Wabah coronavirus telah dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejumlah negara diisolasi, pasar saham terjun bebas, dan tisu toilet sama berharganya dengan uang di salah satu pedesaan di Far North Queensland, Australia.
Saking langkanya, kafe Jaques Coffee Plantation di Mareeba sampai menerima pembayaran berupa tisu toilet.
Videos by VICE
Sang Manajer Jason Jaques memberi tahu ABC, dia baru menyadari seberapa serius masalahnya ketika stok tisu di kafe semakin menipis. Supplier yang biasa mengirimkannya ke kafe juga kehabisan stok.
“Staf kafe memberitahuku tisu toilet dari beberapa supplier kami sudah terjual semua,” katanya. “Ini grosiran lho, bukan cuma supermarket.”
Guna menghindari kehabisan stok tisu toilet, Jason mulai menjual produk kopinya dengan bayaran tisu. Dia menyebarkan tawaran ini di media sosial. Pembeli bisa membayar satu gelas kopi dengan tiga tisu gulung, atau 36 gulung untuk satu kilogram biji kopi yang harganya 42 Dolar Australia (Rp393 ribu).
“Saya tahu orang-orang memborong tisu toilet, dan mengira kami bisa memperoleh beberapa gulung… Siapa tahu ada yang mau menukarkannya,” tuturnya. “Kami butuh lebih, dan supplier juga sudah janji mau kasih lebih, tapi malah jadi kritis begini kondisinya.
“Kami mulai mencari alternatif lain kayak koran, pohon paperbark, sampai daun kopi.”
Beberapa pelanggan kafe bersedia menukarkan sembilan gulung tisu untuk tiga gelas kopi, tapi cukup itu saja. Dia sebenarnya tengah menunggu dikirimkan tisu toilet dalam beberapa hari ke depan, tapi Jason bilang akan terus barter sampai persediaannya memadai.
“Kami menghabiskan [beberapa gulung] setiap hari,” lanjut Jason.
“Tisu toilet sudah kayak komoditas di Australia sekarang. Konyol banget.”
Follow Gavin di Twitter atau Instagram.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia