Merayakan Keragaman di Aceh Pada Hari Perayaan Imlek

Suara tambur, gong, dan simbal yang dimaikan oleh tim barongsai dari Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Jum’at 16 Febuari 2018. Selain memecahkan keheningan pagi di Banda Aceh, juga meleburkan perbedaan yang ada di bumi rencong.

Pada saat tim tampil warga ragam etnis dan agama berbaur dan berkumpul untuk menyaksikan barongsai meloncat dan meliuk-liuk yang memeriahkan Perayaan Imlek di Nangroe Aceh Darussalam, satu-satunya daerah di Indonesia yang melaksanakan syariat Islam secara parsial sejak 2001.

Videos by VICE

Atraksi barongsai di depan vihara, sebelum akhirnya berkeliling di jalan-jalan kota

Kemarin, tiga barongsai terdiri dari warna merah pink, dan ungu. tampil dari pagi hingga sore mereka mengilingi pasar Peunayong Banda Aceh. Rombongan barongsai juga sempat mampir ke rumah warga dan singgah di beberapa hotel yang ada di seputaran Peunayong Banda Aceh.

Di antara mereka, terdapat dua remaja memakai jilbab. Mereka bukan warga etnis Tionghoa, melainkan remaja Aceh beragama Islam. Mereka kian bersemangat bukan hanya karena disambut dengan antusias oleh penonton di sekujur kota, tapi mereka juga dapat angpao di tempat-tempat yang mereka singgahi.

Warga antusias menyaksikan kemeriahan tari barongsai

Seorang ibu rumah tangga warga Kampung Banda Aceh Iyoh (49), mengaku sengaja datang menyaksikan barongsai juga untuk menghargai umat satu sama lainnya.“Saya kan tetangga dengan warga Thionghoa, saya datang ke sini untuk menyaksikan atraksi, kami sama-sama di sini, saling silahturahmi lah,” sebut Iyoh.

silaturahmi antar umat beragama di Banda Aceh

Perayaan Imlek di Nangroe Aceh Darussalam selalu dipusatkan di Vihara Darma bhakti dan Vihara Buddha Sakyamuni, Peunayong, Banda Aceh. Ketua Yayasan Vihara Dharma Bakti Aceh, Yuswar SE, (69) mengatakan dari lahir hingga sekarang, setiap kali merayakan Imlek di Aceh belum pernah ada gangguan dalam perayaannya ataupun dalam kehidupannya sehari-hari walaupun diakuinya dirinya terlahir sebagai minoritas.

Sebagai keturunan ke lima dari keluarga pedagang di Aceh, menurut Yuswar Aceh merupakan daerah yang aman dan damai, meskipun daerah ini sebelumnya pernah terjadi konflik, namun mereka tetap terlindungi. “Ini Aceh, kita hidup saling menghargai, saling menjaga dan membantu. Kalau kita hidup bersama-sama tidak akan terjadi apapun, dari dulu hingga sekarang di Aceh aman asalkan kita tidak mengusik lainnya,”sebutnya.

Komunitas tionghoa menjalankan ritual keagamaan
Bakar lilin sebagai simbol menerangi jalan kehidupan
Polisi memeriksa barang-barang, semalam sebelum perayaan tahun baru kalender Cina
Seorang muslimah mengintip kegiatan di dalam vihara dari balik pagar