Budaya Tawuran

Fasilitasi Pelajar Demen Tawuran, Pemkot Tangsel Berencana Bangun Ring Tinju

Tawuran pelajar marak di dua kota Tangerang. Berbeda dari Tangsel, wali kota Tangerang ancam memecat kepala sekolah negeri yang gagal mencegah muridnya ikut geng tawuran.
Pemkot Tangsel Berencana Bangun Ring Tinju di Pondok Aren untuk Pelajar yang Terlibat Tawuran
Foto ring tinju dadakan hanya ilustrasi, diambil dari momen pencak dor yang rutin digelar di kawasan Kediri. Foto oleh Ulet Ifansasti/Getty Images

Kota Tangerang dan Tangerang Selatan, Provinsi Banten, memiliki nasib suram seperti kawasan Jabodetabek lainnya: banyak pelajarnya gemar terlibat tawuran. Insiden tawuran bahkan belum juga mereda memasuki bulan Ramadan 2022. Pada 9 April lalu, terjadi kericuhan antar remaja di kawasan Cipondoh, Kota Tangerang, yang menyebabkan satu orang luka serius. Bentrok itu terjadi saat jam sahur.

Iklan

Demi meredam aksi kenakalan remaja tersebut, kedua pemkot yang bertetangga itu melakukan langkah dramatis, namun dengan pendekatan amat berbeda.

Pemkot Tangsel, seperti dilaporkan Pos Kota, memilih pendekatan unik, yakni memfasilitasi anak muda yang gejolak emosinya tinggi. Caranya: membangun ring tinju supaya mereka bisa menyalurkan emosi lewat olahraga fisik.

Ide pembangunan ring tinju disampaikan oleh Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie pada 8 April lalu di hadapan awak media. Pemkot sudah menghubungi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk membantu penyiapan ring tersebut di Gedung Olah Raga atau aula kecamatan kawasan Pondok Aren. 

“Mending [untuk anak-anak muda yang tawuran] disediakan ring tinju saja. Saya akan cari tempat di Gedung Olah Raga,” kata Davnie.

Walikota meminta aparat mendaftar pelajar dari sekolah tertentu yang potensial untuk dilibatkan dalam program pelatihan tinju tersebut. Meski begitu, belum jelas kapan program tinju untuk para penyuka tawuran ini akan direalisasikan di Tangsel.

Iklan

“Saya belum bicara sama Pertina [persatuan tinju amatir], tapi niatnya untuk menyalurkan energi anak-anak yang suka tawuran. Biar mereka nanti jadi atlet," kata Davnie.

Ketua KONI Tangsel Hamka Handaru menyambut baik tawaran dari pemkot, saat dikonfirmasi Tempo.co. Hanya saja, dia mengingatkan pemerintah, bahwa pelajar yang tawuran bukan berarti suka bertarung satu lawan satu. Ada pula kemungkinan mereka tawuran karena ingin menikmati sensasi adrenalin berantem keroyokan. Pendataan bakat para pelajar yang dianggap tukang onar, menurut KONI, juga perlu dilakukan serius.

“Mungkin malah bisa berprestasi, tapi memang harus yang gentleman, kalau beraninya keroyokan ya susah,” kata Handaru. “Mereka harus dilatih dulu mungkin didata dan diinventarisir kemampuannya, nanti kita kasih pendampingan.”

Sementara, pendekatan berbeda diambil pemerintah Kota Tangerang. Menurut pemkot wilayah tetangga Tangsel itu, tawuran di daerah mereka dipicu oleh geng pelajar sekolah negeri. Alhasil, beban mengendalikan kenakalan pelajar diarahkan pada para kepala sekolah.

Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah, merujuk laporan Kompas.com, mengancam siap mencopot kepsek sekolah negeri jika anak didiknya tertangkap aparat terlibat tawuran. Aturan pemecatan ini belum akan diterapkan ke kepsek sekolah swasta.

Iklan

“Kalau nanti ada kedapatan siswa dari sekolah negeri di Kota Tangerang yang mengikuti tawuran, bisa jadi kepala sekolahnya itu kita pecat," ujarnya pada 10 April 2022.

Dari pantauan pemkot Tangerang, tak sedikit peserta tawuran yang tetap mengenakan seragam sekolah saat berbuat onar. Diduga menjaga pride sekolah menjadi motivasi mereka, sehingga tanggung jawab kepsek dan jajaran guru lebih besar untuk membina. Selain itu, pemkot tidak berniat otomatis mengeluarkan anak-anak ketika ikut dalam tawuran.

“Jadi pihak sekolah lah yang harus membimbing murid-muridnya masing-masing,” imbuh Arief.

Kepolisian di Tangsel maupun Kota Tangerang sendiri mulai melakukan langkah antisipasi serius untuk meredam maraknya tawuran. Salah satunya, melarang digelarnya kegiatan sahur on the road, yakni acara muda-mudi keliling berkelompok naik motor menjelang sahur. Kapolres Kota Tangerang, Kombes Pol Komarudin, menilai perlu pengawasan ekstra di momen sahur, mengingat bentrokan bisa lebih sering terjadi selama malam ramadan.

“Kita lakukan penggelaran kekuatan secara masif, tidak kurang dari 250 personel dan 35 pos pantau untuk memangkas ruang gerak pelaku kejahatan dan termasuk gesekan," ujarnya seperti dilansir Liputan6.com.

Di kawasan Tangerang, tawuran memiliki istilah unik “penataran”. Geng sekolah yang saling bersaing mengundang lawannya untuk terlibat "penataran” melalui DM Instagram, merujuk pantauan polisi. Salah satu geng terbesar di kawasan Tangerang bernama Vembajak, yang terkenal sering melakukan kekerasan brutal untuk seleksi masuk anggotanya.

Geng ini amat berbahaya, karena memaksa tiap anggota menyetor duit senilai Rp80 ribu, untuk ongkos membeli gir dan celurit sebagai senjata tawuran. Menurut Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, tercatat belasan kasus kekerasan bersenjata tajam di kalangan pelajar sepanjang kurun Oktober 2021 hingga Maret 2022. Tren itu meningkat dibanding periode yang sama setahun sebelumnya.