sains dan teknologi

Ilmuwan Sukses Cangkok Penis Tiruan ke Babi, Kelak Bisa Jadi Solusi Disfungsi Ereksi

Jaringan penis buatan ilmuwan Tiongkok mengembalikan kemampuan ereksi babi yang tadinya sudah rusak, membuka peluang pengobatan disfungsi ereksi untuk manusia.
Ilmuwan Sukses Cangkok Jaringan Penis Tiruan ke Babi
Foto: MyImages_Micha via Getty Images

Para ilmuwan di Tiongkok sukses mencangkok jaringan penis tiruan yang mampu mengembalikan kemampuan ereksi pada babi jantan. Keberhasilan ini membuka peluang ditemukannya cara mengobati disfungsi ereksi yang dialami manusia.

Tim ahli biomedis dari South China University of Technology (SCUT) menciptakan tiruan tunika albuginea yang terbuat dari hidrogel, lalu menjadikannya bahan tambalan pada jaringan penis babi mini Bama yang rusak. Tunika albuginea adalah selubung jaringan elastis di bawah kulit yang berfungsi menghasilkan ereksi. 

Iklan

Eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya berupaya mencangkok bahan biologis ke jaringan penis untuk memperbaiki tunika albuginea, namun ditolak sistem kekebalan. Sedangkan pada percobaan ini, tim ilmuwan menggunakan bahan utama hidrogel yang dapat menirukan pola jaringan semirip mungkin.

Setelah melakukan serangkaian percobaan dengan penis babi yang patah, kulit tikus dan darah kelinci, mereka akhirnya berhasil menciptakan “struktur lembut” yang secara biologis cocok dengan tunika albuginea babi. Hasil eksperimennya dijelaskan dalam jurnal Matter.

“Kami menciptakan tunika albuginea buatan (ATA) yang terinspirasi oleh struktur regangan alami jaringan ini. ATA ciptaan kami terbuat dari hidrogel yang kandungan seratnya bisa berkerut,” demikian bunyi penelitiannya.

“ATA memiliki beberapa fitur utama yang terdapat pada tunika albuginea asli,” para peneliti menambahkan. “ATA mampu memperbaiki cedera dan mengembalikan fungsi ereksi jaringan penis babi yang rusak.”

Dengan kata lain, tambalan ATA membuat penis babi yang tadinya sudah tidak berfungsi, bisa ereksi seperti sediakala. Itu artinya jika ilmuwan berhasil menemukan cara mencangkok ATA yang aman untuk manusia, metode tersebut berpotensi menjadi solusi baru bagi penderita kerusakan tunika albuginea.

Tim SCUT menegaskan babi mini Bama tidak punya tulang belakang penis yang jelas. Ukuran penisnya juga tidak sebesar manusia. Dengan demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut sebelum menerapkan metode transplantasi jaringan tiruan pada manusia.

Untuk sementara ini, keberhasilan pencangkokan ATA pada babi juga dapat diaplikasikan di bidang teknologi, seperti menciptakan perangkat wearable atau sensor tanam misalnya.

“Proses ereksi penis mamalia ini dikendalikan oleh aliran darah. Jadi, ATA bionik mungkin bisa menginspirasi penciptaan robot lunak yang digerakkan oleh cairan,” para peneliti menyimpulkan.