FYI.

This story is over 5 years old.

Belajar dari Alam

Perilaku Monyet (dan Binatang Lain) Bisa Jadi Inspirasi Tips Mengelola Keuangan

Hewan emang ga becus main mobile legends dan medsos. Tapi monyet, burung, dan bajing kayaknya lebih pintar dari manusia soal perencanaan finansial.
Perilaku Monyet (dan Binatang Lain) Bisa Jadi Inspirasi Tips Mengelola Keuangan
Foto oleh Getty Images

Artikel ini pertama kali tayang di FREE—situs baru VICE Media yang membahas berbagai isu ekonomi dan pengelolaan keuangan secara nyeleneh.


Bahasa bisnis di media maupun kalangan analis seringkali dikemas dengan istilah-istilah yang dipinjam dari dunia binatang— bull markets, bear raids, fat cats, dan banyak lagi lainnya. Tetapi, dalam memahami kebiasaan finansial manusia, dunia hewan justru bisa menawarkan penjelasan yang lebih baik daripada sekedar jargon macam-macam industri.

Iklan

Memang, prinsip-prinsip pasar yang sering dianggap unik bagi manusia—harga kompetitif, monopoli, atau perjanjian sewa rumah—juga dapat diamati di dunia alam. Ekolog perilaku Ronald Noë dan ahli biologi teoritis Peter Hammerstein bahkan telah mengembangkan kerangka akademis yang disebut “teori pasar biologi” untuk mengeksplorasi analogi ini.

Jadi jika kamu ingin kiat-kiat soal uang yang bisa kamu terapkan untuk kehidupan pribadimu, berikut adalah tiga strategi satwa liar dari spesies-spesies yang paling giat di alam.

Usahakan Selalu Punya Tabungan Darurat

Penasehat keuangan biasanya menyarankan kita agar menyisihkan biaya untuk hidup tiga hingga enam bulan jika terjadi kesulitan yang tak terduga. Kebijaksanaan dari pendekatan ini juga secara luas dapat diamati di alam; banyak spesies menyimpan makanan di penyimpanan untuk dikonsumsi di lain waktu. Hewan-hewan ini umumnya jatuh ke dalam dua kubu: penimbun, seperti lebah dan hamster, yang menumpuk makanan di satu lokasi, dan pencar-pencar, seperti tikus kayu dan marsh tits, yang mendistribusikan makanan di banyak tempat kecil.

Memang sekilas mudah menyimpan makanan di satu lokasi, tapi sebetulnya tindakan kayak gitu mengundang risiko bahan makananmu bisa dicuri hewan-hewan lain. Itu penjelasan ekolog evolusioner Anders Brodin, yang penelitiannya pada 2010 mengenai Philosophical Transactions of the Royal Society B menguraikan kebiasaan bajing pemecah kacang, tupai, dan pengerat lainnya. “Jika [binatang] yang lebih kuat menemukan timbunan itu, penimbun berisiko kehilangan semuanya,” katanya. “Burung-burung kecil seperti passerines cenderung menghimpun di banyak tempat sekaligus, sementara burung pemangsa dan burung hantu dapat menimbun di sekitar sarang.”

Iklan

Demikian juga, bukan strategi yang baik untuk menjaga kekayaan bersihmu dalam tumpukan uang dan koin di rumah seperti Scrooge McDuck, kecuali kamu memiliki sistem keamanan yang sangat baik. Penimbun-penimbun menangkal risiko ini dengan, pada dasarnya, mendiversifikasi portfolio mereka. Kamu dapat menerapkan strategi ini ke tabunganmu sendiri dengan berinvestasi dalam reksa dana, yang biasanya memiliki ratusan kepemilikan, daripada menenggelamkan semua uangmu ke dalam, katakanlah, bitcoin. Sebelum kamu melakukan investasi apa pun, bijaksana untuk memiliki dana darurat untuk menutup biaya tak terduga seperti kunjunganmu ke dokter gigi atau tiket pesawat pulang kampung.

Jangan Mau Bayar Mahal untuk Hal yang Ga Penting

Kita dapat dengan mudah dibodohi dan menghambur-hamburkan uang untuk merek-merek mencolok atau menghindari barang-barang murah karena kita menganggapnya berkualitas rendah. Sementara itu, monyet capuchin, lebih bijak dalam menentukan harga, menurut sebuah studi 2014 di Frontiers in Psychology yang memperkenalkan seekor monyet dengan jello dan es krim warna-warni berbagai rasa, beberapa di antaranya memiliki harga lebih tinggi daripada yang lain.

Bahkan setelah mempelajari harga untuk setiap makanan, monyet tidak menyukai pilihan yang lebih mahal ketika mereka diberi kesempatan untuk memilihnya secara bebas. Mereka tampaknya memahami bahwa kualitasnya sama, terlepas dari biayanya, yang kontras dengan penelitian serupa pada manusia. Jadi pada saat kamu ingin berbelanja jor-joran hanya karena biayanya menyiratkan kualitas tinggi, kamu mungkin ingin bertanya pada diri sendiri: Apa yang akan dilakukan seekor capuchin?

Iklan

Pahami Risiko dari Setiap Investasi

Monyet capuchin mungkin tidak akan termakan konsep branding, tetapi mereka paham satu kebiasaan keuangan yang buruk biasanya dialami manusia: efek refleksi. Seperti manusia, monyet juga menghindari risiko jika mereka mulai dengan dana kecil dan bertaruh pada kemungkinan meningkatkan jumlah dana tersebut. Sebaliknya, mereka lebih terbuka terhadap risiko jika mereka mulai dengan dana besar dan harus bertaruh pada kemungkinan kerugian dengan jumlah tersebut.

Dalam sebuah penelitian tahun 2011 di Journal of Experimental Psychology, monyet memulai dengan satu buah anggur, dan diberi pilihan untuk menerima bonus satu anggur atau bertaruh yang dapat menghasilkan bonus dua anggur, atau tidak ada bonus anggur sama sekali. Dalam hal ini, monyet cenderung mengambil taruhan aman pertama dengan satu bonus anggur.

Namun hasilnya berbeda ketika vendor menyajikan tiga buah anggur kepada para monyet. Vendor pertama menghilangkan satu, meninggalkan monyet dengan dua buah anggur, sementara penjual lainnya mengulang taruhan yang bisa berakhir dengan ketiga buah anggur, atau hanya satu. Meskipun hasil tesnya sama, monyet lebih suka vendor yang berisiko dalam kasus ini.

Tampaknya beberapa primata lebih berani mempertaruhkan segalanya jika mereka mulai dengan lebih banyak lagi, yang dapat menjelaskan mengapa orang sangat rentan terhadap “sunk cost fallacy”. Jika kamu menolak menjual saham yang nilainya menurun, atau membuang sebuah proyek yang belum berhasil, kamu mungkin mirip monyet.

“Sekadar mempelajari bias pemikiran ini (sayangnya) tidak cukup untuk menghilangkannya dari cara kita mengambil keputusan ekonomi,” kata penulis Laurie Santos memperingatkan. “Untuk menghindari bias ini kita membutuhkan lebih dari sekedar kesadaran diri—sebaliknya, kita perlu mengatur situasi dan kebijakan yang menggunakan bias tersebut untuk keuntungan finansial kita.”

Dengan kata lain, kamu membutuhkan rencana keuangan sehingga kamu tidak akan terjebak dan membuat keputusan finansial yang buruk dengan cepat. Meskipun hewan-hewan imut mengajari kita beberapa pelajaran tentang menabung di masa paceklik dan tidak membuang uang untuk barang mahal, pada akhirnya kita semua sama-sama binatang di planet ini yang berjuang untuk bertahan hidup.