Menjadi Saksi Drone Balap Memecahkan Rekor Kecepatan Dunia
Semua foto oleh penulis.

FYI.

This story is over 5 years old.

Drone Balap

Menjadi Saksi Drone Balap Memecahkan Rekor Kecepatan Dunia

263 kilometer per jam tuh cepet banget lho. Motor sport aja bisa kelibas!

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Sebuah drone melesat, seakan-akan jatuh dari langit. Ryan Gury, si pilot pengendalinya, menyaksikan casing drone tersebut terbakar, sementara beberapa teknisi bergegas lari ke sekeliling lapangan berupaya menangkapnya. “Sial,” umpatnya. Untungnya Gury, direktur produk di tim Drone Racing League (DRL), membawa tujuh RacerX drone lainnya, plus paket baterai, dan berton-ton suku cadang ke Lapangan Cunningham di Queens, New York sore itu. Dia juga masih memiliki banyak waktu: kurang lebih empat jam sebelum DRL berusaha memecahkan rekor dunia sebagai quadcopter (sebutan drone yang dimodifikasi dalam hal kecepatan) berdaya baterai tercepat di atas permukaan tanah. Menjelang siang, tim DRL berhasil mencapai kecepatan 263 km per jam, standar baru bagi penggemar drone seluruh dunia. Rekor ini baru menobatkan Drone Racing League sebagai tim amatir pertama sukses memecahkan rekor Guinness World Records. Untuk bisa masuk ke buku rekor, mereka harus terbang lebih cepat daripada 201 km/jam, dua kali bolak-balik di lintasan sepanjang 100 meter. Drone rakitan DRL wajib terbang ke dua arah sekaligus, dengan asumsi sukses menyesuaikan diri menghadapi kondisi angin yang berubah atau gangguan lainnya.

Iklan

Sebagian drone yang dibawa tim DRL ke Queens untuk diterbangkan. Foto: Louise Matsakis

Kecepatan rata-ratanya kemudian dihitung untuk rekor resmi. Gara-gara yang dicatat resmi cuma reratanya saja, akhirnya satu fakta mengejutkan terpaksa terpinggirkan. Sumpah, sore itu saya menonton Gury dan timnya berhasil menerbangkan drone pada kecepatan menakjubkan: 288 km/jam. Kecepatan tertinggi yang berhasil mereka capai. Hasil kerja keras tim DRL barangkali susah dimengerti orang awam. Saya cuma mau bilang, drone mereka cepet banget mengingat drones komersila yang tersedia, seperti DJI Phantom 4, hanya bisa terbang dalam kecepatan 78 km/jam (sebuah perusahaan mengklaim drone mereka bisa terbang hingga kecepatan 136 km/jam, tapi belum tersedia di pasaran). Drone DIY yang memang dirancang buat balapan bisa terbang jauh lebih cepat, namun jarang sekali melebihi batas normal 161 km/jam. Beberapa orang mengklaim sukses merakit drone yang bisa terbang secepat DRL. YouTuber Ryan L, misalnya, bilang pernah menerbangkan drone-nya hingga kecepatan 248 km/jam.

Kultur balapan drone sudah jauh berkembang sejak tim redaksi Motherboard dulu menemuinya Gury dalam acara pegiat quadcopter independen pada hari bersalju pertengahan 2015. Gury sampai sekarang masih lebih suka menerbangkan drone secara FPV (first-person view), sehingga pilot bisa melihat laju drone itu, seakan-akan mereka ada di kokpit. Agar bisa menerbangkan drone seperti itu, kamu perlu mengenakan sepasang kacamata yang terhubung ke kamera gopro di bagian depan dronenya.

Iklan

Ryan Gury saat mengendalikan sebuah drone. Foto oleh: Louise Matsakis

Sepanjang hari ketika saya menemani mereka, tim DRL mencoba memecahkan rekor dunia tiga kali dalam waktu berbeda. Sebelumnya, Gury dkk sudah menjalankan sejumlah tes terbang. Mereka menerbangkan lebih dari selusin drone karena sulit sekali menerbangkan pesawat tanpa awak ini dalam kecepatan amat tinggi. Tantangan utamanya adalah mengetahui apa yang salah ketika dronenya terbang lebih lamban dari target. Satu hal yang bisa dilakukan pilot drone untuk mengubah performa adalah mengutak-atik "tune", alias mengoprek program software yang berinteraksi dengan satu sama lain. Menyesuaikan tune bisa, “mengubah cara kontroler drone berinteraksi dengan motor dan sistem keseluruhannya,” kata Brandon Alvarez, salah satu teknisi di DRL. Selama seharian, tim ini telah berpindah dari dua tune berbeda. Tune sebuah drone bisa menjadi begitu sulit diatur. Sulit sekali memprediksi secara akurat bagaimana keseluruhan komponen bekerja. “Sejujurnya, saya selalu kaget dengan hasil yang kami dapat,” ujar Gury. “Misterinya selalu pada hubungan antara software dan mesin di drone.”

Ray Poon sedang memperbaiki drone untuk tim DRL.

Sesudah berhasil memecahkan rekor dunia, Drone Racing League kini mencoba mendorong banyak pembalap lain merakit drone yang bisa mengalahkan mereka. “Ada sejumlah aplikasi (pemecahan rekor) yang sudah kami terima,” ujar Philip Robertson, salah satu juri mewakili Yayasan Guinness World Records yang menyaksikan upaya DRL sore itu. Ketika drone DRL terbang menyeberangi lapangan di Queens dengan kecepatan 263 km/jam di penghujung hari, saya hampir tak bisa melihat, sekelebat pun tidak. Ketika pesawat berukuran amat kecil itu terbang dengan begitu cepat, gerakannya sulit ditangkap mata manusia. Tiba-tiba saja , Gury sudah mendaratkannya di rumput tidak jauh dari posisi tim.

Trevor Smith menunjukkan ke juri Guinness World Record kecepatan dronenya.

Gury segera memindahkan pembaca GPS drone dan menyerahkannya pada Trevor Smith, kepala tim operasi teknis DRL. Dia pergi ke mobil mengunggah data ke laptopnya, sebelum kembali dengan kabar gembira. Timnya sangat kaget dengan kecepatan drone itu. Saat masih percobaan terbang, drone ini hanya mampu terbang secepat 254 km/jam. “Ini hebat banget sih Ryan,” ujar Nick Horbaczewski, kepala eksekutif dan penggagas Drone Racing League. “Iya, lumayan keren ya,” ujar Gury kegirangan. Sebuah rekor pecah sore itu. Saya berbahagia bisa menjadi saksinya.