FYI.

This story is over 5 years old.

Sosok

Pencuri Legendaris Italia Membangun Karir Setelah Merampok Pangeran Charles

Renato Rinino dikenal sebagai Robin Hood-nya Italia. Seorang pencuri yang baik hati.
Niccolò Carradori
Florence, IT
Rinino berdiri paling kiri. Semua foto oleh Valerio Burli

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di VICE Italy

Pada suatu hari di awal era 1990an, Renato Rinino, pencuri Italia kelas kakap, terlambat tiba di pemakaman ayahnya dan dikawal tak kurang dari dua puluh petugas kepolisian. Kala itu, Rinino tengah menjalani hukuman penjara atas pidana pencurian, dan baru saja pulih dari kecanduan heroin. Rinino sangat kepengin melepas kepergian sang ayah tanpa cengkraman borgol, tapi dia tidak memperoleh izin dari kepolisian. Jadilah dia menghadiri pemakaman ayahnya dengan kedua tangannya terikat. Menceritakan pengalaman tersebut dalam sebuah wawancara, Rinino mengaku "berjanji di hadapan makan ayah saya, untuk berhenti menggunakan narkotika dan tidak berhenti mencuri. Saya menepati kedua janji itu."

Iklan

Pada tahun 2015 Valerio Burli merilis film dokumenter bertajuk Lupen — Romanzo di un Ladro Reale ("Lupin — Kisah Pencuri Bangsawan"), yang merekonstruksi kisah hidup Rinino menggunakan cuplikan-cuplikan di berbagai media dan testimoni sahabat serta keluarganya. Rinino dianggap anak ajaib dalam urusan curi-mencuri, sehingga ketika tumbuh dewasa dia dijuluki Robin Hood—seorang kriminal berhati emas.

Reputasi Rinino baru dikenal di level manca negara di tahun 1994, saat dia tidak sengaja mencuri harta milik Pangeran Chalers. Kala itu, dia memilih menggunakan nama "Lupin dari Ligurian Riviera" (mengikuti karakter "pencuri gentleman" Arsene Lupin) saat tampil di program televisi Italia. Sungguh disayangkan kisah Rino pudar dan menguap setelah kematiannya pada 2003.

Sayangnya, trailer dokumenter Lupen hanya tersedia dalam bahasa Italia. Belum ada kesepakatan distribusi untuk dokumenter ini.

Valerio Burli adalah lulusan sekolah film yang tidak sengaja menjumpai kisah Rinino ketika sedang menyelesaikan studinya di Centro Sperimentale di Cinematografia, di Aquila. Dia sedang mencari subjek untuk dokumenternya, sebuah syarat kelulusan, lalu menemukan laman Wikipedia Rinino saat iseng berselancar di Internet. "Saat membaca laman Wiki dia, saya merasa ada banyak yang belum diceritakan soal Rinino. Sampai-sampai dia jadi terkesan fiktif, semacam hoax," cerita Valerio Burli pada saya. "Tak lama setelah saya mengajukan proyek dokumenter itu kepada para pembimbing, saya langsung mengunjungi kampung halamannya di Savona." Di Savona Burli menyadari bahwa kenangan tentang Rinino masih begitu kuat bagi orang-orang yang mengenalnya.

Iklan

Rinino lahir pada tahun 1962, dan sejak usia dini menunjukkan bakat mencuri. Berdasarkan film dokumenter Burli, barang curian pertama Rinino adalah mainan trompet milik salah satu kawannya di kelas. Namun kebiasaannya itu tak tahu waktu. "Ketika masih balita, dia mencuri kudapan dan mainan kawan-kawannya di kelas," kata saudara perempuannya dalam dokumenter. "Saat jam istirahat, engga ada yang bisa makan karena semuanya dia curi dan timbun di dalam tasnya." Ketika dia sedikit lebih besar, keluarganya mengirim Rinino ke kemah musim panas. Bukannya bergaul, di sana dia malah mengambil uang saku teman-teman di asramanya. Dia menggunakan uang itu untuk membayar perjalanan pulang lebih awal.

Renato Rinino, baris ketiga, pojok kiri, sewaktu menghabiskan waktu di perkemahan musim panas.

Ketika dia berusia sebelas tahun, pusat layanan sosial mengirim dia ke Garaventa karena sejumlah pelanggaran. Garaventa adalah kapal yang berfungsi sebagai pusat rehabilitasi moral remaja, letaknya di teluk Genoa. Di situ banyak anak nakal dibina dan dipersiapkan untuk berkarir di kelautan—hitung-hitung agar mereka jadi 'lurus' sedikit, lah. Di sana Rinino bertemu dengan kaumnya dan, bukannya tobat, dia malah berguru pada kriminal-kriminal yang lebih kondang. Di situ dia mengasah bakat dan keterampilannya mencuri.

Setelah meninggalkan Garaventa dia mulai membobol unit-unit apartemen, yang menyebabkan dia harus keluar masuk penjara. Di dokumenter Burli, saudara perempuannya mengaku pernah mendatangi ruang temu semua penjara setempat, karena ulah Rinino. Berulang kali Rinino mencoba berhenti mencuri dan berulang kali pula dia gagal—terlebih ketika dia gagal dia gagal mendapatkan pekerjaan resmi.

Iklan

Media lokal mulai menjulukinya Pencuri Gentleman—seseorang dengan kecerdasan, pesona, dan sikap terpuji, yang tidak pernah menggunakan kekerasan saat mencuri. Salah satu alasan Rinino sangat disenangi adalah, dia pencuri yang punya prinsip: dia menolak mencuri harta milik orang tak berpunya. Suatu waktu di tahun 1989 dia menyadari lewat laporan di koran lokal, bahwa dia telah mencuri harta seorang nenek miskin. Buru-buru dia mengembalikan hasil curiannya dan bahkan memberikan uang tambahan sebagai bentuk permohonan maaf.

