Grup Peretas ‘Anonymous’ Tiba-tiba Menghilang Setelah Menyatakan Perang Pada Trump

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Maret 2016 lalu, kelompok aktivis peretas yang akrab dijuluki ‘Anonymous’ menyatakan akan “berperang habis-habisan” melawan Donald J. Trump. Saat itu Trump masih menjadi kandidat presiden Amerika Serikat. Anonymous berjanji akan meruntuhkan kampanye Trump lewat sebuah operasi “yang menggegerkan seluruh dunia.” Kampanye Trump merupakan sasaran empuk bagi aktivis peretas semacam Anonymous. Situs resmi sang taipan properti dan kasino itu berulang kali diretas. Akun Twitter Donald Trump yang sangat aktif mencuit juga beberapa kali menjadi sasaran peretasan. Perlu diingat, Anonymous pernah mempermalukan keamanan siber organisasi-organisasi besar macam Sony Pictures, Dinas Intelijen AS (CIA), hingga situs televisi Fox News.

Videos by VICE

Kenyataannya sepanjang musim kampanye sampai pemilu presiden AS berakhir, kehadiran Anonymous tidak terasa. Justru situs pembocor data Wikileaks yang menghabisi kampanye Hillary Clinton dengan cara menyebarkan email-email kenegaraan, saat Clinton masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Bocoran surat itu ditengarai mempengaruhi persepsi pemilih, sehingga hasil pemilu memenangkan Trump. Pertanyaannya: Apakah Anonymous dan ideologi yang mereka wakili sudah habis? Ternyata Anonymous tidak luput dari perbedaan pendapat di kalangan aktivisnya. Hal ini menyebabkan Anonymous kehilangan arah saat momen-momen genting ketika banyak orang menaruh harapan pada kolektif tersebut.

“Operasi Anonymous tidak berjalan karena adanya perbedaan pandangan politik di dalam kolektif tersebut,” kata seorang perwakilan YourAnonNews—juru bicara Anonymous di internet—kepada VICE News.

“Pemilu AS menyebabkan perselisihan antara keluarga dan teman. Hal yang sama terjadi di dalam Anonymous. Alih-alih mempertahankan ideologi mereka melawan kemapanan, mereka sibuk berdebat satu sama lain.” VICE News berbicara dengan mantan maupun anggota Anonymous yang masih aktif. Kami menghubungi para ahli yang memantau aktivitas kolektif tersebut. Mereka semua sepakat bahwa di AS, grup Anonymous saat ini sedang dalam kondisi paling lemah. Seorang mantan anggota Anonymous melontarkan pendapat yang ekstrem. “Menurut saya, konsep gerakan dan organisasi Anonymous sudah mati,” kata Hector X. Monsegur. Dia adalah peneliti keamanan siber yang dulunya dikenal dengan julukan Sabu. Hector memakai nama alias LulzSec di Internet. Dia dulunya merupakan anggota Anonymous paling ternama sebelum menjadi informan tim siber Biro Investigasi Federal (FBI).

Pamor Anonymous melejit pada 2008 ketika mereka berkampanye melawan Gereja Scientology. Menurut perkumpulan hacker ini, organisasi keagamaan gaya baru itu berusaha menyensor internet dengan menyingkirkan bukti-bukti bahwa Tom Cruise pernah mempromosikan Scientology. Kampanye tersebut melejitkan nama Anonymous berkat sirkulasinya di 4Chan—sebuah forum internet yang dikenal banyak menghasilkan meme seperti Lolcats, Caturday, dan Rickrolling—ke khalayak umum.

Cara kerja Anonymous agak sulit ditelisik, mengingat mereka tidak mempunyai pemimpin atau struktur organisasi. Semua orang bisa mengaku bagian dari gerakan ini, hanya dengan ngomong: “saya anggota Anonymous.” Kondisi ini menyebabkan banyak masalah. Media bisa menarik pernyataan dari seorang anggita, lalu menganggapnya seakan pernyataan resmi organisasi Anonymous. Biarpun tidak memiliki pemimpin resmi, beberapa anggota Anonymous lebih dikenal dan berpengaruh dari yang lain. Monsegur salah satunya. LulzSec sempat menciptakan kampanye ’50 Hari Penuh Lulz’ menyerang situs milik Sony Pictures, CIA, dan Fox News. “Media menopang Anonymous dan membentuknya menjadi sebuah anakronisme dari periode waktu yang berbeda,” jelas Monsegur.

