Merekam aksi bermain skateboard seakan telah menjadi ritual penting bagi yang melakoni dunia ini. Tujuannya tentu untuk memamerkan trik yang sudah kamu kuasai. Selama tidak ada yang bisa dijadikan bukti, orang-orang mungkin akan mencap kamu omdo, alias cuma bisa ngomong doang.
Popularitas skateboard bisa terus bertahan berkat video-video tersebut, yang mana sudah ada sejak 1965. Berjudul Skaterdater, film pendek tanpa dialog ini mengikuti keseharian anggota Imperial Skate Board Club yang berusaha menggaet cewek-cewek California dengan kehebatan mereka. Filmnya menyabet gelar film terbaik Palme d’Or di Festival Film Cannes 1966, dan menjadi topik makalah hingga menciptakan fandom olahraga ekstrem.
Videos by VICE
Hollywood memanfaatkan ketenaran olahraga ini di kalangan anak muda, dan menampilkan adegan main skate dalam film-film cult macam Back to the Future dan Gleaming the Cube. Namun, di masa-masa ini, permainan skate masih berkaitan erat dengan papan seluncur di kolam renang dan permukaan landai. Kancah skateboard yang terinspirasi olahraga selancar di California era 1970-an diabadikan dalam Dogtown and Z-Boys, film dokumenter tahun 2001 garapan skater supremo Stacy Peralta.
Olahraga ini mulai bertransformasi menjadi street skating pada pertengahan 1980-an. Rodney Mullen dan Mark Gonzales merupakan dua pemain skateboard paling terkemuka di masa itu. Berbeda dari film-film profesional, video mereka terasa lebih raw.
Pemain skateboard profesional Tony Mag dan Mike Ternasky mendirikan tim H-Street di San Diego pada 1986. Dua tahun kemudian, mereka merilis film berdurasi sejam, Shackle Me Not, yang notabene menandakan kelahiran video skate modern. Efek film jadul yang diiringi lagu punk menjadi pakem format video skate berikutnya.
Kemudian ada Video Days, video legendaris yang dirilis merek skateboard Blind pada 1991. Disutradarai Spike Jonze dan dibintangi pemain berbakat macam Jason Lee, Video Days merupakan tontonan dinamis yang penuh aksi dan super berani. Video-video macam Questionable, Mouse dan Welcome to Hell juga populer di kalangan generasi 90-an.
Camcorder Sony VX1000 paling berjasa mendongkrak popularitas video main skateboard. Ini perangkat pertama yang menggunakan kaset MiniDV, yang jauh lebih kecil dari kaset sebelumnya. Kamera video ini relatif lebih murah dan mudah dibawa ke mana-mana. Penggunaan yang tidak ribet juga menjadikannya benda penting selain papan seluncur, serta menetapkan tren estetika video skate. Efek kamera fisheye merupakan ciri khas video skate 1990-an hingga 2000-an. Tak sedikit yang masih merilis rekaman semacam ini sekarang.
Internet semakin memudahkan para skater menyelami sejarah hobi mereka. Contohnya melalui layanan berbagi file macam Limewire. Kemudahan mengakses video-video tersebut memantik rasa penasaran orang awam seperti diriku dan teman-teman terhadap budaya skate.
Kemunculan YouTube di paruh kedua awal 2000-an mengakhiri kejayaan film DVD, yang telah menggantikan kaset VHS. Sebelumnya, majalah skate macam Thrasher dan Transworld memaketkan edisi terbaru dengan DVD untuk meningkatkan penjualan. Sejak lahirnya YouTube, tim redaksi harus memutar otak agar tetap relevan di zaman yang membagikan konten secara cuma-cuma.
Thrasher resmi memasuki ranah digital pada 2006, dan mengumpulkan hampir tiga juta subscriber seiring berjalannya waktu. Kala itu, majalah hendak merayakan edisi ke-500, sebagai bukti kerja keras mereka dan para penggemarnya untuk melestarikan budaya ini.
Sementara YouTube memperpendek rentang perhatian skater, Instagram benar-benar menghabisinya. Video yang dulunya berdurasi belasan hingga puluhan menit, kini dipersingkat menjadi beberapa menit saja.
Durasinya semakin pendek gara-gara TikTok. Akan tetapi, platform yang diluncurkan pada 2016 ini sukses memperluas kancah skateboard dan komunitasnya. Sekarang banyak perempuan dan orang queer yang tertarik bermain skateboard.
Kebangkitan media sosial memberi peluang bagi para skater untuk mempromosikan diri. Menarik perhatian tim skater profesional jauh lebih mudah sekarang. Kamu cukup mengunggah video dan semua orang bisa menemukannya dalam hitungan menit. Para skater kini bebas memilih bagaimana mereka ingin mempertunjukkan keahliannya. Pemain skateboard zaman sekarang juga lebih kreatif dalam membuat video. Mereka sadar merek-merek besar mementingkan jumlah tayangan, pengikut dan subscriber.
Walaupun begitu, format klasik belum sepenuhnya ditinggalkan. Video-video keluaran 2010 ke atas mulai berdurasi panjang lagi. Merek-merek, seperti Palace dan Bronze 56K, memperpanjang durasi video rilisannya, menghidupkan kembali sensasi menonton sambil bersantai di sore hari.
William Strobeck tampaknya pantas menyandang predikat sutradara film skate modern terbaik. Sinematografer Amerika itu terkenal berkat kolaborasinya bersama Supreme. Film Cherry menandai kembalinya format video panjang, begitu juga dengan video Blessed yang dirilis pada 2018. Kedua film tersebut menandai generasi baru skater yang tak menyadari kalau mereka membutuhkan video main skateboard berdurasi panjang untuk mengubah hidup mereka.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Belgia.