Pada tengah bulan Oktober 1989, Kurt Cobain sedang berada di Eropa, memegang baskom plastik berisi muntahan. Itu adalah muntahan Tad Doyle, mantan jagal dengan berat badan sampai 136 kg, yang sedang menikmati setitik kesuksesan dengan band grungenya, Tad. Nirvana dan Tad tengah menjalani tur Heavier Than Heaven di Benua Biru. Dalam 42 hari, mereka harus manggung sebanyak 37 kali. Selama itu pula, Cobain mengikhlaskan diri mengurusi masalah pencernaan Tad. Dari pengalamannya ini, Cobain menulis lagu berjudul “Imodium” yang terinspirasi obat anti diare yang ditenggak Doyle. Di album kedua Nirvana, Nevermind, lagu tersebut berganti nama menjadi “Breed.”
Dua orang pendiri label legendaris Bruce Pavitt dan Jonathan Poneman bergabung dengan mereka di show mereka di Roma, sebulan kemudian. Mereka semua pindah satu venue ke venue lainnya selama delapan hari. Bruce menjepret ratusan foto selama delapan hari itu. Tur tersebut berakhir di LameFest UK, di Astoria Theatre (sekarang Rainbow Theatre) London. Pertunjukan hari itu diabadikan oleh Steve Double untuk majalah musik Inggris, Sounds. Entah karena alasan apa, foto-foto tersebut tak pernah diterbitkan hingga kini. Makanya, kami sangat bangga bisa memamerkan sebagian foto-foto tersebut, disertai cuplikan dari buku harian Pavitt. Rencananya foto-foto ini akan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Experiencing Nirvana: Grunge in Europe, 1989, yang diterbitkan oleh Bazillion Points Books 18 November 2018 nanti. Kami menganjurkan kamu pakai kaos smiley grunge dan setel album Bleach sekencang-kencangnya selama kamu membaca catatan Pavitt di bawah ini.
Videos by VICE
Senin, 27 November 1989
Piper Club, Roma, Italia
Jon dan aku sampai di Roma untuk menemui dua roster baru kami: Tad dan Nirvana. Kami punya satu misi: memberikan bantuan, apapun bentuknya, sebelum mereka tampil di di showcase Sub Pop di London (LameFest UK), di mana mereka akan tampil bersama rekan satu label mereka yang didapuk jadi headliner, Mudhoney. Media musik Inggris punya sejarah panjang mengorbitkan band-band baru, dan kami harap showcase kamu bakal jadi momen penting bagi roster-roster kami.
Namun, kami secara khusus mengkhawatirkan Kurt Cobain, vokalis Nirvana. Pasalnya, kami dapat berita dia mulai merasa kehilangan semangat, kangen rumah dan mulai dilanda kelelahan. Jon dan Aku mencoba menyemangatinya memberikan segala dukungan yang bisa kami berikan. Semua orang tahu penting bagi Tad dan Nirvana untuk sampai di London dalam kondisi yang prima, karena LameFest tahun itu yang menampilkan Mudhoney, Nirvana dan Tad adalah edisi LameFest paling akbar sejauh ini, yang mungkin punya imbas besar pada pers musik Inggris.
Tad jadi band pertama yang naik manggung. Mereka langsung menggeber lagu-lagu mereka yang agresif lamban dari debut album mereka, God’s Balls. Kurt Danielsonmn, bassist Tad, memprovokasi penonton dengan berteriak, “Fuck The Pope! (Persetan dengan Paus)” sementara Steve Wied, drummer Tad, tetap menggebuk drum dengan tempo yang terjaga. Puas memprovokasi warga Roma yang datang menonton malam itu, band paling berat sejagat itu turun dari panggung dan naik ke ruang atas untuk memulihkan tenaga mereka.
Giliran Nirvana sekarang…setelah bermain sepuluh lagu, Kurt tampak frustrasi dengan gitarnya. Tanpa ragu, dia banting gitar itu. Kurt lalu memanjat tumpukan speaker yang tinggi. Penonton hanya tertegun sementara beberapa yang mabok berteriak “Loncat!” Benar-benar sebuah momen yang dramatis. Jon dan Tad mengawasi suasana menegangkan itu dari tempat anggota band duduk yang berada di lantai dua. Semua menahan nafas. Tak ada yang tahu apa Kurt akan meloncat atau tidak. Kami semua panik, dan sangat khawatir dengan keselamatan Kurt.
Minggu, 3 Desember 1989
Astoria Theatre, London
“Halo, kami salah satu perwakilan resmi skena Sub Pop Seattle dari Negara Bagian Washington!” teriak Kurt Cobain ke arah monitor. Nirvana langsung memainkan lagu pembuka favorit mereka , “School” yang riff-heavy banget. Saking asiknya memainkan part guitar lagu itu, salah satu senar gitar Cobain putus. Keki, dia langsung lari ke luar panggung sementara Krist dan Chad secara impromptu memainkan cover The Stooges “I Wanna Be Your Dog.” Ini bikin bingung sejumlah penonton. Beberapa penonton naik panggung lalu diving.
“Ini show terakhir kami di tur ini. Makanya, kami bebas ngapain aja,” teriak Krist.
Kurt kembali ke panggung dan segera memainkan riff-riff lagu “Scoff,” sebelum ketiganya menemukan momentum yang mereka cari. Suara Kurt terdengar intens dan soulful sekali. Kurt lalu meloncat dan mendarat dengan dengkulnya, menggenjreng line gitar awal single mereka, “Love Buzz.” Penonton langsung menggila dan tensi di depan panggung memuncak. Nirvana jelas punya karisma dan tenaga.
Setelah lewat tujuh lagu, selagi mereka memainkan “Molly’s Lips,” Kurt berteriak, menunjukkan kecintaannya pada band indie Inggris favoritnya. “Lagu ini ditulis oleh sebuah band bernama The Vaseline! Mereka adalah band paling keren sejagat.”
Diving makin ramai…Mark Arm dari Mudhoney hanya bisa melongo, tak bisa berkata-kata menyaksikan band yang siap melengserkan pamor bandnya.
Kurt lantas melempar gitarnya ke arah Krist, yang siap memukulnya dengan bass yang difungsikan bak bat baseball. Lewat satu ayunan keras, Krist sukses menghancurkan gitar yang baru dibeli itu. Untunglah, tiga orang ini segera pulang ke Seattle.