Pemain klub Premier League Manchester City Rasis
Foto pemain Manchester City oleh EPA/LUONG THAI LINH 
Rasisme di Olahraga

Taktik Mayoritas Pelatih Premier League Agak Rasis Soal Penempatan Pemain Kulit Hitam

Susunan pemain klub-klub papan atas Inggris membuktikan pesepakbola kulit hitam sengaja tidak dimasukkan dalam posisi tertentu dalam formasi mingguan.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.

Dalam buku The Secret Footballer (TSF), ada klaim bahwa etnisitas masih memengaruhi mayoritas manajer Liga Primer (Premier League) Inggris dalam menentukan peran pesepakbola kulit hitam dalam formasi pertandingan.

"Manajer tidak percaya pada kemampuan pemain kulit hitam untuk mengambil peran tertentu,” tulisnya. "Posisi gelandang, yang merupakan bagian terpenting dalam pertandingan, hampir tidak pernah diberikan kepada mereka."

Iklan

Buktinya bisa dilihat dari susunan pemain Liga Utama Inggris selama tiga tahun terakhir. Jika kita memilih satu gelandang dari masing-masing tim, yang tersisa selain 17 pemain Eropa kulit putih (lihat daftar dan bagan di bawah artikel) hanyalah Mesut Ozil yang keturunan Turki, dan dua pesepakbola kulit hitam (Alex Song dan Yaya Toure).

Mereka berdua masuk susunan pemain karena fisik dan kemampuan mengendalikan permainan. Berhubung 35 persen pemain kulit hitam masih pemula, kamu mungkin mengira mereka mewakili lebih dari 10 persen gelandang.

Lalu, apa yang membuat manajer tidak dapat memercayai pesepakbola kulit hitam? Menurut TSF, "Mengendalikan pertandingan butuh konsentrasi penuh. Tak ada bukti pemain kulit hitam tidak bisa melakukan ini, tetapi mereka hampir tidak memiliki kesempatan untuk diakui kemampuannya."

Pemain gelandang tengah berkulit hitam juga tidak lepas dari prasangka ini. Sebagaimana dijelaskan TSF, ada manajer yang mengatakan mereka takkan memasangkan dua gelandang tengah kulit hitam karena memiliki ‘tunnel vision’. Menurutnya, ‘tim membutuhkan pemain kulit putih buat jaga-jaga saat yang lain kehilangan fokus’. TSF menambahkan sebagian besar manajer akan sepakat dengan ini jika berbicara jujur.

Dari susunan pemain tadi, kita bisa melihat hanya dua klub yang memasangkan dua bek tengah kulit hitam di saat 31 persen dari atlet kulit hitam mendapat peran tersebut. Pada 2016 lalu, Liverpool memberikan peran tersebut pada atlet kulit hitam karena pilihan pertama mereka, Martin Skrtel, cedera. Akhirnya Kolo Toure menggantikan posisinya. Cuma Aston Villa yang memasangkan dua bek tengah kulit hitam dari awal. (Faktanya, Villa menurunkan empat bek kulit hitam saat melawan West Brom.)

Iklan

Walaupun TSF tidak menyinggung ini, posisi penting lain seperti kiper hampir tidak pernah diisi pesepakbola kulit hitam. Dari 20 kiper pada susunan pemain Liga Utama, 18 pemain kulit putih, satu atlet keturunan campuran Amerika Tim Howard, dan sisanya adalah Heurelho Gomes yang keturunan campuran Brasil.

Di sisi lain, TSF mengatakan manajer menganggap pesepakbola kulit hitam sangat tangkas, kuat dan atletis sehingga mereka ideal bermain di sayap. Susunan pemain pada Liga Utama Inggris 2016 membuktikan teori TSF benar adanya. Setengah dari pemain sayap berkulit hitam.

Masalah ini tidak hanya terjadi di dunia sepakbola. Stereotip rasial dapat dilihat dalam cabang olahraga lain dan kalangan masyarakat. Penelitian tentang Rugby League menunjukkan pemain kulit hitam ditaruh di posisi sayap karena alasan ketangkasan mereka, atau posisi belakang dan baris kedua karena alasan kekuatan. Posisi kreatif atau yang tugasnya mengendalikan tempo seringkali diberikan pada pesepakbola kulit putih.

Boleh dibilang, prasangka ini tidak begitu membahayakan. Pemain kulit hitam didiskriminasi sebagai playmaker, tapi karena mendukung posisi sayap. Namun, hal ini jelas takkan menyenangkan hati para playmaker kulit hitam berikutnya. Risikonya mereka disuruh menjadi winger, posisi yang mungkin tidak cocok untuk mereka, tetapi akan lebih mudah dijual kepada manajer Liga Utama. Jika ini masalahnya, bukan pemain bersangkutan saja yang menjadi pecundang, tetapi sepakbola Inggris secara keseluruhan.

*Catatan: Pesepakbola yang dipilih sebagai playmaker adalah Hoolahan, Henderson, Cabaye, Eriksen, Drinkwater, Affelay, Herrera, Cattermole, Watson, Shelvey, Fletcher, Westwood, Barry, Sigurðsson, Fabregas, Clasie, Arter, Ozil, Song, dan Yaya Toure.