Travel

Foto-Foto Menantang Standar Kecantikan dari Bangladesh ini Bakal Membuatmu Bergidik

Seri foto 'Concealed' dari Bangladesh Menantang Standar Kecantikan Masyarakat

Apa sih makna dari kecantikan? Apa yang dibutuhkan seseorang agar dianggap cantik? Apakah kita tetap bisa menjadi diri sendiri saat berusaha cantik? Ini pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan pada diriku sendiri, ketika melihat potret-potret mengerikan dari perempuan-perempuan anonim oleh fotografer asal Bangladesh Habiba Nowrose.

Dalam seri foto yang berjudul Concealed, yang ia mulai sejak 2013, Nowrose merefleksikan kepribadian perempuan, sekaligus menangkap kecenderungan perempuan yang terpaksa mengubah penampilan berdasarkan harapan keluarga, masyarakat, dan diri mereka sendiri.

Videos by VICE

Dalam potret-potretnya yang tak berbingkai ini, Nowrose menampilkan perempuan duduk dengan latar berhiaskan macam-macam motif. Pilihan corak ini memberi kesan tiap individualitas dilucuti dari tiap perempuan.

Foto-foto tersebut mengganggu dan klaustrofobik, Nowrose menangkap rasa ketakutan ketika seorang perempuan lambat laun mengenal peran-peran barunya. Aku ngobrol bareng fotografer berusia 29 tahun ini, sembari ia mempersiapkan pameran barunya. Berikut cuplikan obrolan kami.

VICE: Halo. Bisa kamu jelaskan motivasi awal kamu membuat seri foto ini?
Habiba Nowrose: Aku fotografer dan peneliti berbasis di Ibu Kota Dhaka, Bangladesh. Aku belajar fotografi di Danish School of Media and Journalism. Aku juga belajar Kajian Perempuan dan Gender di Universitas Dhaka. Aku menggunakan latar belakang akademis tersebut sebagai dasar menjelajahi hubungan manusia dan fluiditas gender. Aku ingin memotret karena dengan foto, aku bisa mengungkap dan menyertai isu-isu representasi yang kuteliti. Aku membuat catatan mental dari hal-hal dan tempat-tempat yang kulihat, lalu menggunakan itu saat membuat konsep untuk pemotretan yang kusiapkan dengan teliti.

1553676934472-11

Jadi, apa konsep di balik “Concealed”?
Ide di balik potret-potretku adalah bahwa kita sebagai perempuan selalu merasa harus menampilkan diri kita yang cantik. Dalam upaya kita untuk memanfaatkan kecantikan kita, kita terpaksa menghapus individualitas kita, serta kisah-kisah dan trauma kita. Akhirnya, kita kehilangan diri kita dan menyatu dengan imej yang terbuat. Kita menjadi anonim bahkan bagi diri kita sendiri, dan identitas kita terus tersembunyi. Seri Concealed dimulai dari realisasi ketidakberdayaan mendalam yang dialami perempuan di masyarakat. Setidaknya, itu perasaanku sebagai perempuan pada saat itu. Entah bagaimana, aku ingin membuat ketidakberdayaan dan kehilangan identitas tersebut menjadi lebih tampak melalui fotografiku.

Mengapa kamu memilih motif-motif yang mencolok untuk latar tiap foto? Itu melambangkan apa sih?
Bahan-bahan murah yang aku gunakan dalam karyaku tidak tergolong norak di Bangladesh. Aku pernah melihat perempuan dari kelas menengah ke bawah mengenakan bahan dengan corak dan warna semrawut. Aku ingat pas aku masih kecil, ibuku dikasih sari untuk dihadiahkan kepada pembantu rumah tanggaku. Sarinya tidak bercorak. Ibuku menyesal tidak bisa memberi sari-sari itu kepada mereka, karena mereka hanya memakai sari yang motifnya ramai. Kejadian ini nempel di benakku, dan sejak itu aku ingin menggunakan motif-motif “murah” dalam karyaku.

1553679269654-13

Apakah proyek ini hanya bisa dipahami perempuan di Bangladesh, atau menurutmu bisa beresonansi dengan pengalaman perempuan lain di seluruh dunia?
Respons terhadap Concealed cukup beragam. Mungkin ada yang merasakan sesak yang ingin kutampilkan dalam potret-potretku. Ada juga yang mungkin beresonansi dengan kehilangan identitas. Ada juga yang bilang potretnya mengerikan sekaligus indah.

Selama ini, seperti apa persepsi masyarakat terhadap fotografer perempuan di Bangladesh?
Bagi perempuan di Bangladesh, fotografi merupakan bidang yang kurang dieksplorasi. Komposisi demografi di Dhaka cukup menarik, karena ada sejumlah orang yang mempertahankan nilai-nilai konservatif mengenai apa yang boleh dilakukan perempuan. Ada juga sejumlah orang, meski jumlahnya kecil, yang menghargai fotografer feminis perempuan.

Bagaimana situasi fotografi dan kesenian di Bangladesh dan komunitas orang Bangladesh di seluruh dunia?
Kini kami mengalami perubahan pada praktik fotografi di Bangladesh. Fotografer-fotografer di sini tidak hanya mulai lebih menerima sarana ekspresi artistik, tapi juga mulai memamerkan karya mereka di samping seniman-seniman seni rupa. Fotografi di Bangladesh tidak lagi terbatas pada format jurnalistik. Ini waktu yang tepat untuk menjadi fotografer di Dhaka.

1553679252415-12
1553679291642-14
1553679345214-6

Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca

Simak karya-karya lain dari Habiba Nowrose di situs pribadinya.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.