Food

Granat Sisa Perang Dunia II Berulang Kali Ditemukan di Restoran dan Pabrik Makanan

Grenade on a plate

Bentuk granat bekas yang sudah lama terkubur bentuknya mirip banget sama kentang. Apalagi kalau granatnya berlumuran lumpur. Maka dari itu, jangan kaget kalau kalian tiba-tiba menemukan granat yang tercampur dengan kentang saat sedang makan.

Sebagaimana dilansir South China Morning Post, perusahaan makanan ringan Calbee di Hong Kong memanggil tim penjinak bom Sabtu pekan lalu setelah mesin pengolahan kentangnya menemukan granat yang datang bersama kiriman kentang. Bom lempar kecil itu mirip seperti kentang karena tertutup tanah. Hanya saja lebih berat dari kentang biasa. Granatnya berhasil dijinakkan beberapa jam kemudian tanpa menimbulkan korban atau kerugian material.

Videos by VICE

Dave Macri, dosen sejarah militer di University of Hong Kong, menduga bahwa granat buatan Jerman tersebut kemungkinan besar terkubur di parit setelah dilempar oleh prajurit Perang Dunia I. Sekarang medan perangnya berubah fungsi menjadi perkebunan kentang di Prancis.

Ini bukan kali pertama granat ditemukan di pabrik makanan. Taco Bell di Ocala, Florida terpaksa dievakuasi pada akhir Januari lalu karena ada pemancing magnet yang membawa granat bekas Perang Dunia II ke restoran. Mereka menemukannya di sungai dekat situ. Kepada MUNCHIES, Ocala PD mengatakan bahwa mereka tidak tahu pasti bagaimana granatnya bisa ada di sana dan mengapa pemancing magnet tersebut membawanya ke Taco Bell.

Namun, insiden penemuan granat di restoran cepat saji lain bisa memberikan penjelasan yang masuk akal. Pada 2015, ada tukang bangunan yang menggali bom tangan di McDonald’s Maryland. Teknisi bom yang ada di lokasi saat itu menduga granatnya berasal dari pangkalan militer tua di dekat sana.

Letak pusat kota Ocala ternyata tidak begitu jauh dari Pinecastle Impact Range, yang ada di tengah Hutan Nasional Ocala. Di sana, Angkatan Laut telah menguji bom sejak Perang Dunia II. Gizmodo mengungkapkan bahwa uji coba ini menimbulkan suara bising, tanah bergetar, dan terbengkalainya amunisi pada masa PD II.

Penemuan granat tidak memakan korban, tetapi sisa-sisa perang seperti ini bisa menyebabkan masalah—termasuk kefatalan. Para petani menghadapi risiko khusus karena paritnya berubah menjadi ladang setelah perang berakhir. Granat dan bom bekas perang pun ikut terkubur di dalamnya.

Pada 2011, petani kentang Kanada mendapati granat bekas PD II saat sedang menggarap kebunnya. Juli lalu, seorang petani Inggris juga menemukan granat dari era yang sama. Sementara itu, New York Times melaporkan pada 2014 bahwa petani Belgia hidup dalam ketakutan. Pasalnya, para pakar perang memperkirakan 30 persen bom artileri yang diledakkan di sana saat PD II gagal meledak.

“Bom yang tidak meledak di Prancis selama kedua Perang Dunia jumlahnya sangat signifikan. Front Barat sebagian besar bertempur di Prancis saat PD I. Pasukan prajurit secara rutin melancarkan serangan dengan menggunakan granat seperti yang tidak sengaja dikirim ke Hong Kong,” kata Macri kepada MUNCHIES lewat email. “Banyak amunisi tua yang mungkin terkubur di lahan pertanian di Prancis. Sisa-sisa perangnya sulit ditemukan dan disingkirkan dari lahan ini.”

Misalnya seperti Flander di Belgia. Pertempuran Messines berlangsung di wilayah ini saat Perang Dunia I. Ketika operasi, parit dibangun berkilo-kilo jauhnya di bawah pertahanan Jerman. Parit itu lalu diisi dengan bahan peledak. Akan tetapi, tak semua bom yang ada di parit diledakkan. Bom-bom itu masih terkubur sekarang. Menurut laporan Telegraph tahun 2004, perkebunan yang dibangun di atas parit ini masih berfungsi meskipun ada bom puluhan kilogram tertanam di bawahnya.

Di zaman modern ini, amunisi bawah tanah bisa ditemukan dengan mudah menggunakan radar dan diledakkan secara aman. Namun, Times memberitakan pada 2014 bahwa tak semua petani mau melakukannya. Alasannya karena penggalian bom bisa mengubah kondisi tanah di ladang mereka.

“Saya tidak mengkhawatirkan [persediaan bom yang terkubur di bawah tanah],” kata petani yang tinggal di atas ladang ranjau kepada Telegraph. “Bomnya sudah ada sejak dulu. Kenapa baru mau diledakkan sekarang?”

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES