Ibu Kota Nasi Goreng di Cina
Semua foto oleh Clarissa Wei.

FYI.

This story is over 5 years old.

Kuliner

Ibu Kota Nasi Goreng di Cina

Kota Yangzhou punya resep nasi goreng terenak se-Tiongkok: butiran nasi berlumur mentega, telur orak-arik, daging asap, kacang polong, dan udang. Kami menjelajahi Yangzhou seharian melacak resep legendaris itu.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES Januari 2016.

Nasi goreng ala Yangzhou (扬州炒饭) adalah menu standar, tersedia di setiap restoran Cina di seluruh dunia—dengan segala variasi namanya. Nasgor Yangzhou terlihat seperti nasgor manapun: butiran-butiran nasi berlumur mentega, telur orak arik, irisan daging asap, kacang polong, dan udang.

Menurut legenda lokal, nasi goreng Yangzhou dulunya menu favorit Kaisar Yang dari Dinasti Sui. Ketika dia mengunjungi Yangzhou, menurut laporan pujangga istana, dialah yang memperkenalkan menu ini ke orang-orang kota itu. Arsip lain mengklaim bahwa nasi goreng sebenarnya berasal dari wilayah yang penduduknya berbahasa Kanton, Guangzhou, dan muncul di masa Dinasti Qing. Teori yang kedua lebih masuk akal sih, karena mayoritas restoran Cina di AS berasal dari Kanton. Meski demikian, sejarah menu favorit sejuta umat ini masih belum jelas.

Iklan

Nasgor saus manis. Semua foto oleh penulis.

Karena penasaran pada sejarah masakan ini, saya mengunjungi Yangzhou demi menelusuri asal muasal nasi goreng. Yangzhou terletak di wilayah tengah Provinsi Jiangsu. Daerah ini merupakan wilayah sejahtera; sejak dulu menjadi pusat perdagangan garam, beras, dan sutra sampai abad ke-19. Kini, daerah ini dikenal warga lokal berkat taman-tamannya. Dari sisi kuliner, kota ini pun mendunia berkat resep nasi gorengnya. Semua restoran Cina dengan bangga memampangkan menu nasi goreng ini.

Pusat Kota Yangzhou.

Pada Oktober 2015, pemkot Yangzhou berupaya memecahkan Guinnes World Record atas nasi goreng terbanyak yang pernah dibuat. Mereka memasak 4,6 ton nasi goreng, namun kemudian penghargaan tadi dicabut ketika para juri mengetahui bahwa sebagian besar nasi goreng itu dibuang. Nasi goreng itu dibiarkan saja berjam-jam di udara terbuka dan dianggap tidak higienis untuk dikonsumsi—akhir yang menyedihkan bagi 300 juru masak lokal terlibat dalam upaya pemecahan rekor itu.

"Nasi goreng ini punya resep terstandarisasi," ujar Mike Huang, juru masak asal Shanghai, yang saya wawancarai beberapa minggu sebelum kunjungan ke Yangzhou. "Di samping telur dan nasi, ada delapan komponen utama." Pada 2002, Asosiasi Restoran Yangzhou merilis rubrik membahas trik memasak nasi goreng agar selalu enak. Bahan wajibnya adalah timun laut, ayam, daging asap, kerang kipas, jamur, rebung, dan kacang polong. "Warna nasi goreng semestinya merah, hijau, kuning, dan putih," ujarnya.

Iklan

Deretan restoran di Yangzhou menyediakan nasgor.

Saya mengawali penelusuran ini dengan sebuah restoran bernama Yangzhou Friend Rice. Ini satu-satunya restoran yang bernama seperti itu di kota ini, dan ya menurut logika saya, sepertinya saya mesti memulai dari sana. Saat pesanan saya keluar, di hadapan saya muncul sepiring nasi ditemani kacang, tahu tipis, dan jamur.

"Lah, kok gini?" kata kawan saya nyeletuk, memandangi tahu di piringnya. Kami memanggil juru masaknya, yang sedari tadi terlihat geli menyaksikan kebingungan kami.

nasgor vegetarian.

"Maaf Pak, ini telurnya mana ya?" tanya kami. "Iya, sama udang dan daging asapnya mana?" "Ini restoran vegetarian, Mbak," ujar juru masaknya, cekikikan. Saya melihat sekeliling, ada poster-poster veganisme di tembok restoran. Haduh, kenapa kami engga nyadar dari tadi.

Jalan Dong Quan Men yang legendaris di Yangzhou.

Selanjutnya kami menemukan gang bersejarah Don Quan Men Street (东圈门) dan berhenti di depan restoran pertama yang kami lihat di situ. Kami memeriksa apakah ada tanda-tanda restoran ini restoran vegetarian. Setelah yakin ada mereka menyediakan daging, kami masuk dan memesan sepiring nasi goreng. "Nasi goreng di sini, sesuai standar?" tanya saya,

"Nasi goreng terstandarisasi enggak seenak itu," ujar Mei Chen, pemilik restoran. "Tapi kami memang menggunakan sebagian besar bahan-bahan standar."

Nasgor di Jalan Dong Quan Men.

Ketika pesanan kami datang, di piring itu ada jagung kalengan, timun, telur, dan daging asap. Ini mengingatkan saya pada warung-warung masakan Cina di berbagai negara lainnya. Saya mencoba beberapa variasi nasi goreng sepanjang hari. Ada beberapa nasi goreng yang mengandung saus manus; nasi goreng lainnya kelihatan seperti diaduk asal-asalan dengan sayuran kaleng. Saya belum menemukan nasi goreng berbahan lengkap. Yang paling lengkap sejauh ini tersedia di restoran populer bernama Shi Zi Lou (狮子楼). Tak hanya paling lengkap, nasi goreng di sana juga yang paling mahal selama kunjungan saya, hampir 10 USD per piringnya (sekitar Rp140.000).

"Nasi goreng kami terdiri dari delapan komponen—pas," ujar seorang pramusaji. Kami kegirangan. Seharian kami telah berkeliling dan belum menemukan nasi goreng berbahan lengkap. Ketika pesanan kami keluar, di piring ada ikan suir, telur, daun bawang, udang, dan timun laut. Ya, lumayan lah. Hampir. Rasanya sih enak, namun sebagai purist saya kecewa. Masa tidak ada daging asap ataupun rebung?

Nasgor mewah di Restoran Shi Zi Lou.

Kami kehabisan waktu dan saya memanggil taksi untuk mencapai stasiun kereta. Saya merasa kalah. Meski satu kota ini dipenuhi piring-piring nasi goreng Yangzhou, hanya beberapa restoran yang bela-belain masak nasi goreng sesuai dengan rubrik resminya. Nasi goreng Yangzhou di kota Yangzhou adalah citra yang bisa diinterpretasikan secara luas. Intinya sih, tak lebih dari taktik pemasaran saja. Saya teringat kembali kepada pembicaraan beberapa hari sebelumnya, dalam kereta menuju Yangzhou dari Nanjing. Saya bertemu perempuan bernama Helen Ma—dia adalah mahasiswa lokal yang pulang untuk merayakan Imlek. "Kami mau ke Yangzhou. Saya dengar kota ini terkenal karena nasi gorengnya," ujar saya kepadanya. "Nasi gorengnya spesial banget ya?" Dia tersenyum, lalu nyeletuk. "Sejujurnya, itu cuma nasi goreng telur biasa."

Clarissa Wei berkelana keliling Cina. Dia mencoba semua masakan khas Tiongkok selama perjalanan. Ikuti petualangannya di Facebook.