapi kesohor dari Pulau Jawa, yakni Merapi dan Semeru. Di Lumajang, pada 16 Januari 2021, terjadi hujan abu akibat letusan Semeru dari kawah Jonggring Salokake. Awan panas turut meluncur hingga empat kilometer dari puncak kawah Semeru, berdasar pantauan BPBD Kabupaten Lumajang.

semeru erupsi.jpg

Erupsi di Gunung Semeru terekam pada 16 Januari 2021. Foto oleh Juni Kriswanto/AFP

Adapun di Merapi, kondisi gunung yang aktif sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu. Awan panas serta guguran lava terus terpantau dari puncak gunung setinggi 2.930 meter tersebut.