Salah satu adegan di Jurassic Park menampilkan Laura Dern yang menjejalkan tangannya ke dalam kotoran dinosaurus untuk mencari tahu kebiasaan makan Triceratops yang sedang sakit. Para ahli paleontologi pasti pernah mengalami hal ini, terutama jika mereka fokus mempelajari coprolite atau kotoran hewan yang telah menjadi fosil.
Kita bisa belajar banyak tentang anatomi dan perilaku hewan yang sudah punah dari kerangka dan jejak kakinya. Namun, kita perlu meneliti kotorannya apabila ingin memahami pola makannya.
Videos by VICE
Martin Qvarnström, mahasiswa PhD jurusan biologi evolusioner di Uppsala University, memimpin penelitian pada 2017 yang menggunakan Fasilitas Radiasi Sinkrotron Eropa (ESRF) untuk mengamati kotoran predator Triassic yang hidup 230 juta tahun lalu di tempat yang sekarang menjadi Polandia. Sinkrotron adalah jenis akselerator partikel serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai eksperimen ilmiah, termasuk pemindaian spesimen fosil yang non-invasif.
Peneliti menyampaikan temuannya dalam pertemuan tahunan Society of Vertebrate Paleontology pada Agustus 2017 di Calgary, Alberta. Mereka menemukan sisa-sisa hewan yang menjadi mangsa spesies ini dalam coprolite.
Misalnya seperti gambar kerangka ikan menakjubkan ini yang hanya dicerna sebagian. Sisiknya diberi warna ungu, sedangkan siripnya berwarna hijau.
Menurut studi Nature yang dipimpin oleh Qvarnström, binatang yang membuang kotoran berisi spesimen ini kemungkinan berasal dari genus Ptychoceratodus, kelompok lungfish karnivora besar pada periode Trias yang buang air besar dalam bentuk spiral yang khas. Sementara itu, mangsa predatornya bisa saja berasal dari keluarga ikan redfieldiid.
Qvarnström dan rekannya juga mempelajari coprolite dari hewan darat pemakan serangga yang penuh dengan bagian tubuh kumbang yang sudah dicerna. Begini kira-kira gambar semi transparan dari fosil kotoran berisi bangkai serangga yang sudah diberi warna kuning.
Ukuran kotorannya mirip seperti feses coyote. Hal ini menunjukkan bahwa binatang pemangsanya berukuran sama dengan anjing liar di zaman sekarang. Qvarnström memberi tahu Motherboard lewat email bahwa timnya yakin kalau hewan tersebut adalah dinosaurus awal Silesaurus opolensis. Kelompok dinosaurus ini bermulut menyerupai paruh yang digunakan untuk mematuk serangga dari tanah.
Makhluk ini pasti sangat suka makan kumbang, dan keberhasilannya dalam memburu mangsa menentukan hidup dan matinya serangga-serangga ini 230 juta tahun kemudian.
Qvarnström dan rekannya beranggapan bahwa fosil kotoran memiliki banyak misteri yang belum terpecahkan mengenai ekosistem subur di masa lalu.
“Yang perlu kita lakukan selanjutnya yaitu menganalisis semua jenis coprolite dari fosil yang sama untuk mencari tahu siapa pemangsanya, dan memahami interaksi dalam ekosistem tersebut,” katanya lewat pernyataan tertulis. “Sejauh ini kita baru melihat puncak gunung esnya.”
Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard