FYI.

This story is over 5 years old.

Prasasti Mesum?

Banyak Relief Kuno Gambar Keledai Menyetubuhi Perempuan di India, Apa Sih Maknanya?

Belum ada sejarawan yang benar-benar mendalami maksud ukiran kuno macam itu.
Arkeolog menghindari studi gadhegals karena sering dianggap terlalu vulgar. Foto: Harshada Wirkud.

Sepanjang Juli 2018, VICE India merilis rangkaian cerita mengenai Sex-Rated: The VICE Guide to Sex in India . Kami akan membahas segala hal tentang seksualitas di India. Selain itu, ada juga cerita dan video soal seks dari VICE lainnya. Baca lebih banyak di sini .


Menurut arkeolog, ada lebih dari 200 gadhegal (relief kutukan) di seantero India. 150 di antaranya bisa ditemukan di Maharashtra. Anehnya, lempengan batunya penuh dengan ukiran keledai yang menyetubuhi perempuan. Sejak 2012, para sejarawan mulai tertarik mengungkapkan apa maksud ukiran-ukiran tersebut.

Iklan

Lempengan batu ini dilaporkan pertama kali muncul di Maharashtra pada masa pemerintahan Silahara. Mereka menyumbang sejumlah lahan (bisa juga rumah atau uang) kepada para Brahmana dan kuilnya. Lempengan tersebut dijadikan sebagai deklarasi dan ukiran keledainya menunjukkan kutukan bagi siapa saja yang melanggar perintah.

Dr Kurush Dalal, dosen di Pusat Arkeologi dan Studi extra-Mural Mumbai University, memberi tahu VICE India lewat telepon bahwa, “Para arkeolog tidak mau mempelajari relief tersebut karena terlalu vulgar.” Di India, keledai dianggap hewan tidak suci dan sering disamakan dengan sampah dan kotoran.

Dalam beberapa relief 'kutukan keledai', istri pemberi hibah ataupun si pemberi hibah itu sendiri sering diancam kutukan yang sama Foto: Harshada Wirkud

Lalu mengapa para Silahara menggunakan gambar ini? Harshada Wirkul, yang mendalami gadhegal untuk program S3-nya menjelaskan, “Dulu, ada lempengan tembaga yang digunakan untuk pernyataan hibah dari para raja. Tapi masih belum jelas kenapa lempengannya berubah jadi batu relief dan prasasti yang menggambarkan kutukan.” Dia menambahkan bahwa gadhegal juga ditemukan di Gujarat, Goa, Orissa, Bihar dan Bengal.

Sebagaimana dijelaskan oleh para arkeolog, gadhegal biasanya mempunyai tiga bagian atau panel. Dalal menerangkan bahwa panel matahari dan bulan disebut sebagai Yavat Chandra Divakaro (selama matahari dan bulan masih ada). Itu artinya, informasi di lempengan dan masa pemerintahan penguasa akan bertahan lama. Panel kedua merupakan panel pernyataan hibah dan kutukan. Bagian awalnya “menyebutkan rincian penyumbang dan penerima sumbangan,” dan diakhiri dengan kutukan yang berbunyi, “siapa saja yang melanggar aturan dan tidak berbuat baik maka akan dikutuk. Ibunya akan dipaksa bersenggama dengan keledai (beberapa prasasti lain menyebutkan kuda).

Iklan

“Dalam beberapa batu ‘kutukan’, para penyumbang dan istrinya juga bisa terkena kutukan.” Bahkan ada kutukan usus pelanggar akan dipenuhi cacing kremi. Buruknya lagi, para arkeolog juga menemukan gadhegal yang menyatakan kalau pria yang melanggar disebut anjing atau keledai.

Beberapa relief menunjukkan persenggamaan antara keledai dengan babi. Foto oleh Harshada Wirkud.

Panel ketiga adalah ukiran perempuan yang sedang disodomi oleh keledai. Penelitian Dalal dan rekannya menyinggung soal RC Dhere, arkeolog yang punya “teori menarik” tentang gadhegal pada 1900. Dhere menyamakan perempuan dengan “Bumi” atau “Ibu”, dan mengatakan bahwa keledai “yang menyetubuhi ibu” maka akan mandul. Menurut Dhere, penduduk Bumi yang tidak tahu aturan nasibnya akan menyedihkan.

Wirkud tidak sependapat dengan teori tersebut. “Saya pernah lihat gadhegal yang menggambarkan keledai bersenggama dengan keledai lain atau babi. Selama ini perempuan selalu dianggap sebagai objek. Kutukan (di batu) menyebutkan bahwa ibu atau istrinya akan disetubuhi kalau ada pria yang melanggar aturan. Mengapa bukan pelanggar saja yang disetubuhi? Teori Dhere sangat salah kalau menyebutkan ukiran perempuan tersebut adalah bumi.”

Follow Maroosha Muzaffar di Twitter .