Kucing

Menemui ‘Pahlawan’ Kucing Asal Suriah

Nama Mohammed Alaa Aljaleel dikenal dunia berkat dedikasinya menolong kucing telantar di Aleppo selama Perang Saudara Suriah. Ia kembali menjadi sorotan karena menyelamatkan kucing dari gempa.
Laki-laki dengan jenggot ubanan mencium kucing oren yang terluka akibat tertimpa reruntuhan
Semua foto oleh Ali Al-Dalati

Dua gempa dahsyat yang menghantam Turki dan bagian barat laut Suriah awal Februari lalu menewaskan lebih dari 50.000 korban jiwa dan mengakibatkan 2,2 juta orang kehilangan tempat tinggal. Pasukan bala bantuan dikerahkan untuk mencari warga yang masih hidup, dan membantu mengeluarkan mereka dari reruntuhan.

Iklan

Manusia bukan satu-satunya korban bencana hari itu. Banyak binatang yang juga terluka akibat tertimpa bangunan runtuh, tapi kurang mendapat perhatian. Itulah mengapa, di saat tim sukarelawan sibuk menyelamatkan orang, warga Aleppo satu ini lebih fokus merawat puluhan kucing yang berhasil ia selamatkan.

Mohammed Alaa Aljaleel menolong lebih dari 30 ekor kucing setelah kotanya, Jenderes, diguncang gempa. Ia telaten mengobati kucing-kucing yang sakit hingga sembuh — sebuah tugas mulia yang telah Aljaleel lakoni sejak pecahnya konflik berdarah di Suriah belasan tahun silam. Tak sedikit pula orang meminta pria itu mengurus kucing yang telantar. Berkat dedikasinya yang besar ia mendapat julukan “Penyayang Kucing dari Aleppo”.

Aljaleel sudah suka kucing sejak usia belia. “Dari dulu saya sering main sama kucing, tapi baru kepikiran menolong kucing ketika situasi Suriah semakin genting,” tuturnya.

Ia mulai rutin memberi makan kucing telantar sekitar 2011 lalu, yang tampaknya disambut baik oleh kucing-kucing lainnya di daerah tempat tinggal Aljaleel. Dari yang tadinya cuma kasih makan beberapa ekor saja, tiba-tiba ia kedatangan belasan kucing setiap pagi. Rumahnya selalu ramai dikerubungi pasukan kucing jalanan yang kelaparan.

Seiring berjalannya waktu, kekerasan yang terjadi di negaranya semakin menjadi-jadi. Aljaleel pun membuka tempat penampungan di bagian timur Aleppo, lalu membawa kucing-kucing tak bertuan yang ia temukan di jalanan untuk dirawat di sana. Harapannya binatang yang ditampung bisa hidup aman.

Iklan
Dua laki-laki memberi makan kucing abu-abu di antara reruntuhan

Foto: Ali Al-Dalati

Namun, semesta berkata lain. Panti kucing milik Aljaleel hancur dihantam rudal Suriah dan Rusia. Perang Saudara meletus setelah negara jatuh di bawah kendali rezim Suriah.

Lelaki jenggotan mengelus kucing dalam kandang

Foto: Ali Al-Dalati

Tak ada pilihan bagi Aljaleel selain menyelamatkan diri. Ia terpaksa meninggalkan lebih dari 180 ekor kucing di tempat penampungannya.

Pada 2019, tiga tahun setelah berakhirnya Pertempuran Aleppo, ia pulang ke Aleppo dan tinggal di bagian barat kota itu. Di sana, ia membangun tempat penampungan yang lebih besar dengan fasilitas yang jauh lebih memadai. Aljaleel memberinya nama Suaka Kucing Aleppo.

“Sebelumnya saya mengurus semua kucing sendirian, tapi sekarang saya dibantu lima karyawan,” terangnya. “Tiga orang mengurus kucing di tempat penampungan, sedangkan saya bersiaga menolong kucing yang sakit atau celaka bersama dua tenaga paramedis.”

Dua pria dewasa dan satu anak kecil menenteng pet cargo dan bak.

Foto: Ali Al-Dalati

Aljaleel aktif membagikan kegiatan harian mereka di akun Facebook resmi tempat penampungannya. Perlahan-lahan semakin banyak orang tahu tentang Suaka Kucing Aleppo. Bantuan tiada henti-hentinya mengalir untuk membiayai kebutuhan para kucing di sana. Uang donasi digunakan untuk membeli makanan, obat-obatan dan memberi vaksin.

Iklan

Kisah Aljaleel diangkat menjadi buku anak-anak berjudul The Cat Man of Aleppo. Ditulis oleh Karim Shamshi Pasha dan Irene Latham, buku ilustrasi itu meraih Penghargaan Kehormatan Caldecott pada 2021. Bukunya menceritakan tentang kehidupan pribadi Aljaleel saat masih menjadi sopir ambulans di awal Perang Saudara Suriah, hingga sejarah berdirinya tempat penampungan kucing.

“Hewan membutuhkan bantuan kita,” kata Aljaleel. “Semua agama mengajarkan umatnya untuk peduli pada hewan.”

Seseorang memeriksa mata kucing oren yang tertutup

Foto: Ali Al-Dalati

Kucing oren satu mata di dalam kandang

Foto: Ali Al-Dalati

Aljaleel kerap memberi edukasi masyarakat tentang pentingnya mencintai sesama ciptaan Tuhan. “Saya berharap semakin banyak orang mengikuti jejak saya.”

Tapi rupanya, masih ada saja yang mengkritik tindakan Aljaleel. Tak jarang ia dicemooh lantaran lebih mementingkan hewan daripada sesama manusia. “Sudah ada ribuan organisasi kemanusiaan di luar sana. Mereka aktif menolong sesama manusia,” ujar Aljaleel. “Beda halnya dengan organisasi hak-hak binatang, yang jumlahnya tidak seberapa banyak.”

Dua laki-laki memberi obat pada kucing oren.

Foto: Ali Al-Dalati

“Saya bangga telah melakukan ini. Saya harap umat manusia semuanya menyayangi binatang,” pungkasnya.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Arabia.