Belakangan ini, aku keranjingan menjajal demo game I Am Jesus Christ yang akan dirilis oleh developer SimulaM dan PlayWay. Ya, seperti judulnya, simulasi petualangan ini mengikuti kisah Yesus dari pembaptisan, penyaliban hingga kebangkitannya.
Game itu telah mengundang rasa penasaran sejak pertama kali aku melihatnya. Ketika ditanya alasannya mengembangkan I Am Jesus Christ, Maksym Vysochanskiy selaku CEO SimulaM berujar, dia pernah membayangkan betapa kerennya jika ada film animasi tentang Yesus Kristus yang dibuat ala-ala Shrek dan Toy Story. Ia berhasil mewujudkannya dalam format game, setelah mendapat lampu hijau dari PlayWay.
Videos by VICE
Versi demo game berdurasi dua jam dan masih dalam tahap awal — setidaknya itulah harapanku. Walau belum rampung 100 persen, aku sudah bisa menangkap SimulaM ingin memvisualisasikan perjalanan hidup Yesus sesuai isi kitab Injil dalam serangkaian adegan yang digamifikasi.
Permainan ini secara terang-terangan menampilkan sosok Yesus, yang bahkan bisa kalian lihat sendiri pada title screen-nya. Gambar Yesus Kristus membentangkan tangan dijadikan pengganti huruf “I”. Juga benar adanya bahwa I Am Jesus Christ menyertakan referensi ayat-ayat Alkitab.
Tapi sejujurnya, aku bisa membayangkan game tersebut bakalan jadi bahan meme di internet. “Kami sudah mengalaminya sejak rilis trailer, tapi… game semacam ini perlu dibuat,” jawab Maksym saat ditanya khawatir tidak karya ciptanya dijadikan candaan.
Game dimulai dengan petualangan Yesus mencari Yohanes Pembaptis. Aku sebagai Yesus bertanya kepada warga sekitar tentang keberadaannya. Aku harus menjaga health bar tetap penuh selama misi pencarian berlangsung, sehingga aku mengurangi rasa lapar dengan makan buah-buahan yang dipetik langsung dari pepohonan.
Tahap pertama agak tidak keruan, tapi situasi cepat meningkat di tahap selanjutnya. Aku mesti berpuasa selama dilatih bertarung oleh malaikat di padang pasir. Sedikit menyimpang dari isi Alkitab, dan tentunya tidak ada adegan menampar pipi di sini.
Dalam tahap ini, pemain bisa memencet tombol untuk melempar kembali bola energi yang dilepaskan iblis. Terlihat pula kawah magma di sekeliling Yesus (bentang alam yang jelas-jelas ada di gurun Palestina).
Sesekali aku harus beristirahat dan berdoa untuk memulihkan “Holy Spirit” yang terkuras. Hmm… Aku bukan orang yang paham agama, tapi kayaknya aku tak pernah sekalipun membaca tentang Yesus kehilangan Roh Kudus. Aku yakin banget telah disebutkan dalam Alkitab, pribadi ketiga Ilahi yang membentuk satu ketuhanan.
Setelah mengalahkan iblis ala Dragon Ball, aku mulai menyebarkan ajaran agama dan melakukan perjalanan ke Yerusalem. Di sepanjang perjalanan, sudah menjadi tugas Yesus menghancurkan kristal jahat yang disebar oleh iblis. Aku juga wajib memecahkan teka-teki di dimensi surgawi guna membuka mukjizat baru, yang berfungsi sebagai alat menyampaikan Firman. Aku secara ajaib menangkap ikan untuk menjadikan nelayan sebagai pengikutku (Lukas 1-11), mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2: 1-11), dan berubah menjadi makhluk kecil untuk menyingkirkan virus yang menyerang tubuh seorang bocah (Once Upon a Time… Life 4: 46-54).
Terlepas dari usaha kreator mengemas isi Alkitab lebih ciamik, adaptasinya agak… kacau. Aku menanyakan pendapat Maksym, apakah bisa ajaran agama Kristen dijadikan video game dengan hasil yang baik. Dia melihat itu bukan hal yang mustahil, mengingat sudah banyak buku dan film yang terinspirasi dari kisah hidup Yesus.
Aku paham maksudnya. Film panjang pertama yang menceritakan tentang Yesus tampaknya sudah ada sejak 1912: From the Manger to the Cross or Jesus of Nazareth garapan Sidney Olcott. Sejak itu, bermunculan banyak film lainnya, seperti The King of Kings oleh Nicholas Ray (1961), The Gospel according to Matthew ciptaan Pier Paolo Pasolini (1964), film musikal Jesus Christ Superstar yang digarap Tim Rice dan Andrew Lloyd Webber (1973), hingga The Passion of Christ-nya Mel Gibson (2004). Apabila dunia perfilman sukses mengangkat ajaran Kristen ke layar lebar, itu berarti pencipta game seharusnya juga bisa.
Faktanya, ini bukan game pertama yang menjadikan Yesus Kristus sebagai karakter — misalnya Fight of Gods, game ciptaan developer Taiwan yang mempertarungkan dewa dan tuhan yang dirilis pada 2017. Game tersebut dicekal di Singapura dan Malaysia karena dianggap melecehkan berbagai agama.
Namun, tetap ada yang mengganggu pikiranku setiap merenungkan bisa tidaknya agama Kristen diangkat menjadi game. Terlihat jelas dalam I Am Jesus Christ, developer kesulitan menggambarkan perjalanan Yesus seakurat mungkin karena adanya sistem objektif-sistem-hadiah yang menjadi ciri khas game petualangan.
Tuhan Yesus mengajarkan umatnya, barang siapa yang berada di posisi terendah semasa hidupnya, serta mereka yang gagal menjalani misi hidupnya, akan menjadi orang pertama yang masuk surga. Ini jelas tidak cocok dengan sistem video game yang mengharuskan kita bertarung seegois mungkin untuk menjadi pemenang. Yesus tentunya tidak mau umatnya saling menghabisi satu sama lain, atau merampas uang orang lain untuk menjadi yang paling hebat.
I Am Jesus Christ dijadwalkan rilis pada hari Natal. Kalau kamu penasaran seperti apa rasanya menjadi penyebar Firman, silakan masukkan game ini ke dalam wishlist Steam.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Italy.