“Mungkin para jurnalis dan media sudah capek dengan usaha-usaha mereka membuka kebenaran yang kerap ‘gagal’.”

Biarpun banyak dikritik, Anonymous sebetulnya pernah meraih beberapa hasil pergerakan yang signifikan:

  • Di tengah insiden momentum munculnya gerakan prodemokrasi ‘Musim Semi Arab’ yang terjadi di Tunisia, Anonymous berhasil membantu para aktivis di negara tersebut tetap online. Dengan begitu, para aktivis sukses menyebarkan informasi dan membeberkan ketidakadilan yang terjadi di Tunisia kala itu.
  • Pada 2012, seorang anggota Anonymous bernama Deric Lostutter meretas sebuah situs suporter olahraga sebuah SMA, menemukan bukti seorang remaja perempuan telah diperkosa beramai-ramai oleh para pelajar SMA Steubenville.
  • Anonymous membeberkan akun-akun Twitter yang terlibat dengan ISIS. Akun-akun ini kemudian ditutup.
  • Kolektif ini berhasil membuat publik menaruh perhatian terhadap aksi protes yang berlangsung di Ferguson, setelah seorang remaja berkulit hitam bernama Mike Brown ditembak mati polisi.

Operasi-operasi macam ini terus diluncurkan Anonymous setiap harinya—yang terbaru adalah upaya mendukung John McAfee agar terpilih sebagai kepala tim regulator dunia maya pemerintahan Donald Trump—namun usaha ini gagal dan tidak menerima banyak perhatian. “Terlalu banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai Anonymous. Sering muncul video-video Anonymous baru tanpa ada pergerakan apapun yang mendukungnya,” kata Wauchula Ghost, seorang peretas Anonymous ke VICE News.

Di awal 2016, Wauchula Ghost meretas akun Twitter ISIS lalu mengunggah foto-foto pornografi gay, bendera berwarna pelangi (simbol pro LGBT), dan pesan-pesan pro-komunitas LGBT. “Orang-orang seharusnya mengerti bahwa bermodalkan topeng dan akun twitter saja tidak cukup,” kata Wauchula Ghost. “Anda harus benar-benar bertarung untuk mempertahankan ideologi anda.” Anonymous merupakan sebuah pergerakan global.

“Pergerakan Anonymous di AS sangat kecil, tapi di negara-negara lain kolektif ini masih sangat kuat,” kata Gabriella Coleman, seorang antropolog yang menulis buku Hacker, Hoaxer, Whistleblower, Spy: The Many Faces of Anonymous. Kelompok Anonymous yang bertanggung jawab atas Operasi Ferguson mengatakan pada VICE News bahwa nonaktifnya Anonymous setelah Trump menang pemilu tidak permanen: “Anonymous memang ada siklusnya. Kadang aktif, kadang tidak. Kalau anda sudah lama memantau kami, pasti tahu tentang siklus tersebut.”

Sentimen ini didukung oleh akun Twitter YourAnonNews yang memiliki 1,6 juta follower dan berperan besar dalam gerakan Anonymous. “Antusiasme di internet beberapa tahun terakhir ini menyusut. Anda harus mengerti bahwa memang ada masa pasang dan surut di dalam gerakan Anonymous.” Anonymous dibentuk di internet dan YourAnonNews mengatakan bahwa internet akan selalu menjadi “pusat” kegiatan Anonymous.

Setidaknya gerakan Million Mask March, aktivitas tahunan kolektif ini, membuktikan bahwa Anonymous masih bisa menggerakkan orang di dunia nyata—menggambarkan masa depan kolektif para peretas itu. “Anda ingin membantu orang lain dan komunitas di sekitar anda?” kata Monsegur. “Maka keluar rumah dan bantu mereka. Bergabunglah dengan ribuan pergerakan akar rumput di luar sana yang benar-benar membantu orang lain. Jutaan kali retweet anda tidak akan menolong siapapun.”