"Ada sebuah adegan dalam dokumenter—tapi bagian ini telah dipotong—di mana saya menanyakan pendapat seorang petugas kepolisian tentang Rinino. Dia membicarakan Rinino dengan penuh kepedulian," kata Burli pada saya. Tapi semenjak Rinino kecanduan heroin, tindak kriminalnya jadi dipicu oleh rasa putus asa. Pada umur 32, dia telah menghabiskan akumulasi 16 tahun hidupnya di dalam penjara.

Perkakas Renato Rinino. Cuplikan dokumenter.

Tahun itu, 1994 tepatnya, dia melakukan pencurian yang membuatnya terkenal seantero dunia. Rinino baru saja pindah ke London sebagai awalan baru, tapi bagaimanapun kebiasaan buruk sulit dihilangkan. Suatu hari saat berjalan kaki melewati Istana St. James, dia menyadari ada perancah nganggur di salah satu temboknya. Karena dia tidak tahu Istana St. Palace itu tempat apa atau, lebih tepatnya, tempatnya siapa, dia asal saja memanjati perancah itu, membuka paksa sebuah jendela, dan masuk ke dalam. Ternyata, itu adalah kediaman privat Pangeran Charles. Dia lalu mencuri perhiasan yang ada—mulai dari manset, jam tangan, kotak-kotak dari perak, hingga beberapa dokumen. Setelah puas dia keluar begitu saja, tanpa ketahuan oleh penjaga.

Iklan

Rinino benar-benar tidak ngeh siapa korbannya saat itu, hingga dia membaca laporan pencurian di koran esokan harinya. Seorang penadah, kepadanya Rinino mencoba menjual hasil curian itu, memberitahu polisi bahwa pencurinya boleh jadi orang Italia. Tetapi Rinino adalah tupai yang mahir melompat. Dia berhasil kabur keluar Inggris dan kembali ke kampung halamannya. Kasus tersebut tak kunjung selesai sampai tiga tahun setelah itu.

Setelah tiga tahun telah berlalu, kasus tersebut mencapai masa kadaluarsa. Nah, karena dia sadar media dapat mendongkrak reputasinya, dia lalu menyerahkan diri ke polisi pada 1997—tentu saja saat dia sudah tak bisa diadili lagi. Dia mengumumkan pada media Italia bahwa dia akan dengan senang hati mengembalikan harta benda Pangeran Charles, dengan syarat dia diperbolehkan menemui Pangeran Charles secara langsung.

Awalnya, media Italia mengabaikan Rinino. Namun, akhirnya mereka memberikan sorotan ketika dia menyewa seorang pengacara, yang mengaku pernah meihat langsung harta benda Pangeran Charles yang dicuri Rinino. Rinino mulai memanfaatkan perhatian publik dengan menyewa kamera-kamera untuk merekam hari-harinya menuju pertemuan dengan Pangeran Charles.

Kontroversi itu terjadi di era 90an, ketika Italia sedang getol-getolnya membuat realita TV. Rinino memanfaatkan 15 menit ketenarannya, dan media Itali sangat bersemangat turut membuat dia semakin terkenal. Program televisi terus menyewa Rinino untuk tampil sebagai tamu ataupun pembawa acara. Salah satu program televisi bahkan mengirim dia ke London untuk menyaksikan parade keluarga kerajaan. Tapi sampai kematiannya, Rinino tidak diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Pangeran Charles. Meski begitu, dia tetap mengembalikan harta benda sang pangeran.

Iklan

Renato Rinino pada sebuah wawancara di televisi. Cuplikan dari dokumenter.

Dokumenter Burli menunjukkan bahwa media Italia tidak sekadar menrunutkan upaya Rinono untuk menemui anggota kerajaan Inggris. Dokumenter itu juga memotret—dari cuplikan-cuplikan di Televisi—bagaimana dia mencoba membangun kembali hidupnya, dan mempertanyakan akankah dia selalu tergoda untuk mencuri. Dari situ kita juga mengetahui bahwa sejumlah proposal telah diajukan pada Rinino untuk mengadaptasi kisah hidupnya menjadi film biopik.

Tetapi Biopik itu tidak pernah terwujud. Kepala Rinino ditembak oleh salah seorang tetangganya. Dia meninggal dunia pada tanggal 12 Oktober 2003, di usia 41 tahun.

"Media selalu menggambarkan Rinino sebagai sosok yang misterius, jadi ketika dia meninggal muncul banyak teori konspirasi tentang penyebab kematiannya. Salah satu teorinya adalah, orang yang menekan pelatuknya adalah mantan staf Istana St. James, yang dipecat karena insiden pencurian Rinino. Si staf ini membunuh Rinino karena dendam," kata Burli. "Tapi nyatanya, yang membunuh Rinino ya memang tetangganya—karena alasan jengkel. Rinino punya kepribadian mencolok, kadang dia memang bikin orang jengkel."

Tak lama setelah kematiannya, ketertarikan publik berpindah.

Sebagian besar kisah Rinino sebetulnya klise: pencuri kelas kakap yang menawan. Dokumenter Burli menunjukkan begitulah Rinino ingin dikenal, dan bahwa media Italia telah berupaya keras membangun narasi agar dia pencuri Italia paling terkenal sepanjang masa. Tetapi, bukan itu yang ingin dia sampaikan melalui filmnya. "Pada bagian akhir dokumenter, saya mencoba menunjukkan sisi manusiawi Rinino. Saya memahami diri Rinino sebenarnya melalui cerita-cerita sahabatnya."