Tech

Gokil, Lelaki Petualang Asal Inggris Nekat Freediving di Antartika

Setiap dari kita pasti punya hobi dan kebanyakan hobi yang kita geluti umumnya aman-aman saja seperti membaca, nonton film, mengoleksi action figure. Yang pasti enggak satupun hobi yang kita miliki mewajibkan kita terperangkap di bawah gunung es berbobot 200.000 ton tanpa tangki oksigen atau perkakas pendukung keselamatan kita lainnya.

Tapi, itu karena kita bukan Will Glendinning, penjelajah dari Inggris yang kini memegang rekor freediving dunia.

Videos by VICE

Glendinning mengaku baru mulai mengakrabi olah raga freediving empat atau lima tahun lalu. Namun, meski terhitung masih jadi anak bawang dalam kancah olah raga ekstrem ini, Glendinning beserta empat rekannya baru-baru ini sukses mencatatkan diri sebagai sekelompok orang Inggris pertama yang menjajal freediving di lokasi paling tak bersahabat di muka bumi: Antartika.

Untuk mewujudkan rencana sinting ini, Glendinning dkk. menghabiskan dua tahun cuma untuk merencanakan segala detail petualangan mereka. Setelah memulai perjalanan dari ujung utara Chili, Glendinning cs. sampai di Marguerite Bay, Antartika dengan menumpang kapal. Di sana, petualangan paling menantang dalam hidup mereka akan dimulai.

Marguerite Bay pertama kali ditemukan oleh ilmuwan yang mendalami kutub Bumi asal Perancis, Jean-Baptiste Charcot. Nama teluk ini diambil dari nama Istri Charcot. Marguirite Bay dikenal kaya dengan aneka ragam fauna liar seperti burung pecuk bermata biru dan singa laut.

Selain itu, pulau-pulau mungil yang tersebar di sekitar Marguerite Bay adalah rumah bagi koloni Penguin Kaisar di Semenanjung Antartika yang populasinya menurun tajam akibat perubahan iklim.

Glendinning menggambarkan perjalanan krunya melewati gumpalan dan gunung es mengapung yang besarnya “setara wilayah satu negara” sebagai sebuah perjalanan yang bikin mereka insaf bahwa selama apapun persiapannya, mereka enggak sepenuhnya siap menjelajahi Antartika.

“Kalian akan kehilangan perspektif. Susah sekali menentukan skala sebuah benda. Jadi, misalnya, kamu melihat sebuah tebing es yang menjulang setinggi gedung 20 lantai dari ujung sebuah gletser. Kalian pikir jaraknya cuma 400 meter dari tempat kalian berdiri. Ternyata, jarak sesungguhnya sekitar tiga sampai empat kilometer,” jelasnya.

Ketika akhirnya menjumpai perairan Antartika, tim Glendinning agak ragu memulai aktivitas. Pasalnya, jarak pandang sangat pendek. Seperti ditunjukkan dalam rekaman petualangan, sejumlah titik diving dipenuhi cairan berwarna hijau pekat. Dalam kondisi seperti ini, diver hanya dapat melihat sejauh beberapa meter saja. Beruntung, kendati kondisinya tak begitu bersahabat, Glendinnig sanggup menemukan titik-titik dengan air yang lebih bersih di bawah permukaan es. Dari sinilah, Glendinning dan timnya bisa menyelam dan mengeksplor bagian bawa gletser, bentangan lorong di dalamnya serta gua-gua es aneh berwarna biru dan putih.

Freediving adalah olahraga ekstrem yang mutlak memerlukan kehati-hatian pelakunya. Kesalahan sepele—seperti terlalu cepat berenang ke permukaan air barang satu detik saja— bisa menyebabkan konsekuensi yang fatal. Atlet freediving harus bisa meningkatkan volume paru-paru mereka. Di saat yang sama, sebisa mungkin mereka harus menggunakan oksigen dengan efektif demi mempertahankan fungsi metabolisme tubuh. Plus, semua itu harus dilakukan dengan tenang.

Menurut penyelam pemegang 41 rekor dunia Natalia Molchanova, yang tewas tahun lalu saat freediving di sekitar sebuah pulau dengan Ibiza: “Seni freediving terletak pada usaha memaksimalkan performa sembari mengontrol risiko. Freediver yang pintar berlatih kelompok yang mendapat sokongan memadai, mematuhi semua prosedur keselamatan dan sedikit demi sedikit meningkatkan kemampuannya. Perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan dalam freediving sangat kecil dan jarak menuju titik kegagalan tak pernah jelas. Disiplin dalam segala hal—sekecil apapun itu—sangat penting dalam meminimalkan kemungkinan hal-hal yang tak diinginkan.”

Bagi Glendinning, risiko terbesar—selain yang secara inheren terdapat dalam olah raga freediving sendiri, adalah terbaliknya sebuah gunung es. Bobot gunung es bisa mencapai 100 juta ton. Uniknya, gunung-gunung es bisa mengapung dalam perairan Antartika. Alhasil, jika gunung es ini terjungkir dalam sekejap, siapapun yang berada di bawahnya akan menemui ajalnya.

Untungnya, Glendinning bisa mengakhiri petualangannya dengan selamat dan membawa pulang rekaman lingkungan yang hanya disaksikan dari oleh segelintir orang saja.

“Jika kalian mengagumi air seperti saya, melakukan freediving di tempat yang diciptakan oleh air dan sebagian besar terdiri dari air adalah pengembaraan yang terasa sangat alami,” kata Glendinning mengenai petualangannya. “Pada akhirnya, waktu yang kami miliki di Antartika sangat terbatas dan saya harus segera pulang.”