FYI.

This story is over 5 years old.

Fashion

Mengapa Dunia Fashion Sangat Terobsesi Dengan Kultur Peretas?

Sejak pertengahan 90-an, desainer fashion sangat tertarik dengan fantasi kultur cyber goth bawah tahan. Tapi bukankah para peretas hanya mengenakan celana kargo dan sendal hotel?

Artikel ini pertama kali muncul di i-D.

Sejak pertengahan 90an, desainer fashion sangat tertarik dengan fantasi kultur cyber goth bawah tanah. Tapi bukankah para peretas hanya mengenakan celana cargo dan sendal hotel?

Fashion dan peretasan mempunyai hubungan yang rumit. Bukti A: grup peretas Anonymous menyatakan perang dengan Louis Vitton. Bukti B: "Condé Nast Hacker," seorang fashion blogger super rajin mengunduh dan menerbitkan 1.100 foto-foto yang belum pernah dirilis dari arsip Condé di tahun 2009. Dan bukti C (#neverforget): seorang jagoan coding mengisi homepage Vogue UK dengan gambar velociraptor yang mengenakan koleksi topi Marc Jacobs.

Apabila kaum peretas suka mengolok-olok kecenderungan industri fashion untuk merahasiakan sesuatu dan terlalu serius, dunia fashion malah asyik menggali inspirasi dari kultur peretas tahun ketahun. Fantasi tentang kaum anarkis misterius bawah tanah tanpa nama, ruangan gelap yang berisikan layar monitor menyala, skema anti-kemapanan, dan gerombolan nerds pemberontak yang mengenakan hoodie ternyata sangat menarik bagi para desainer, terutama yang berbau-bau gothic—contoh: Alexander Wang, Rick Owens, dan Riccardo Tisci di Givenchy.

Iklan

Sejak perilisan film kultus cyber punk klasik Hackers di tahun 1995, fashion telah membuat hacker versi glamor mereka sendiri. Hacker ini mengenakan jaket kulit yang kegedean, jas hujan yang tertiup angin dan sepatu boot besar. Lalu, dari manakah datangnya ide tokoh ini? Yang pasti bukan dari laboratorium MIT, dan bukan ruang konferensi Defcon, event tahunan perkumpulan peretas terbesar di dunia.

Sebuah survey dari event fotografi DefCon membeberkan dua cara berpakaian ala peretas. Yang pertama, jenis berpakaian yang tidak membutuhkan banyak pemikiran sama sekali. Ketika anda sedang meretas Back End situs NSA atau asik memburu foto-foto telanjang selebriti, siapa juga yang punya waktu untuk berdandan? Pengadopsi gaya ini biasanya mengenakan celana pendek cargo dan kaos Fruit of the Loom yang menampilkan logo perusahaan software atau logo DefCon dari tahun-tahun sebelumnya. Mereka juga pencinta sepatu boot hiking atau sendal adidas. Tipe yang kedua juga bukan kelompok fashionista yang trendi, namun mereka memilih pendekatan yang berbeda—terinspirasi dari gaya steampunk. Aksesoris populer dengan gaya ini mencakup rambut mohawk, rok berlipat-lipat, dan topi tinggi yang aneh.

"Konsepnya, jika anda menjadi seorang peretas, anda akan bekerja sendiri, bebas dari segala ideologi dan melakukan apa saja semau anda," kata seorang coder dari Google kepada Forbes dalam acara DefCon yang baru-baru ini berlangsung. Semangat individualisme pengembara macam inilah yang diklaim menginspirasi para desainer. Carol Lim dan Humberto Leon memberi penghormatan terhadap turtleneck dan sneaker yang dikenakan Steve Jobs, idola para peretas di kehidupan nyata, melalui koleksi pakaian dalam pria pertama Kenzo. Biarpun begitu, dalam sejarahnya, para desainer lebih kerap menggali inspirasi dari dandanan peretas-peretas fiktif dalam film hollywood.

Iklan

Hanya empat bulan setelah film The Matrix dirilis di bioskop Amerika Serikat di bulan Maret 1999, John Galliano menampilkan koleksi Haute Couture Dior miliknya yang diakui "sangat terinspirasi" oleh film tersebut. Para model mengenakan mantel vinyl hitam konseptual, ikat pinggang tempat penyimpan pistol, topi baret, dan riasan mata kelabu yang mengingatkan pada Trinity, dewi peretas dalam semesta matrix.

Hawa-hawa Trinity juga tercium di koleksi musim semi/musim panas 2012 Givenchy milik Riccardo Tisci yang berisikan jahitan kulit hitam pekat dan jas hujan. Dan, guna mengikuti obsesi fashion dengan semua yang berasal dari 90an, kacamata oval hitam pekat kini bisa gampang anda temukan di jalan-jalan Chinatown, New York dan di akun-akun instagram seniman internet di Bushwick.

Sebuah referensi harfiah terhadap sebuah film scifi klasik juga dilakukan oleh desainer Kanada berumur 21 tahun, Adrian Wu. Dia menghiasi gaun menggelembung dari koleksi musim gugur/musim dingin 2012 dengan topeng Guy Fawkes di Toronto Fashion Week. "Pesan dari Adrian Wu Mengagetkan Para Penonton," tulis Toronto Star. Topeng ini merupakan referensi terhadap film 'V for Vendetta' dan Anonymous yang membandingkan politik Amerika Utara dengan Politik Eropa dan bagaimana hal ini mempengaruhi Hak Asasi Manusia," kata Wu dalam pernyataan press.

Namun film peretas favorit dunia fashion sudah pasti Hackers. Seperti banyak "film fashion" lainnya yang ironisnya disukai orang (pilihan lainnya: Eyes of Laura Mars, the Hunger, dan semua film yang menampilkan cameo David Bowie), film ini hanya berfokus pada unsur estetiknya. Kalau anda ingin penggambaran nyata bagaimana seseorang meretas sebuah komputer canggih, jangan tonton film ini. Namun, kalau anda ingin menonton dua orang remaja yang sangat keren dan cantik (Angelina Jolie dan Jonny Lee Miller) tampak keren dan memikat di Cyberdelia, sebuah klub malam peretas keren yang dipenuhi kaum goth bersepatu roda, inilah untuk anda.

Angelina Jolie, khususnya, yang memerankan Kate Libby, seorang bocah peretas jenius, terus menginspirasi para desainer. Penampilannya di film ini, hasil jerih payah desainer kostum ikonik Roger Burton (karyanya yang lain adalah Quadrophenia), telah meninggalkan jejak di koleksi perusahaan besar Vetements dari Perancis. Kepala Desainer Demna Gvasalia merancang sebuah jaket kulit moto warna-warni berukuran besar yang mengingatkan kita akan jaket Kate di film tersebut. Kaos atletik spandeks leher tinggi merk Quicksilver yang dikenakan Kate juga sesuai dengan Vetement dan hobi Quicksilver mengadopsi logo-logo yang tidak umum.

Koleksi musim gugur/musim dingin 2015 Vetement. Foto oleh Harley Weir.

Di Louis Vitton, kreasi kulit futuristik dan sepatu sol tebal milik Nicolas Ghesquière mengingatkan kita akan nuansa techno goth dari film Cyberdelia. Dia bahkan memulai acara peluncuran koleksi musim semi/musim panas 2016 miliknya dengan video-video yang menampilkan Oculus Rift dan teknologi NASA. Gina mempromosikan koleksinya, Ghesquière berkolaborasi dengan coder dan desainer video game Tetsuya Nomura untuk membuat kampanye iklan yang menampilkan karakter wanita idaman para pencinta video game, Lightning dari Final Fantasy.

Seperti banyak desainer-desainer besar kontemporer lainnya, Ghesquière tertarik tidak hanya dengan estetik dari kultur komputer, tapi juga dari kemungkinan-kemungkinan yang teknologi bisa tawarkan untuk masa depan dunia fashion. "Maison selalu mendobrak batas antara kenyataan dan mimpi. Nyata, virtual, penjelmaan, metaforis," tulis pernyataan pers untuk kampanye Lightning. Lebih jauh lagi, dalam masa depan (atau bahkan di masa kini) yang penuh dengan gaun menyala, jam yang bisa berbicara, dan semua yang berbau 3-D, para peretas—tukang bikin onar yang kelam dan tidak peduli dengan apapun—merupakan inspirasi fashion nomor satu.