Seniman visual Frances F. Denny tak sengaja menemukan fakta mengejutkan soal nenek buyutnya yang kedelapan ketika mempelajari silsilah keluarga. Mary Bliss Parsons, nama sang buyut, dituduh mempraktikkan ilmu sihir pada 1674.
“Saya sedang mendalami garis keturunanku untuk buku pertama, Let Virtue Be Your Guide, dan menemukan dokumen buatan ayah yang menguraikan silsilah keluarganya,” Denny memberi tahu VICE.
Videos by VICE
Pada saat itu, Parsons difitnah mengirim guna-guna kepada perempuan yang tidak bisa hamil di dekat rumahnya. Bukankah aneh Parsons bisa punya banyak anak, sedangkan tetangganya tidak sama sekali?
Mungkin begitu yang dipikirkan orang-orang zaman dulu. Meski tuduhan itu akhirnya tak terbukti, nama baik Parsons telah ternodai. Dia menjalani hidup selama 80 tahun lebih dengan reputasi buruk.
Perburuan penyihir mencapai puncaknya selama Pengadilan Penyihir Salem (1692-1693). Lebih dari 200 orang dituduh melakukan ilmu hitam. 14 perempuan dan lima laki-laki dihukum gantung sesuai perintah Hakim Agung Samuel Sewall, yang tanpa disangka kakek buyut Denny yang ke-10.
Dia yakin nenek buyutnya bukan penyihir, dan kaget bukan kepalang saat mengetahui masih satu keturunan dengan Sewall. Menurut Denny, keterkaitan keluarganya dengan penganiayaan penyihir tidak dapat diabaikan. “Saya mirip dengan nenek buyut,” tuturnya. “Sebagai pribadi yang merasa menentang norma, saya yakin akan dituduh mempraktikkan ilmu sihir [jika saya hidup] di abad ke-17. Dan rupanya saya keturunan penindas dan korban penindasan itu.”
Dia mulai mendalami etimologi “penyihir”, serta berbagai bentuk dan praktisi ilmu sihir. Dia membaca Drawing Down the Moon: Witches, Druids, Goddess-Worshippers, and Other Pagans in America, satu-satunya buku yang menjelaskan secara detail sejarah subkultur Neo-Pagan di Amerika Serikat. Buku ini ditulis oleh pendeta tinggi Wicca Margot Adler. Denny juga membaca Witches, Midwives, and Nurses: A History of Women Healers oleh Barbara Ehrenreich, The Witches: Suspicion, Betrayal, and Hysteria in 1692 Salem oleh Stacy Schiff, dan Spiral Dance: A Rebirth of the Ancient Religion of the Goddesses oleh Starhawk.
Proyek foto Denny kemudian dirilis menjadi buku berjudul Major Arcana: Portraits of Witches in America pada Oktober 2020. Hasil jepretannya secara inklusif menampilkan keragaman perempuan yang mempraktikkan ilmu sihir. Pembaca diajak “berkenalan” dengan mereka-mereka yang merebut kembali energi feminin ilahinya dan mengembalikan keagungan dan kemuliaannya kepada dunia.
Denny menganggap penyihir sebagai “pahlawan feminis atau anti-hero”.
“Saya merasa kata ‘penyihir’ memiliki kekuatan misterius. Semacam ada rasa kepemilikan yang ditanamkan melalui keyakinan dan praktik mereka. Ada unsur perlawanan yang anti-otoriter dan sulit diatur, kuno dan berbasis alam,” imbuhnya.
Karya foto ini menggambarkan praktik kuno yang terus berkembang di dunia modern.
Denny mengungkapkan komunitas penyihir sangat beragam. “Di satu spektrum, ada pendeta tinggi Wicca yang menggunakan huruf besar W untuk ‘Witch’ layaknya orang Yahudi, Muslim, atau Kristen. Di sisi lain, ada ‘penyihir huruf kecil’, perempuan yang tertarik dengan tarot, ramalan, astrologi, kristal dan lilin — hal-hal yang berasal dari praktik mistis dan memiliki daya tarik yang lebih luas,” ujarnya.
Denny merasakan tanggung jawab yang besar untuk memperkenalkan sekaligus melindungi hidup para penyihir. “Ada risiko nyata bagi siapa saja yang menyebut dirinya penyihir.
Selain bisa kehilangan segalanya, kalian menghadapi ancaman diadili dan dibunuh hanya karena kalian penyihir. Apa yang terjadi di Salem masih sering terjadi di beberapa belahan dunia,” dia menjelaskan.
“Ada yang dipertaruhkan [ketika mengaku sebagai penyihir],” lanjutnya. “Mereka merebut kembali sejarah para perempuan hebat yang dulu dibungkam. Banyak perempuan yang kutemui berusaha merebut kembali apa yang telah dicuri darinya.”